Masa Sulit Delman di Kota Bogor dan Upaya Kusir Menjaga Tradisi
Tim Redaksi
BOGOR, KOMPAS.com –
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat,
delman
tetap menjadi pilihan menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan nuansa sejarah.
Di Bogor, delman dapat dijumpai di kawasan Jalan Ir. H. Juanda, dekat Balai Kota Bogor.
Di area tersebut, pengunjung bisa menikmati transportasi tradisional ini, lengkap dengan hiasan dan aksesorinya yang khas.
Suara dentingan besi pada kaki kuda, yang biasanya terdengar saat delman melintas, kini semakin jarang terdengar di kota.
Jumlah
delman di Bogor
kini hanya tersisa beberapa ekor sehingga kehadirannya kian jarang terlihat di jalanan kota.
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, mengingat masa kejayaan delman di Bogor dan kota-kota lain.
“Dulu, sebelum angkutan bermesin muncul, angkot saja belum ada, orang bepergian paling naik sepeda,” kata Djoko kepada
Kompas.com
, Senin (24/11/2025).
“Nah, delman jadi pilihan karena terjangkau dan bisa membawa lebih banyak orang. Makanya buat anak-anak zaman dulu, delman itu hal yang biasa dilihat sehari-hari,” sambungnya.
Delman bukan sekadar alat transportasi. Moda ini menjadi bagian dari memori kolektif masyarakat. Anak-anak tumbuh dengan suara tapal kuda, gerakan roda kayu, dan gerobak yang hilir-mudik di jalanan.
Dulu, transportasi ini menjadi penopang mobilitas warga sebelum angkot, bus, dan kendaraan pribadi mengambil alih.
Sekarang, kondisinya berbeda. Delman jarang lagi digunakan sebagai angkutan umum harian.
Djoko menyoroti tantangan besar yang dihadapi delman ketika beroperasi di tengah arus kendaraan bermotor.
Menurut dia, keberadaan delman berisiko di jalanan yang padat dengan mobil dan motor. Risiko kecelakaan cukup tinggi, terutama di titik-titik perlintasan yang ramai.
“Masalahnya muncul ketika delman beroperasi di tengah lalu lintas mobil dan motor. Risiko tentu ada, apalagi di titik-titik perlintasan padat. Pemerintah perlu membuat aturan yang jelas,” jelasnya.
Salah satu alternatif adalah membuat jalur khusus delman, tetapi pilihan itu membutuhkan biaya besar dan belum tentu memungkinkan.
Selain itu, perawatan kuda menjadi tantangan tersendiri. Pakan mahal, tempat kandang terbatas, dan kebersihan harus dijaga agar tidak menimbulkan gangguan.
“Memelihara kuda itu mahal. Pakan susah, rumput susah, lalu tempat kandang di rumah juga terbatas, jangan sampai bau mengganggu tetangga,” kata dia.
Di beberapa kota, seperti Yogyakarta, pengelola delman bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Hewan UGM untuk memastikan kuda tetap sehat.
Djoko menekankan, kota lain bisa meniru hal ini, misalnya bekerja sama dengan IPB yang memiliki keahlian dalam peternakan.
“Kota lain juga bisa meniru, misalnya bekerja sama dengan kampus yang punya fakultas peternakan seperti IPB, karena mereka memang memahami cara merawat hewan kerja seperti kuda delman,” ujar dia.
Meskipun perannya sebagai angkutan umum menurun, delman masih memiliki nilai edukasi.
Anak-anak bisa belajar bahwa dahulu transportasi kota mengandalkan kuda dan gerobak sebelum hadir kendaraan bermesin.
“Kalau ditanya, apakah delman masih relevan untuk wisatawan? Paling tidak masih ada sisi edukasinya. Anak-anak bisa tahu bahwa dulu transportasi kota pernah menggunakan delman sebelum semuanya beralih ke kendaraan bermesin,” jelas dia.
Delman juga menjadi sarana nostalgia bagi generasi yang tumbuh di era pra-modernisasi transportasi. Namun, realitasnya jumlah delman terus menurun. Biaya pemeliharaan kuda yang tinggi menjadi hambatan besar.
Jalan Juanda yang padat kendaraan juga tidak lagi ramah bagi delman, sehingga operasionalnya semakin terbatas.
Di antara kusir yang masih bertahan, Aup (50) menjadi salah satu wajah tradisi yang terus hidup.
Ia mulai menekuni profesi ini sejak kelas 5 SD, mengikuti jejak orang tuanya yang bekerja sebagai kusir delman di Cianjur.
“Saya mulai mendelman dari kelas 5 SD. Tapi memang dari kecil sudah terbiasa lihat orang tua kerja narik delman, jadi lama-lama kebawa. Namanya juga anak kampung, dulu mainnya di kandang kuda, jadi ya kebiasaannya melekat,” ujarnya.
Aup menyebut, pekerjaan ini bukan hanya soal penghasilan. Dunia delman adalah bagian dari hidupnya, sebuah warisan yang ia rasa perlu dijaga.
Meski banyak jalur ditutup dan modernisasi membuat penumpang berkurang, ia tetap bertahan.
