Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Perjuangan Warga dan Dorongan Kuat Pertamina Hulu Energi Ciptakan Daya Tarik Baru

Dengan dukungan PHE WMO, warga dan Pokdarwis mulai menata pantai. Hasilnya sempat manis. Pada 2020, ketika banyak destinasi tutup akibat pandemi, Pantai Tlangoh justru ramai. Desa ini nyaris bebas Covid. Orang berdatangan untuk berendam, menghirup udara laut, bahkan menganggapnya terapi alami.

“Kami sangat berterima kasih Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore membantu kami di sini dengan adanya wisata ini,” kata dia saat ditemui, Senin (22/12/2025).

Dalam sepekan akhir, pengunjung bisa tembus dua ribu orang. Nama Tlangoh menyebar dari mulut ke mulut. Tapi euforia itu tak lama. Pandemi membatasi mobilitas. Abrasi kembali menampakkan dampaknya.

Pada bulan-bulan tertentu, air laut naik bersamaan dengan aliran air dari perbukitan di beberapa wilayah sekitar. Drainase yang kecil membuat air bertemu di tengah, menciptakan genangan luas dan memperparah abrasi. Hexa reef membantu, tapi belum signifikan.

“Terus terang adanya bantuan ada toilet dan juga yang lainnya dan Hexa Reef agak mengurangi adanya abrasi,” ujar dia.

Zainudin, pengurus Pokdarwis bagian pengembangan mengamini dukungan dari Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) menjadi pemantik.

Warga dan pengelola wisata desa sepakat membuka Pantai Tlangoh sebagai destinasi. Keputusan itu diambil dengan segala risiko, termasuk persoalan abrasi dan keterbatasan sumber daya. Langkah awalnya sederhana. Fasilitas umum lebih dulu dibenahi. Ayunan, perlengkapan pantai, dan tempat duduk dipasang. Hasilnya cepat terasa.

“Alhamdulillah, saat masa viral tersebut, terutama di akhir pekan atau musim liburan, pengunjung bisa mencapai ribuan orang. Manfaat kedua dari pengembangan ini adalah peningkatan ekonomi masyarakat,” ujar dia.

Viral turut membawa berkah ekonomi. Orang yang sebelumnya merantau kini bisa bekerja di kampung sendiri. Sekitar 40 UMKM aktif, menggerakkan ekonomi lokal. Meski viral bukan jaminan. Pengunjung datang sekali karena penasaran, tapi membuat mereka kembali butuh kerja keras.

Pembenahan SDM jadi fokus. Pelatihan digelar, tutor nasional dihadirkan, agar pengunjung puas dan cerita menyebar sendiri. Strategi promosi pun kreatif.

Paket “Cafe on the Bus” dibuat, menggabungkan ziarah ke makam di Bangkalan, perjalanan pesisir, lalu berhenti di Pantai Tlangoh.

Dampaknya tak hanya soal nama. Ekonomi warga ikut bergerak. Mereka yang sebelumnya merantau atau hanya mengurus rumah kini bisa bekerja di kampung sendiri.

“Sekarang mereka tidak perlu merantau lagi karena sudah ada lapangan pekerjaan di sekitar rumah. Saat ini sudah ada kurang lebih 40 UMKM yang aktif,” ucap dia.

Namun roda wisata tak selalu mulus. Pandemi membuat kunjungan turun. Program yang sempat berjalan sebelum pandemi dan kini direncanakan diaktifkan kembali.

Selain promosi, warga berharap ada pembaruan rutin. Setiap tahun diharapkan muncul fasilitas ikonik agar pantai ini tak sekadar jadi tempat singgah sekali lalu dilupakan.

“Kami sangat berterima kasih kepada SKK Migas melalui PHE WMO yang terus membina kami dalam membangun wisata pantai ini secara berkelanjutan,” tandas dia.