Menurunkan Panas Jakarta dari Bawah Jalan Layang, Peran Kebun Kolong Flyover
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Upaya menurunkan panas kota tidak selalu harus dimulai dari pembangunan taman besar atau penambahan ruang terbuka hijau berskala luas.
Di Jakarta Timur, solusi tersebut justru tumbuh dari ruang yang selama ini dianggap sisa: kolong jalan layang.
Kolong
flyover
yang identik dengan area gelap, kumuh, dan tak terurus perlahan diubah menjadi
kebun kota
yang berkontribusi pada kualitas lingkungan perkotaan.
Inisiatif ini menghadirkan pendekatan baru dalam mengelola keterbatasan ruang di tengah kepadatan Jakarta.
Dalam perspektif ekologi perkotaan, pemanfaatan ruang sisa seperti kolong
flyover
dinilai memiliki potensi besar untuk membantu menurunkan suhu kawasan dan memperbaiki kualitas lingkungan.
“Dalam konteks ekologi perkotaan, kolong
flyover
dan kolong tol dapat dimanfaatkan sebagai
nature-based solution
untuk menurunkan suhu kawasan yang terpapar fenomena urban heat island,” ujar pengamat lingkungan Mahawan Karuniasa saat dihubungi
Kompas.com
, Jumat (19/12/2025).
Mahawan menjelaskan bahwa kota-kota besar seperti Jakarta menghadapi persoalan panas berlebih akibat dominasi bangunan beton serta minimnya ruang hijau.
Kondisi tersebut memicu terbentuknya kantong-kantong panas di berbagai titik, terutama di sekitar jalan arteri dan jalan layang.
Di tengah keterbatasan ruang terbuka hijau, ruang sisa di kolong
flyover
menjadi aset lingkungan yang selama ini kerap terabaikan.
Menurut Mahawan, pemanfaatan kolong
flyover
sebagai kebun kota relevan untuk menjawab tantangan panas perkotaan.
Dalam kajian ekologi, ruang sisa perkotaan atau
residual urban space
memiliki potensi untuk meningkatkan layanan ekosistem kota jika dikelola dengan tepat.
“Kehadiran tumbuhan di kolong
flyover
dapat membantu menurunkan suhu, terutama di kawasan yang terpapar panas akibat dominasi beton,” ujar Mahawan.
Selain berkontribusi terhadap penurunan suhu, vegetasi juga berperan dalam meningkatkan kualitas udara dengan menghasilkan oksigen serta menyerap karbon dioksida dan sebagian polutan.
Namun, Mahawan menekankan bahwa fungsi tersebut harus dipahami secara proporsional dan berbasis kajian ilmiah.
“Tumbuhan tidak dirancang untuk menyerap polusi secara berlebihan. Peningkatan kualitas udara harus dilihat secara ilmiah, termasuk pemilihan jenis tanaman yang tepat,” katanya.
Pemilihan tanaman menjadi faktor krusial dalam keberhasilan kebun kota di kolong
flyover
.
Menurut Mahawan, berbagai aspek harus diperhitungkan, mulai dari ketahanan terhadap panas, keterbatasan sinar matahari, hingga ketersediaan air.
“Kalau tanaman tidak tahan panas, kurang air, atau tidak cocok dengan kondisi cahaya, justru akan mati dan menjadi masalah baru,” ujarnya.
Tingginya tingkat polusi di bawah jalan layang berpotensi memengaruhi keamanan hasil panen.
“Menanam cabai di kolong tol, misalnya, harus dikaji secara serius karena risiko pencemaran. Jangan buru-buru melihatnya sebagai solusi ketahanan pangan,” kata Mahawan.
Menurut dia, fungsi utama kebun kolong
flyover
sebaiknya ditempatkan sebagai ruang hijau dan penyedia layanan ekosistem perkotaan.
Sementara itu, pemanfaatan sebagai sumber pangan harus melalui kajian kesehatan dan lingkungan yang ketat.
Di kolong
flyover
Jalan Haji Darip, RW 08, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Kamis (18/12/2025), hiruk-pikuk kota tetap terasa kuat.
Deru kendaraan roda dua dan roda empat bersahut-sahutan melintas di atas jalan layang, sesekali diselingi bunyi klakson dari jalan arteri di sekitarnya.
Getaran halus kendaraan berat yang melintas di atas
flyover
terasa hingga ke bawah, menjadi latar konstan aktivitas warga dan petugas. Namun, kontras mencolok terlihat tepat di bawah struktur beton tersebut.
Area yang sebelumnya kumuh dan gersang kini berubah menjadi kebun kota yang tertata rapi.
Bedeng-bedeng tanaman berjajar mengikuti kontur lahan, dipisahkan oleh jalur paving yang bersih. Tanah terlihat gembur dan lembap, menandakan perawatan rutin.
Papan penanda jenis tanaman tertancap di sejumlah bedeng, memberi kesan kebun edukatif.
Sejumlah petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) tampak merapikan daun dan mencabut gulma, dengan seragam oranye yang kontras dengan hijau dedaunan.
