Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Setelah Menteri ESDM Bahlil Minta Maaf Soal Pemulihan Listrik di Aceh, AHY Dapat Laporan: Mati Total

GELORA.CO  – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menerima laporan terbaru terkait kondisi listrik di Aceh Tamiang.

Daerah tersebut masih mengalami pemadaman total setelah banjir bandang yang menerjang pada akhir November 2025.

Informasi itu disampaikan langsung oleh Bupati Aceh Tamiang, Armia Fahmi, ketika AHY meninjau kondisi warga yang terdampak bencana di Aceh, Rabu (10/12/2025).

Menurut AHY, aduan tersebut akan segera ia teruskan kepada institusi yang berwenang agar percepatan pemulihan jaringan listrik bisa dilakukan.

“Bahwa 12 kecamatan masih mengalami pemadaman listrik total. Ini akan saya sampaikan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab,” ujar AHY dalam keterangan persnya, Kamis (11/12/2025), melansir dari Tribunnews.

Meski begitu, AHY tidak merinci kecamatan mana saja yang masih belum mendapatkan pasokan listrik setelah banjir melanda wilayah tersebut.

Bahlil Minta Maaf

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta maaf terkait penanganan pemulihan jaringan listri di Aceh pasca bencana banjir dan longsor. 

Sebelumnya, Bahlil sempat dikritik keras karena melaporkan kepada Presiden Prabowo pada tanggal 7 dan 8 Desember 2025 listrik di Aceh sudah menyala 93 persen dan 97 persen.

Padahal kenyataannya, mayoritas listrik di 18 kabupaten/kota yang terdampak banjir dan longsor masih dalam keadaan padam.

Pernyataan Bahlil ini diprotes warga Aceh, bahkan anggota DPR RI dari Partai Gerindra Teuku Abdul Khalid pun meminta agar Bahlil tidak memberikan data yang bohong ke presiden. 

Setelah hal ini mencuat, Bahlil pun meminta maaf dan berjanji akan lebih totalitas dalam memulihkan kelistrikan di Aceh.

 “Kami pemerintah akan terus fokus, akan terus berupaya, akan secara totalitas menggunakan semua sumber-sumber kekuatan negara dalam rangka percepatan pemulihan di sektor energi yang ada khususnya di Provinsi Aceh,” katanya dalam konferensi pers di kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2025).

Bahlil menjelaskan bahwa di lapangan kerap ditemukan hal-hal yang tidak bisa diduga. Oleh karena itu, ia menyebut pasti masih akan ada kekurangan dalam upaya pemulihan ini.

Ia kembali mengungkapkan keprihatinannya atas bencana banjir bandang yang melanda Aceh.

“Kalau ada yang memang belum maksimal kami memberikan pelayanan, kami memohon maaf,” ujar Bahlil.

“Semoga apa yang dilakukan oleh teman-teman tim ini bisa menjadi bagian penting dalam rangka percepatan untuk proses pemulihan kepada saudara-saudara kita yang ada di Aceh,” sambungnya.

Dalam kesempatan sama, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menjelaskan Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyebut pemulihan listrik di Aceh menghadapi tantangan teknis yang hebat.

Darmawan awalnya menjelaskan bahwa bencana banjir bandang di Aceh yang juga disertai longsor, telah mengakibatkan kerusakan yang masif dalam sistem kelistrikan Aceh.

Ia menyebut ada enam tower transmisi antara Bireuen dan pembakit listrik di Arun yang roboh. Lalu, sungai yang tadinya lebarnya 80 meter menjadi sekitar 300 sampai 400 meter.

“Tower-tower kami terbawa banjir bandang dan juga kabelnya juga hilang,” kata Darmawan.

Ia pun diberi arahan oleh Bahlil agar segera memperbaiki tower yang rusak tersebut dan langsung menyambungkan kembali transmisi dari Arun ke Banda Aceh.

Dampak dari kerusakan tower ini adalah pembangkit di Arun yang tidak bisa mengaliri listrik ke Banda Aceh. Oleh karena itu, Banda Aceh mengalami pedalaman bergilir.

Sebenarnya masih ada pasokan dari pembangkit di Nagan Raya, tetapi kapasitasnya terbatas.

Kemudian, ada juga kerusakan yang lain, yaitu transmisi dari Bireuen menuju ke Aceh Tengah, Takengon, dan juga Bener Meriah. Ada beberapa tower PLN yang juga ambruk.

“Kami juga mendapatkan arahan dalam kunjungan Pak Menteri untuk segera memperbaiki tower-tower dan juga kabel-kabel transmisi tersebut,” ujar Darmawan.

Tantangan perbaikan tower ini satu di antaranya adalah bobot material tower yang mencapai 35 ton dan akhirnya harus diangkut menggunakan helikopter satu per satu.

Material ini juga memiliki tambahan berupa kabel-kabel dan peralatan lainnya yang bobotnya mencapai 16 ton.

Akhrinya pengiriman dilakukan dari Jakarta ke Banda Aceh lalu ke Bireuen yang melibatkan unsur TNI Angkatan Darat dan Angkatan Udara.

“Kemudian, kami berhasil memulihkan tower dan juga menyambung kabel di tengah kondisi yang sangat sulit. Nah, dalam proses ini, kami berhasil merestorasi. Kemudian dalam saat yang bersamaan, transmisi dari Bireuen ke Takengon juga berhasil kami restorasi,” ucap Darmawan.

Bermodalkan hal tersebut, ketika kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Banda Aceh dan saat rapat kabinet terbatas, Darmawan menyebut pihaknya waktu itu cukup optimis bahwa mereka bisa mengalirkan listrik dari Arun ke Banda Aceh dan bisa segera mengoreksi pasokan listrik di Banda Aceh.

Namun, ternyata dalam proses pengaliran listrik dari Arun ke Banda Aceh, ada tantangan teknis yang dihadapi.

Padahal, saat itu Darmawan sudah menyampaikan bahwa sistem listrik di Banda Aceh akan meningkat menjadi 93 persen.

“Ternyata dalam proses pengaliran listrik dari Arun ke Banda Aceh, kami menghadapi tantangan hambatan teknis. Kenyataannya bahwa penyaluran listrik ini jauh lebih berat daripada perkiraan kami,” kata Darmawan.

“Nah untuk itu dalam hal ini kami menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada seluruh masyarakat Aceh karena kami sudah menyampaikan informasi bahwa sistem kelistrikan, apabila koreksi kami untuk penyaluran listrik dari Arun ke Banda Aceh bisa berjalan lancar, maka akan meningkat menjadi 93 persen, ternyata menghadapi tantangan teknis yang sangat hebat,” sambungnya.

Darmawan menyampaikan minta maaf dan memastikan bahwa tim PLN akan terus bekerja penuh untuk memulihkan sistem listrik yang di Aceh