Minim Aksesibilitas, KAI Commuter Akui Fasilitas Stasiun Kampung Bandan Belum Memadai
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
—
Stasiun Kampung Bandan
di Jalan Mangga Dua VIII No.16, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, merupakan salah satu simpul transit penting bagi pengguna Commuter Line.
Stasiun ini melayani pergerakan penumpang dari dan menuju berbagai arah, mulai dari Bekasi dan Cikarang hingga Angke, Duri, dan Jakarta Kota.
Namun, di balik perannya yang strategis, sejumlah pengguna mengeluhkan minimnya fasilitas aksesibilitas di stasiun yang telah berusia puluhan tahun tersebut.
Tidak adanya lift maupun eskalator membuat penumpang lansia, ibu hamil, orang tua dengan anak kecil, hingga penyandang disabilitas harus mengandalkan tangga manual yang curam untuk berpindah peron.
PT
KAI Commuter
merespons keluhan tersebut dengan menyatakan bahwa peningkatan fasilitas bagi
pengguna prioritas
terus diupayakan.
Meski demikian, pembangunan infrastruktur besar seperti lift dan eskalator memerlukan koordinasi lintas instansi karena berada di bawah kewenangan regulator dan pengelola infrastruktur.
“KAI Commuter terus meningkatkan layanan dengan menyediakan fasilitas yang ada di stasiun, seperti water station, payment gateway, kartu disabilitas, pin ibu hamil, dan layanan bagi pengguna prioritas,” ujar Vice President Corporate Secretary KAI Commuter, Karina Amanda, saat dihubungi
Kompas.com,
Selasa (9/12/2025).
Karina menambahkan, secara ideal setiap stasiun Commuter Line memang perlu dilengkapi fasilitas aksesibilitas, seperti lift, eskalator, dan guiding block. Namun, pengembangannya harus mempertimbangkan kondisi ruang dan infrastruktur yang ada.
Ketika ditanya mengenai rencana pembangunan lift atau eskalator di Stasiun Kampung Bandan, Karina menegaskan, kewenangan tersebut berada pada Kementerian Perhubungan dan PT KAI sebagai pengelola prasarana.
“Untuk rencana pembangunan bisa dikonfirmasi pada Kemenhub, mengingat peran KCI sebagai operator sarana Commuter Line,” jelasnya.
Sebagai solusi jangka pendek, KAI Commuter menyediakan bantuan petugas bagi pengguna prioritas.
“Pengguna prioritas dapat meminta bantuan petugas saat naik atau turun tangga, terutama di stasiun yang belum memiliki fasilitas pendukung,” kata Karina.
Bibah (63), penumpang asal Jakarta Utara yang datang bersama anaknya, Fauzi (36), mengaku kerap menggunakan Stasiun Kampung Bandan. Menurut dia, kondisi akses stasiun tidak banyak berubah sejak dulu.
“Dari dulu jalurnya seperti ini, harus naik-turun tangga tinggi. Kalau ramai, tambah susah karena harus ikut arus orang,” kata Bibah.
Ia berharap stasiun dilengkapi eskalator atau lift agar penumpang lansia, ibu hamil, dan mereka yang membawa barang berat bisa lebih aman dan nyaman.
“Kalau bisa dibangun eskalator bagus ya, Nak. Biar saya enggak ngos-ngosan tiap kali mau naik kereta,” ucapnya sambil tersenyum.
Di ujung tangga peron atas, Santo (60) tampak turun perlahan sambil membawa beberapa barang belanjaan. Tangannya memegang erat tepi tangga.
“Kalau naik tangga di sini memang harus hati-hati. Otot-otot sudah beda,” ucapnya tertawa kecil.
Meski hampir setiap hari melewati Stasiun Kampung Bandan untuk bekerja di kawasan Angke, Santo mengaku fisiknya tidak lagi sekuat dulu. Ia juga pernah menyaksikan penumpang lansia kesulitan menaiki tangga.
“Kasihan yang sudah sepuh. Kalau tersandung sedikit bisa bahaya,” ujarnya.
