Situs Gudang VOC Langka di Jakarta Terancam Rusak, Pemerintah Diminta Turun Tangan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di balik megahnya Museum Bahari, berdiri kompleks
Gudang Kayu
Westzidjche Zeeburg/Pakhuis, salah satu jejak penting kejayaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada abad ke-17.
Namun, bangunan bersejarah yang dahulu menjadi pusat penyimpanan rempah itu kini berada dalam kondisi memprihatinkan dan sebagian bahkan telah berubah fungsi menjadi hunian warga.
Kompleks gudang kayu bersejarah ini tidak banyak dikenal publik, meski lokasinya berada persis di belakang Museum Bahari, Jakarta Utara.
Sejarawan Asep Kambali menjelaskan bahwa Westzidjche Zeeburg/Pakhuis dulunya merupakan bagian dari Pelabuhan Batavia, atau yang kini dikenal sebagai Sunda Kelapa.
Selain itu, seharusnya gudang kayu tersebut menjadi satu kesatuan dengan Museum Bahari. Dulunya, ada sekitar sembilan bangunan yang difungsikan sebagai gudang penyimpanan komoditas Belanda di komplek ini.
“Area pergudangan ini digunakan untuk menyimpan komoditas baik di masa VOC rempah-rempah, di masa Hindia-Belanda itu komoditas lain seperti kopi, teh, jadi ini adalah gudang komoditas yang digunakan oleh Belanda,” kata Asep kepada
Kompas.com
, Kamis (27/11/2025).
Kompleks ini awalnya memiliki sembilan bangunan. Menurut Asep, kini sekitar enam bangunan masih tersisa. Namun, pengamatan
Kompas.com
menunjukkan hanya empat bangunan yang masih tampak.
Dua bangunan kayu yang masih berdiri terjebak di tengah genangan air yang dipenuhi eceng gondok. Air rob dan hujan yang tidak dapat surut akibat drainase buruk membuat area sekelilingnya menyerupai kali dan mempercepat pelapukan kayu.
“Tahun 1990-an, bangunan kayu ini belum terendam, sejak ada peningkatan muka air laut itu semakin tenggelam, ini sebenarnya sudah semakin memprihatinkan, karena makin ke sini, ya, makin tenggelam apalagi kalau tidak segera mendapatkan penanganan,” tutur dia.
Satu bangunan lain telah ambruk dan rusak parah, sementara satu bangunan telah berubah fungsi menjadi rumah yang ditempati keluarga polisi. Bangunan itu disekat menjadi delapan pintu, meski struktur kayu orisinalnya masih terlihat.
Menurut Asep, bangunan bersejarah tidak semestinya digunakan sebagai tempat tinggal, terutama jika kondisinya telah rapuh.
“Jadi, bangunan ini memiliki nilai sejarah yang luar biasa, strukturnya sudah rentan jadi nilai uniknya sejarah, jadi kalau dipakai sebagai hunian tanpa standar konservasi justru mempercepat kerusakan,” ungkap Asep.
Asep menegaskan, pemerintah harus segera turun tangan menangani kompleks gudang kayu tersebut. Menurutnya, bangunan ini telah ditetapkan sebagai
cagar budaya
pada 2016. Jika belum, ia meminta agar segera ditetapkan.
“Saya kira ini kewenangannya ada di Gubernur DKI Jakarta. Mas Pram sebagai Gubernur Jakarta semestinya bergerak cepat, mungkin beliau belum tahu,” ujarnya.
Selain ditetapkan menjadi cagar budaya, Asep menyarankan agar gudang kayu itu dijadikan satu komplek dengan Museum Bahari supaya dapat diawasi secara ketat.
Jika perbaikan dilakukan, maka bangunan yang kini dijadikan hunian perlu dikosongkan terlebih dahulu. Pemerintah diminta mencari solusi relokasi bagi keluarga polisi atau veteran yang tinggal di sana.
Sebab, satu bangunan kayu di komplek itu sudah berubah menjadi petak-petak rumah delapan pintu ketika sudah tidak lagi menjadi gudang rempah VOC.
