Perjuangan Zubair Jadi Penjinak Api, Ditempa Mental dan Fisik
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Perjuangan Zubair Faturrahman (29) menjadi anggota Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Sektor X Pesanggrahan, Jakarta Selatan tidak mudah.
Zubair sebelum mengenakan seragam damkar lebih dulu melewati masa pradiklat atau pelatihan dasar setiap harinya sejak 1 Oktober 2025.
Dia ditempa mental dan ujian lewat serangkaian latihan fisik yang tak ringan.
“Tes fisik itu lari 12 menit, sit up, push up, pull up, dan shuttle run. Di situ kami diranking lagi,” kata Zubair kepada Kompas.com, Jumat (24/10/2025).
Bagi Zubair, hari pertama pradiklat menjadi pengalaman yang paling berkesan.
Ia masih ingat harus berguling dari kepala, berenang di kali, hingga merayap di lumpur meski awalnya tidak terbiasa.
Dalam latihan orientasi medan, ia bahkan harus menutup mata dan sepenuhnya bergantung pada arahan rekan satu tim.
“Jadi kalau di bagian depan suruh ngolong kita ngolong, kalau disuruh lompat, kita harus lompat juga,” jelasnya.
Selain itu, ia harus belajar menggulung dan menggelar selang, mengoperasikan mobil quick response untuk menyedot air dari sumber terdekat, hingga mengenakan alat bantu pernapasan atau self-contained breathing apparatus (SCBA) ketika berhadapan dengan kepulan asap tebal.
Zubair mengaku sempat kewalahan saat pertama kali memegang selang pemadam.
Meski tekanan air masih rendah, sekitar dua hingga tiga bar, semburannya tetap cukup kuat.
“Mungkin agak kaget aja pas lagi nyemprot airnya gitu,” ucapnya.
Bagi Zubair, masa pradiklat menjadi tempat ia belajar arti tanggung jawab dan kebersamaan. Satu orang salah, semua kena hukuman.
Satu orang terlambat, seluruh peleton ikut menanggung akibatnya.
“Kalau satu sakit, semua sakit. Kalau satu benar, semua benar,” ucapnya.
Setiap hari ia berangkat dari rumah menuju lokasi latihan di Ciganjur. Tak sedikit peserta lain yang harus berangkat sejak subuh, bahkan dari daerah Kepulauan Seribu.
“Ada teman saya dari pulau. Jam 5 harus udah jalan, pulangnya juga enggak tahu sampai rumah jam berapa,” ujarnya.
Kelelahan menjadi hal biasa. Tapi di balik itu, tumbuh rasa solidaritas di antara peserta.
Mereka saling menyemangati, saling menolong, dan berbagi keluh kesah.
“Kami nongkrong dulu sebentar untuk sharing-sharing, sambil minum es. Kami cerita-cerita kelucuan, keluh kesah, segala macam,” kata Zubair.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Perjuangan Zubair Jadi Penjinak Api, Ditempa Mental dan Fisik Megapolitan 24 Oktober 2025
/data/photo/2025/06/24/685a6fb8bf3cb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933d218396ce.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933b0d037df8.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2023/08/28/64ec7c8b95ce2.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/05/693230daa69eb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933b85c67abd.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)