Kesulitan serupa dialami Wilya (29), yang kerap membawa anak laki-lakinya, Dafa (2), saat menggunakan Commuter Line. Ia mengaku kerepotan menaiki tangga sambil menggendong anak.
“Capek banget, harus berhenti di tengah tangga dan pegang besi supaya tidak jatuh. Sementara orang lain banyak yang buru-buru, jadi harus ekstra hati-hati,” kata Wilya.
Menurutnya, keberadaan lift atau eskalator sangat penting, terutama bagi ibu hamil, lansia, dan penumpang dengan anak kecil atau barang bawaan berat.
“Kalau dibandingkan stasiun lain, Kampung Bandan masih terasa manual. Padahal penggunanya ramai, jadi jalur transit ini sangat penting. Fasilitas yang ramah untuk semua penumpang seharusnya bisa disediakan,” ujarnya.
Pengamat transportasi Deddy Herlambang menilai keterbatasan aksesibilitas di Stasiun Kampung Bandan berkaitan dengan kondisi fisik bangunan yang sudah tua dan lingkungan sekitar yang padat.
“Kalau memang perlu, bisa dibangun
ramp
panjang untuk difabel. Tetapi secara realistis sulit dikembangkan lagi karena stasiunnya peninggalan Hindia-Belanda dan kiri-kanannya sudah padat penduduk,” ujar Deddy.
Ia menegaskan, risiko bagi pengguna prioritas akan terus meningkat jika akses tidak diperbarui.
“Risiko difabel, lansia, ibu hamil tidak kuat naik tangga manual sangat besar,” katanya.
Deddy juga menjelaskan, regulasi saat ini belum mewajibkan stasiun lama untuk memiliki lift atau eskalator.
“Eskalator atau lift tidak masuk standar SPM PM No. 63/2019. Jadi memang tidak wajib dibangun,” ujarnya.
Meski demikian, ia menilai pembaruan aksesibilitas seharusnya menjadi perhatian, mengingat peran strategis stasiun tersebut.
“Stasiun seperti Kampung Bandan adalah simpul penting mobilitas urban. Aksesibilitas bukan hanya soal kenyamanan, tapi keselamatan,” tegas Deddy.
Kompas.com
sebelumnya menelusuri langsung kondisi Stasiun Kampung Bandan. Stasiun ini memiliki dua struktur peron, yakni peron atas dan peron bawah. Peron bawah melayani rute menuju Angke, Duri, serta perjalanan ke Bekasi dan Cikarang melalui Pasar Senen atau Manggarai.
Untuk mencapai peron atas, penumpang hanya memiliki satu pilihan: menaiki tangga tinggi. Tidak tersedia lift maupun eskalator.
Seluruh penumpang—termasuk lansia, ibu menggendong anak, penyandang disabilitas, dan pengguna dengan koper—harus berbagi ruang pada tangga manual tersebut. Arus naik dan turun kerap bercampur, meski penunjuk arah telah dipasang.
Rangka atap peron tampak berkarat di beberapa bagian, sementara cat pegangan tangga mulai memudar. Sejumlah papan informasi masih berfungsi, namun sebagian sulit terbaca.
Di salah satu sudut, seorang perempuan lanjut usia terlihat berhenti sejenak di tengah tangga untuk menarik napas. Tak jauh dari sana, seorang ibu muda menggendong balita sambil berpegangan erat pada besi tangga.
Pemandangan serupa berulang sepanjang hari, menunjukkan bahwa persoalan aksesibilitas di Stasiun Kampung Bandan bukan sekadar keluhan sporadis, melainkan persoalan sistemik yang belum sepenuhnya teratasi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Minim Aksesibilitas, KAI Commuter Akui Fasilitas Stasiun Kampung Bandan Belum Memadai Megapolitan 10 Desember 2025
/data/photo/2025/12/09/69383395eedad.jpeg?w=250&resize=250,140&ssl=1)




/data/photo/2025/12/09/69383395eedad.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/69394c8f85431.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/69391584327ce.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/69393723cd82b.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/07/11/6870d37f6c8a9.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/11/11/69131db88ccc7.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)