Meski sudah disekat-sekat menjadi rumah, atap, lantai, hingga temboknya yang terbuat dari kayu masih orisinil sesuai dengan awal gudang rempah VOC itu dibangun. Kendati demikian, Asep menilai, tidak seharusnya bangunan bersejarah digunakan sebagai hunian.
Terutama untuk bangunan kayu di belakang Museum Bahari itu yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
Menurut Asep, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah agar bangunan bersejarah itu tidak hilang. Salah satunya adalah dengan melakukan penyelamatan darurat dengan membuat area di sekitar bangunan tak lagi tergenang air.
Asep berujar, pemerintah bisa memompa air yang menggenang dan memperbaiki drainase yang ada. Selain itu, sampah-sampah di sekitar bangunan juga harus dibersihkan agar terlihat lebih nyaman dipandang.
Selain itu, Asep juga meminta agar bangunan-bangunan yang hendak roboh diberikan kayu penyangga agar tak hancur atau mencelakai orang.
Kemudian, bangunan tersebut juga harus dilakukan kajian studi teknis dan sejarah, mendokumentasikan secara tiga dimensi bangunan yang masih ada, kajian struktur kayu dan pondasi, penelusuran arsip baik di Indonesia serta Belanda, dan mempelajari tipologinya.
Lalu, perlu adanya perbaikan yang sesuai dengan prinsip konservasi cagar budaya yang harus mempertahankan sebanyak-banyaknya material aseli bangunan itu. Yang tak kalah penting, setelah bangunan direstorasi, maka fungsi bangunan juga harus ditambah sehingga bisa lebih bermanfaat.
“Harus ada fungsi baru yang aplikatif misal lebih rekreatif kah, edukatif kah, bisa digunakan sebagai naluri sejarah atau masuk ke dalam kawasan Museum Bahari tadi,” ucap dia.
Pemugaran membutuhkan biaya besar. Asep menyarankan penggunaan dana APBD Jakarta atau alternatif lain seperti Corporate Social Responsibility dari Badan Usaha Milik Negara *BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“Tentu harus ada anggaran atau dana khusus untuk pemugaran, bisa dari berbagai sumber APBD atau lainnya, mungkin untuk tidak memberatkan bisa menggunakan CSR BUMN atau BUMD,” jelas Asep.
Lalu, ia juga menekankan pentingnya keterlibatan komunitas. Komunitas Historia Indonesia, kata Asep, sudah 25 tahun memperkenalkan bangunan ini melalui program heritage dan Wisata Kampung Tua.
Gudang kayu bukan sekadar bangunan fisik, tetapi bagian dari memori kolektif bangsa. Jika bangunan ini hilang, kata dia, maka salah satu jejak penting
sejarah VOC
juga akan lenyap.
“Harapannya gedung ini bisa dimanfaatkan untuk pengetahuan, pendidikan, dan pariwisata sehingga Jakarta sebagai kota global bisa diangkat terus,” tutur Asep.
Asep menyebutkan, gudang kayu Westzidjche Zeeburg/Pakhuis sebagai bangunan langka karena memiliki nilai sejarah yang tinggi bahkan menjadi satu-satunya di dunia.
“Kenapa saya sangat prihatin karena tidak ada di Indonesia atau daerah mana pun model gudang seperti ini, ini satu-satunya bahkan ini di dunia, sejauh ini dengan gaya arsitektur demikian ini adalah satu-satunya di dunia,” tutur Asep.
Jika terus dibiarkan, Indonesia akan kehilangan warisan sejarah dunia yang seharusnya bisa menjadi sarana edukasi penting bagi generasi mendatang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Situs Gudang VOC Langka di Jakarta Terancam Rusak, Pemerintah Diminta Turun Tangan Megapolitan 28 November 2025

/data/photo/2025/11/27/6928648ec4154.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401457/original/055107900_1762171121-Kepala_BNPB.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)

/data/photo/2025/12/06/6933d218396ce.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933b0d037df8.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2023/08/28/64ec7c8b95ce2.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/05/693230daa69eb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933b85c67abd.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/05/6932c987197cb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)