Sampah Sepekan Tak Diangkut Bikin Bau, Omzet Rumah Makan di Ciputat Merosot
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
– Pemilik rumah makan yang berada di seberang tumpukan sampah
flyover
Ciputat, Agus Warsojeniawan (57), mengakui pendapatan usahanya menurun sejak adanya tumpukan sampah.
Pasalnya,
tumpukan sampah
tersebut tak kunjung diangkut selama satu pekan sehingga menimbulkan bau tak sedap. Hal ini membuat omzetnya menurun.
“Sejak sampah enggak diangkut dan baunya menyengat, omzet langsung turun. Orang jadi enggan makan di tempat,” kata Agus saat ditemui
Kompas.com
di lokasi, Minggu (14/12/2025).
Ia menjelaskan, sebelum tumpukan sampah mengganggu aktivitas usahanya, omzet harian rumah makan yang dikelolanya bisa mencapai sekitar Rp 3 juta.
Namun, sejak kondisi tersebut, tepatnya satu Minggu yang lalu, pendapatan menurun cukup signifikan.
“Biasanya bisa sampai Rp 3 juta sehari. Sekarang paling sekitar Rp 2,5 juta,” imbuh dia.
Menurut Agus, bau menyengat dari sampah menjadi keluhan utama pelanggannya.
Tentunya hal ini membuat kondisi sebagian pembeli memilih membawa pulang makanan, dibandingkan makan di tempat. Bahkan ada yang membatalkan untuk makan.
“Banyak yang komplain karena bau. Akhirnya ada yang bungkus saja, ada juga yang enggak jadi makan,” kata dia.
Selain bau, tumpukan sampah yang dibiarkan berhari-hari juga memunculkan belatung, sehingga menambah ketidaknyamanan, khususnya bagi pelaku usaha makanan.
“Belatung sudah mulai keluar. Kita jualan makanan, jelas terganggu,” ucap Agus.
Kondisi tersebut pun ia keluhkan bersama warga lainnya sehingga tumpukan sampah di kolong
flyover
Ciputat telah ditutup menggunakan terpal untuk mengurangi bau.
Namun, menurut Agus, langkah tersebut belum menyelesaikan masalah utama.
“Ditutup saja, tapi sampahnya tidak diangkut,” imbuh dia.
Maka dari itu, Agus berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret dengan mengangkut tumpukan sampah tersebut, bukan sekadar menutupnya dengan terpal.
“Harapan saya secepatnya diangkut. Karena ini sangat mengganggu usaha, apalagi saya jualan makanan,” ucap Agus.
Sementara itu, Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie menjelaskan alasan
sampah di Tangsel
menumpuk.
Kondisi tersebut disebabkan oleh proses perbaikan dan penataan konstruksi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang.
“TPA Cipeucang sedang dalam tahap perbaikan dan penataan konstruksi dan timbunan sampahnya, sehingga memang dalam beberapa hari belakangan sampah tidak dapat masuk dulu,” ujar Benyamin Davnie saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Minggu.
Perbaikan saat ini difokuskan pada landfill 3 di TPA Cipeucang. Setelah proses tersebut rampung, area landfill kembali bisa menampung sampah dari seluruh wilayah Tangsel.
“Cipeucang
landfill
3 yang sedang dalam perbaikan dan mah bisa nampung sampah, bulan ini akan selesai perbaikannya,” jelas dia.
Meskipun begitu, Benyamin memastikan, pihaknya tetap mengupayakan solusi jangka pendek dengan mengajukan pemanfaatan fasilitas pengolahan sampah di luar daerah.
“PSEL sudah kita ajukan peminatannya dan masih menunggu tahap berikutnya dari KLH,” ucap Benyamin.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sampah Sepekan Tak Diangkut Bikin Bau, Omzet Rumah Makan di Ciputat Merosot Megapolitan 14 Desember 2025
/data/photo/2025/12/14/693e63082c953.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/14/693e6377920db.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/14/693e7854b08c3.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/10/14/68edfd952a2df.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/11/28/692975fac9267.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/05/16/6826d76ba1b8f.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/15/693fc756baacd.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/15/694013f59572e.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/15/694013f59572e.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)