Mpe Goyong, Maestro Tehyan yang Bertahan dari Mulung di Tangerang
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com –
Di sebuah permukiman padat di kawasan Sewan Kongsi, Neglasari, Tangerang, sebuah rumah sederhana berdiri di antara deretan bangunan lainnya.
Dari luar, rumah itu tampak biasa. Namun, di dalamnya tersimpan kisah hidup yang jauh dari gemerlap kota. Di halaman rumah, karung-karung putih berisi botol plastik dan barang bekas tersusun berjejer.
Karung-karung itu adalah hasil aktivitas memulung yang dijalani
Mpe Goyong
setiap hari. Kegiatan tersebut bukan sekadar rutinitas, melainkan cara bertahan hidup di tengah meningkatnya biaya hidup di kota besar.
Aktivitas memulung itu berjalan beriringan dengan dedikasi Mpe Goyong terhadap seni
tehyan
, alat musik tradisional Betawi yang masih ia mainkan dan buat sendiri hingga kini.
Rumahnya pun berfungsi ganda sebagai ruang hidup sekaligus bengkel kerja, tempat tradisi dirawat di tengah keterbatasan.
Di sela-sela mengais barang bekas, Goyong masih menyempatkan diri merapikan tehyan yang baru selesai ia buat.
Setiap alat musik dirangkai dari kayu dan batok kelapa dengan ketelatenan tinggi, sebuah keahlian yang diwariskan dari ayahnya dan menjadi identitasnya sebagai maestro tehyan terakhir di Tangerang.
Bagi Goyong, aktivitas memulung bukanlah pilihan bebas, melainkan jalan hidup agar seni yang ia cintai tetap bertahan.
Menjadi pemulung bagi Goyong adalah kebutuhan, bukan pilihan. Aktivitas ini memastikan ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Meski pekerjaan tersebut kerap dipandang rendah, Goyong menegaskannya sebagai cara hidup yang realistis.
“Saya enggak gengsi untuk mulung, karena kalau ga mulung saya ga makan,” katanya saat ditemui di kediamannya, Kamis (18/12/2025).
Selain sebagai sumber penghasilan, aktivitas memulung juga memberinya ruang untuk tetap berada di rumah, mengurus tehyan, serta mempersiapkan alat musik untuk pertunjukan yang akan datang.
Meski hidup sederhana dan harus memulung, Goyong tetap menjaga nilai seni tehyan. Ia enggan menggunakan alat musik tradisional tersebut untuk mengamen di jalanan.
“Enggak (ngamen). Saya enggak mau ngamen pakai musik tehyan. Kalau ada acara saja saya main musik tehyan,” kata Goyong.
Ia menegaskan bahwa tehyan hanya dimainkan dalam konteks yang tepat, seperti pertunjukan budaya atau acara resmi. Prinsip ini ia pegang teguh demi menjaga martabat seni yang diwariskan secara turun-temurun.
Lahir dengan nama Oen Sin Yang pada 74 tahun silam, Goyong merupakan seniman keturunan Tionghoa yang kini dikenal sebagai satu-satunya figur yang masih memainkan sekaligus membuat tehyan.
Kecintaannya terhadap tehyan tumbuh sejak kecil. Musik sudah mengalir dalam kehidupannya karena diwariskan langsung oleh orang tuanya yang lekat dengan kesenian Betawi.
Ayahnya, Oen Oen Hoek, adalah maestro
gambang kromong
yang disegani pada masanya. Lingkungan keluarga yang sarat musik tradisional membuat Goyong akrab dengan seni sejak usia belia.
“Turun-temurun dulu orang tua punya gamang Kromong, dia untuk digunakannya bersamaan dengan ondel-ondel, babur kawi,” kata Goyong.
Meski dibesarkan di lingkungan seniman, Goyong mengaku tidak langsung percaya diri tampil di depan umum. Ia dikenal sebagai anak pemalu dan enggan menjadi pusat perhatian.
“Dulu (saya) pemalu, hanya mau tampil kalau ada anak buah orang tua yang sakit, tapi jadi kebiasaan tampil sampai sekarang,” ujar dia.
Keterpaksaan menggantikan peran orang-orang terdekat yang berhalangan tampil justru menumbuhkan keberaniannya secara perlahan. Panggung yang dulu dihindari berubah menjadi ruang pengabdian seumur hidup.
Budayawan Betawi Yahya Andi Saputra menilai, keberadaan seniman seperti Mpe Goyong memiliki peran penting dalam menjaga kesinambungan kesenian tradisional.
Menurut Yahya, kehadiran Goyong di Tangerang patut diapresiasi karena jumlah perajin dan pemain tehyan saat ini sangat terbatas.
“Bagus tentunya mengapresiasi di Tangerang ada Mpe Goyong. Perlu diberi penghargaan atau diberi stimulan agar tetap bertahan. Di Jakarta masih ada, meskipun enggak banyak perajin tehyan,” kata Yahya.
Ia menegaskan, seniman maestro perlu mendapatkan perhatian berkelanjutan agar mampu terus melestarikan
seni tradisional
.
“Seniman seperti Mpe Goyong dan sejenisnya harus dirawat, diapresiasi, dan dijaga kebutuhannya,” katanya.
Yahya menilai, salah satu tantangan terbesar pelestarian seni tradisional adalah semakin jarangnya permintaan pertunjukan.
“Makin jarangnya seni musik gambang ditanggap (diminta untuk pentas), mungkin dapat dikatakan tantangannya. Semakin sering tampil, menjadi jaminan dalam regenerasi,” ujar Yahya.
Meski demikian, ia menilai keberadaan tehyan masih relatif terjaga karena menjadi bagian tak terpisahkan dari musik gambang kromong. Hal ini membuat tehyan tetap dikenal meskipun jumlah pemainnya semakin sedikit.
“Sejauh ini Tehyan sendiri masih terjaga, karena tehyan kan salah satu alat musik dalam seni musik gambang kromong. Jadi tiap gambang kromong dimainkan, tehyan wajib diikutkan,” kata Yahya.
Yahya juga melihat adanya ketertarikan generasi muda terhadap tehyan dan gambang kromong, meski belum masif.
Beberapa anak muda mulai mendalami kesenian tradisional melalui jalur pendidikan formal. Bahkan, terdapat sekolah menengah kejuruan (SMK) yang membuka jurusan seni musik.
“Sekilas lintas saya bahwa generasi muda masih punya ketertarikan untuk tahu tehyan. Contohnya banyak generasi muda meminati kesenian gambang kromong, bahkan ada SMK yang khusus punya jurusan seni musik,” ujar Yahya.
Menurut dia, minat tersebut perlu ditopang dengan dukungan konkret kepada para maestro agar regenerasi tidak terputus.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Mpe Goyong, Maestro Tehyan yang Bertahan dari Mulung di Tangerang Megapolitan 19 Desember 2025
/data/photo/2025/12/19/6944c4035f096.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/6944e0cd8f25b.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/6944dea1b2e90.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/6944c3e510437.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/6944d28b33999.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/69444ba720382.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)