Di sudut lain, warga terlihat duduk sejenak mengamati tanaman. Aktivitas berlangsung tanpa menghilangkan hiruk-pikuk lalu lintas di sekitarnya.
Kebun kota ini dikenal dengan nama
Trasa Balong
, singkatan dari Sentra Sayur Bawah Kolong.
Beragam tanaman tumbuh di sini, mulai dari sawi, kangkung, cabai, jagung, tomat, terong, hingga tanaman hias dan pohon tabebuya.
Pepohonan dan semak hijau berfungsi sebagai peneduh alami, membuat udara di kolong
flyover
terasa lebih sejuk.
Bau tanah basah dan dedaunan segar sesekali tercium, menetralkan aroma asap kendaraan. Pilar
flyover
yang dahulu kusam kini dihiasi mural berwarna cerah.
“Sejak awal, dari tahun 2016. Dulu masih jalan biasa, belum seperti sekarang,” kata Ajul.
Ia menyebut inisiatif awal datang dari lurah, organisasi masyarakat, dan warga setempat. Warga dilibatkan sejak proses penanaman hingga panen.
Bibit tanaman diperoleh dari berbagai sumber, baik inisiatif mandiri, bantuan kelurahan, maupun partisipasi warga.
“Hasil panennya dibagikan ke warga sekitar, tidak dijual,” ujar Ajul.
Panen dilakukan sekitar sebulan sekali, tergantung jenis tanaman dan musim. Sayuran dibagikan dalam bentuk ikatan, bukan ditimbang. Setelah panen, proses tanam ulang kembali dilakukan.
Menurut Ajul, tantangan utama perawatan kebun adalah ketersediaan air, terutama saat musim kemarau. Namun, keterlibatan banyak pihak membuat kebun tetap terjaga.
“Kalau warga dapat sayur, sering dimasak lalu dikasih ke petugas. Jadi ada kebersamaan,” ujarnya.
Ajul menilai kebun ini berbeda dengan banyak kolong
flyover
lain di Jakarta yang masih kosong dan tidak terawat.
“Bagus, bisa jadi contoh,” katanya.
Perubahan wajah kolong
flyover
juga dirasakan langsung warga sekitar. Darma (40), warga RW 08 Cipinang Melayu, menilai kawasan menjadi lebih nyaman.
“Dulu di sini gelap, kotor, orang juga jarang lewat. Sekarang sudah beda, lebih terang, bersih, dan enak dilihat. Kalau lewat juga rasanya lebih adem karena banyak tanaman,” ujar Darma.
Menurutnya, keberadaan kebun kota mendorong kepedulian warga terhadap lingkungan. Warga kerap ikut menyiram tanaman atau membersihkan area kebun.
“Soalnya ini kan buat kita juga. Hasil panennya juga dibagi ke warga, jadi semua merasa ikut punya,” kata Darma.
Hal serupa disampaikan Risa (38). Ia menilai kebun kota memberi manfaat nyata, termasuk sebagai ruang edukasi bagi anak-anak.
“Sekarang anak-anak juga jadi sering lewat sini, lihat tanaman, tanya-tanya. Jadi bukan cuma jalan kosong, tapi ada fungsinya,” kata Risa.
Sebelum ditata, kolong
flyover
kerap menjadi lokasi parkir liar dan penumpukan sampah. Setelah dijadikan kebun kota, kondisi tersebut perlahan berkurang.
“Kalau sudah jadi kebun begini, orang juga sungkan buang sampah sembarangan. Lingkungannya lebih terjaga,” ujarnya.
Pengamat perkotaan Universitas Indonesia, Muh Aziz Muslim, menilai pemanfaatan kolong
flyover
sebagai ruang publik dan urban farming patut diapresiasi di tengah keterbatasan ruang terbuka hijau di Jakarta.
“Ini menjadi model inovasi yang menarik untuk menyiasati keterbatasan ruang terbuka, sekaligus membuat Jakarta lebih hijau dan ramah,” ujar Aziz.
Namun, ia menekankan pentingnya perencanaan yang holistik serta koordinasi lintas pihak, termasuk pengelola jalan dan infrastruktur, agar pemanfaatan kolong
flyover
tidak mengganggu fungsi utama jalan.
Menurut Aziz, tantangan utama terletak pada aspek pemeliharaan.
“Di sinilah pentingnya partisipasi masyarakat dan rasa memiliki. Membangun bisa, merawat sering kali menjadi masalah,” katanya.
Kebun kolong
flyover
di Jakarta Timur menunjukkan bahwa ruang sisa perkotaan dapat diubah menjadi ruang hijau yang produktif.
Namun, seperti diingatkan para pengamat, keberlanjutan menjadi kunci utama agar inisiatif semacam ini tidak berhenti sebagai proyek sesaat.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Menurunkan Panas Jakarta dari Bawah Jalan Layang, Peran Kebun Kolong Flyover Megapolitan 19 Desember 2025
/data/photo/2025/12/01/692cf423945a4.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/694508d487fd2.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/69454bce9aae0.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/6944374d3215d.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/69450478d9244.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/69453ff928890.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)