Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Nestapa Warga Tangsel, Hidup di Antara Sampah dan Bau Menyengat Megapolitan 15 Desember 2025

Nestapa Warga Tangsel, Hidup di Antara Sampah dan Bau Menyengat
Editor
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
– Bau menyengat dari tumpukan sampah menjadi bagian dari keseharian warga Tangerang Selatan (Tangsel) dalam sepekan terakhir.
Dari kolong
flyover Ciputat
hingga depan
Puskesmas Serpong
1, sampah yang belum terangkut tak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berdampak langsung pada aktivitas ekonomi dan layanan kesehatan.
Di kolong flyover Ciputat, tepatnya di Jalan Ir H Juanda, tumpukan sampah berjajar dan kini ditutup terpal biru.
Penutupan dilakukan oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel bersama pihak Kecamatan Ciputat dan Kelurahan Cipayung pada Minggu pagi.
Namun, bagi warga sekitar, langkah itu belum menyentuh persoalan utama.
Pemilik warung makan yang berada tepat di seberang tumpukan sampah, Agus Warsojeniawan (57), mengatakan penutupan tersebut hanya bertujuan mengurangi bau.
“Sempat ngobrol sama ini cuma katanya untuk mengurangi dampak bau ini,” ujar Agus saat ditemui di kolong flyover Ciputat,
Tangerang Selatan
, Minggu (14/12/2025).
penutupan dengan terpal tidak serta-merta menyelesaikan masalah karena sampah tetap tidak diangkut. Bau busuk masih tercium, terutama saat angin berembus.
“Ditutup saja, tapi sampahnya tidak diangkut,” kata Agus.
Ia menggambarkan bau itu datang silih berganti, berhembus angin yang masuk ke dalam tempat usahanya.
“Kadang-kadang kalau ada angin, baunya nyengat ke dalam, habis itu hilang, nanti nyengat lagi,” jelasnya.
Kondisi tersebut berdampak langsung pada usaha Agus. Selama hampir satu pekan, omzet warung makannya menurun karena pelanggan enggan makan di tempat.
“Dari omzet aja yang biasa katakanlah sampai Rp 3 juta, mungkin Rp 2,5 juta. Mungkin penurunannya sekitar 20-30 persen kayaknya,” ungkap Agus.
Selain bau, belatung mulai keluar dari tumpukan sampah dan menambah ketidaknyamanan.
“Belatung sudah ada. Kita orang jualan makanan jadi enggak nyaman,” kata dia.
Agus berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret dengan mengangkut sampah tersebut.
“Harapan saya secepatnya diangkut. Karena ini sangat mengganggu usaha, apalagi saya jualan makanan,” ucapnya.
Lurah Cipayung Dini Nurlianti menegaskan, sampah tersebut bukan berasal dari warga Kelurahan Cipayung.
“Yang buang ke sini itu dari mana-mana, datang naik motor dan langsung buang. Padahal ini bukan TPS,” ujarnya.
Padahal kolong flyover Ciputat bukan lokasi pembuangan sampah.
Penutupan dilakukan karena sampah sudah melebar dan sempat menutup separuh jalan.
“Ini bukan tempat pembuangan sampah, ini jalanan. Sampahnya sudah makin melebar, bahkan tadi sempat menutup separuh jalan,” kata Dini saat ditemui di lokasi.
Sampah belum bisa diangkut karena Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang masih ditutup sementara.
“Sementara ini Cipeucang kan sedang ditutup. Kalau untuk diangkut, kita nunggu Cipeucang dulu baru nanti kita angkut,” jelas dia.
Untuk mencegah penambahan sampah, warga setempat kini diberdayakan menjaga lokasi selama 24 jam.
“Semalam sampai subuh sudah ada yang jaga. Kita jagain terus sampai nanti pengangkutan, supaya enggak ada lagi yang buang sampah ke sini,” kata Dini.
Masalah serupa juga terjadi di kawasan Serpong.
Di depan Puskesmas Serpong 1, tumpukan sampah menimbulkan bau tak sedap yang mengganggu pasien.
Annisa, salah satu warga yang datang berobat, mengeluhkan kondisi tersebut.
“Kecium baunya. Ini kan puskesmas ya, harusnya kan baunya lebih segar. Tapi ini malah jadi
bau sampah
,” kata Annisa.
Menurut dia, keberadaan tumpukan sampah di sekitar fasilitas kesehatan dinilai tidak pantas. Ia berharap sampah segera dibersihkan.
“Harapannya ya semoga dibersihkan biar aromanya enggak menyengat sampai ke puskesmas,” ucapnya.
Menanggapi penumpukan sampah di sejumlah titik, Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie menjelaskan bahwa kondisi tersebut terjadi karena TPA Cipeucang tengah menjalani perbaikan dan penataan konstruksi, khususnya di area landfill 3.
“TPA Cipeucang sedang dalam tahap perbaikan dan penataan konstruksi dan timbunan sampahnya, sehingga memang dalam beberapa hari belakangan sampah tidak dapat masuk dulu,” ujar Benyamin saat dikonfirmasi, Minggu (14/12/2025).
Perbaikan tersebut ditargetkan rampung pada akhir bulan ini agar landfill kembali bisa menampung sampah dari seluruh wilayah Tangsel.
Selain itu, Pemkot Tangsel juga menyiapkan solusi jangka panjang melalui pengolahan sampah menjadi energi listrik.
“PSEL sudah kita ajukan peminatannya dan masih menunggu tahap berikutnya dari KLH,” jelas Benyamin.
Sambil menunggu perbaikan TPA dan solusi jangka panjang, warga di sekitar flyover dan puskesmas masih harus bertahan hidup di antara tumpukan sampah dan bau menyengat yang belum juga pergi.
Reporter: Intan Afrida Rafni | Editor: Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.