Ratapan Pedagang yang Kiosnya Dibakar di Kalibata: Mengais Besi Rongsok Demi Bisa Makan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
— Tangan Asmo (30) yang terbiasa cekatan menyajikan pecel bagi para pelanggan kini harus bergelut dengan puing-puing kios tempatnya bekerja yang telah terbakar.
Di bawah terik matahari Jakarta, ia bersama empat rekannya mengais puing-puing bangunan bekas tempat kerjanya yang ludes terbakar akibat kericuhan saat pengeroyokan
debt collector
di
Kalibata
, Jakarta Selatan, Kamis (11/12/2025) lalu.
Beberapa kali, Asmo menatap kosong ke arah warung makan yang telah dianggapnya sebagai rumah keduanya selama belasan tahun.
Tidak ada lagi yang tersisa selain kerangka besi dan perabotan yang menghitam karena hangus terbakar.
“Ini kita sekarang cuma bisa ngambil-ngambilin besi saja, enggak ada lagi yang (tersisa),” ujar Asmo saat ditemui Kompas.com di lokasi, Sabtu (13/12/2025).
Besi-besi sisa rak dan konstruksi bangunan itu dikumpulkan, dibengkokkan, lalu ditumpuk untuk dijual ke pengepul barang rongsokan.
Hanya itu satu-satunya cara bagi Asmo dan kawan-kawannya untuk mendapatkan uang saat ini.
“Sebenarnya dirongsokin besi-besi kayak gini hasilnya enggak seberapa. Tapi kan lumayan buat beli-beli makanan, rokok. Kita di sini juga nganggur sudah berapa hari ini,” tutur Asmo.
Uang hasil penjualan besi kiloan itu, nantinya akan dibagi rata bagi lima karyawan untuk menyambung hidup mereka beberapa hari ke depan.
Bagi Asmo, warung pecel lele itu bukan sekadar tempat kerja biasa. Ia telah mengabdi di sana sejak 2010 silam.
“Saya di sini mungkin 2010, kalau enggak 2011, itu saya kerja di sini. Sampai sekarang, lima. belas tahun lah ya,” ujarnya.
Warung itu sendiri sudah berdiri hampir 27 tahun, jauh sebelum Asmo datang merantau dari kampung halamannya di Cirebon, Jawa Barat.
Namun, sejarah panjang itu musnah dalam sekejap pada malam kejadian karena turut menjadi sasaran pembakaran oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Saat penyerangan pertama terjadi menjelang Maghrib, ia mengaku masih berada di lokasi dan langsung menyelamatkan barang-barang berharga miliknya.
“Saya ambilin barang-barang dulu yang kira-kira aman lah gitu. Kirain tuh enggak mau bakar warung, ternyata tahu-tahu habis Isya itu bakar warung duanya,” kata Asmo.
Api pun dengan cepat membesar karena selang-selang gas di deretan warung makan tersebut masih terpasang dan mengalami kebocoran akibat kerusakan saat kericuhan.
“Karena kita satu, gasnya pada masang semua. Waktunya gas selangnya pada bocor, ya sudah, habis semua,” jelas Asmo.
Kini, setelah tempat kerjanya rata dengan tanag Asmo mengaku masih kehilangan arah.
“Dampaknya (ke) saya, mati rezeki saya di sini, sudah enggak ada,” ucapnya getir.
Instruksi dari pemilik warung saat ini hanyalah menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan. Setelah urusan pembersihan puing selesai, Asmo dan rekan-rekannya kemungkinan besar akan dipulangkan.
“Ya ini kan habis kelar ini mungkin anak-anak suruh pulang dulu sama bosnya,” ujar Asmo.
Ia berencana pulang ke rumah istrinya di Cirebon, Jawa Barat, sambil menunggu kabar apakah warung tempatnya bekerja akan dibangun kembali atau tidak.
Asmo mengaku pasrah, tetapi ada rasa sesak di dada karena ia merasa menjadi korban yang sebenarnya tak ikut-ikutan dalam kericuhan.
Ia dan para pedagang kecil lainnya mengaku tidak tahu-menahu soal konflik
debt collector
dengan warga maupun polisi yang memicu kerusuhan tersebut.
“Ya pokoknya ini kan kita enggak tahu-menahu ya tadinya. Kita kena imbas karena dari kasus debt collector itu gimana, malah kita yang jadi sasaran,” keluh Asmo.
Sambil terus memilah besi di antara abu sisa kebakaran, Asmo menggantungkan harapan pada pemerintah agar membantu usaha tempatnya bekerja untuk bangkit.
“Harapannya ya semoga bisa dibangun lagi, semoga bos juga masih mau ngasih kerjaan di sini nanti, nunggu dari pusat saja gimana ini kelanjutannya,” tutup dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Ratapan Pedagang yang Kiosnya Dibakar di Kalibata: Mengais Besi Rongsok Demi Bisa Makan Megapolitan 13 Desember 2025
/data/photo/2025/12/13/693d6d93dfbef.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/09/08/68be8f6d32923.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/13/693d4a103f5cb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/13/693d36552034d.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/11/693aad4b52ca0.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/13/693d62e86ad50.jfif?w=400&resize=400,225&ssl=1)