“Dari 2002 sampai sekarang. Sudah 20-an tahun lebih lah. Pernah sih nyobain kerja lain selama dua tahun, tapi akhirnya balik lagi ke delman. Soalnya ya sudah terlanjur punya kudanya, sayang kalau dijual,” katanya.
Ia merawat kudanya setiap hari—dimandikan, disikat, diberi vitamin, dan dijaga kebugarannya. Tanpa kuda yang sehat, profesinya tidak bisa dijalankan.
Kehadiran ojek online, menurut Aup, menjadi salah satu faktor yang membuat delman kehilangan relevansi sebagai angkutan harian.
Orang lebih memilih kendaraan cepat, murah, dan instan. Meski begitu, delman tetap punya daya tarik tersendiri bagi sebagian wisatawan.
“Ya mau gimana lagi. Keberadaan ojol memang bikin semua berubah. Tapi orang yang mau naik delman pasti tetap ada. Soalnya rasanya beda. Buat mereka yang mau pengalaman, ya delman,” ujar Aup.
Jumlah penumpang menurun drastis, kecuali di hari libur.
Pada Minggu, misalnya, delman masih bisa narik tiga sampai empat kali, sementara hari biasa kadang hanya sekali atau dua kali.
“Kalau Minggu lumayan ramai, bisa tiga sampai empat kali narik. Kalau hari biasa ya kadang sekali, kadang dua kali aja,” katanya.
Selain Aup, ada Wildan, kusir yang telah menekuni delman selama sembilan tahun. Ia memiliki kuda Sumbawa asli yang dikenal kuat dan gesit.
Bagi Wildan, menjaga kesehatan kuda adalah hal paling penting.
“Buat orang-orang yang naik, delman ini jadi pengalaman sendiri. Selain buat wisata, ya jadi angkutan lokal yang nyaman dan aman juga,” katanya.
“Yang paling penting mah saya jagain kuda biar tetap sehat dan bugar tiap mau dipakai kerja,” sambung dia.
Aup dan Wildan memasang tarif Rp 120.000 untuk rute mengelilingi Kebun Raya Bogor dan Rp 60.000 untuk rute sekitar Alun-alun.
Yati (48), warga yang tinggal lama di kawasan Jalan Juanda, mengaku masih sering melihat delman di pagi dan sore hari.
“Masih suka liat. Biasanya lewatnya itu pagi sama sore. Pagi tuh pas orang-orang pada baru buka toko, atau enggak sore. Kadang kalau
weekend
mah lebih sering lagi, soalnya banyak orang,” kata Yati.
Ia menilai delman masih layak dipertahankan karena sudah menjadi bagian dari identitas kota.
“Menurut saya masih ada tempatnya. Soalnya delman tuh sudah dari dulu, mau makin rame atau gimana, tetap aja orang seneng liat atau coba naik,” ucapnya.
Meski delman kini terbatas, Yati menilai kehadirannya bukan gangguan.
“Enggak juga sih, soalnya enggak banyak kayak angkot. Cuma ya kadang kalau jalanan lagi macet. Tapi buat saya pribadi sih ciri khas,” katanya.
Rafli (23), generasi muda yang tumbuh di era digital, punya pandangan serupa namun lebih realistis. Ia menilai delman kini lebih relevan sebagai kendaraan wisata.
“Menurut saya masih punya tempat tapi mungkin bukan sebagai transportasi utama. Lebih ke kendaraan wisata aja atau yang jaraknya dekat,” ujar dia.
Keluarganya pun jarang menggunakan delman.
“Enggak pernah sih, jarang banget. Kalau keponakan juga mereka naik delman paling kalau lagi jalan-jalan sekitar Kebun Raya Bogor aja,” terangnya.
Meski begitu, ia berharap pemerintah tetap menata operasional delman, bukan menghilangkannya.
“Misal dibikin jalurnya atau lokasi yang emang aman. Kalau di tengah kota yang mobilnya makin banyak ya riskan juga. Bisa dialihin sebagian ke area wisata,” jelasnya.
Djoko menegaskan, keberadaan delman sangat bergantung pada karakter sebuah kota. Di Bogor, delman masih bisa bertahan karena banyak objek wisata.
“Kalau ingin mempertahankan delman, ya arahnya memang harus ke wisata, bukan lagi sebagai moda transportasi umum harian,” ujarnya.
Situasinya pun berbeda dengan masa lalu. Delman tidak lagi menjadi moda transportasi utama di banyak kota.
“Kalau delman dipertahankan sebagai angkutan kota, biasanya hanya di kota tertentu saja, terutama kota wisata,” kata dia.
Pemkot Bogor memperbolehkan operasional delman asalkan mematuhi ketentuan terkait keselamatan dan kesejahteraan hewan.
Para kusir juga diminta menjaga kebersihan serta melintasi rute yang telah ditetapkan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Masa Sulit Delman di Kota Bogor dan Upaya Kusir Menjaga Tradisi Megapolitan 25 November 2025
/data/photo/2025/11/27/6927450b315ec.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/11/27/6927462e2d2fb.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4652019/original/052234900_1700176097-WhatsApp_Image_2023-11-16_at_20.48.19.jpeg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/06/24/685a6fb8bf3cb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933d218396ce.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933b0d037df8.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2023/08/28/64ec7c8b95ce2.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/05/693230daa69eb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933b85c67abd.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)