Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Koperasi Pemulung Tangsel: Raup Omzet Miliaran dari Sampah Botol Plastik Megapolitan 22 November 2025

Koperasi Pemulung Tangsel: Raup Omzet Miliaran dari Sampah Botol Plastik
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
– Di sebuah halaman luas, tak jauh dari TPA Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, terlihat deretan karung putih menyambut siapa pun yang datang.
Karung-karung itu berisi botol plastik bekas dengan jumlah sampai ribuan datang silih berganti sepanjang hari.
Di sinilah
Koperasi Pemulung Berdaya
, atau
Recycle Business Unit
(RBU) Serpong, mengubah limbah botol plastik berjenis
Polyethylene Terephthalate
(PET) menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang.
Di tempat itu, botol-botol plastik bekas dikumpulkan dari berbagai lokasi, dipilah satu per satu, kemudian dicacah menjadi serpihan plastik bernilai jual.
Sama sekali tak terbayang bahwa tempat sederhana yang berdiri tak jauh dari TPA Cipeucang itu mampu mengelola ratusan ton sampah setiap bulan.
Sekretaris Koperasi Pemulung Berdaya, Julaeha (35), mengatakan, koperasi ini berawal dari program CSR Danone pada 2010. Ketika itu belum berbentuk koperasi, hanya unit daur ulang yang menggandeng NGO.
Tiga tahun kemudian, Danone bekerja sama langsung dengan pemulung di Kampung Cipeucang, Desa Kademangan, mendirikan koperasi agar pengelolaan menjadi lebih terstruktur.
Dari yang awalnya hanya mengumpulkan sekitar 5 ton per bulan, kini kapasitasnya melonjak hingga 150 ton per bulan.
Pick-up dan truk juga datang bergantian, membawa botol plastik dari 300–400 lapak, bank sampah, restoran, hingga instansi perkantoran.
Sementara untuk pemulung jika ditotal, ada sekitar 4.000 orang di Jabodetabek yang terhubung dengan koperasi ini melalui para pelapak.
“Kalau anggota yang kerja langsung di sini (koperasi pemulung) ada 53 orang,” kata Julaeha.
Anggota-anggota itulah yang setiap hari memilah botol berdasarkan standar, seperti label dilepas, tutup dibuang, tidak boleh terbakar, tidak berbau menyengat, dan warnanya harus sesuai.
Dari sekitar 6 ton botol yang masuk per hari, sekitar 90 persen bisa diproses dan sisanya dikembalikan ke pelapak karena tidak memenuhi kriteria.
Dari proses-proses itu, mereka mampu meraup omzet hingga miliaran, bahkan jika kondisi pengiriman sedang ramai, omzet mereka bisa mencapai Rp 1,2 miliar.
Namun omset hingga miliar itu jarang terjadi di beberapa tahun belakangan ini.
Juleha mengaku, belakangan ini omzet mereka tengah turun hingga ratusan juta.
Penyebabnya karena biaya operasional meningkat, harga bahan baku bersaing, mesin yang sering bermasalah, dan penyusutan bahan baku mencapai 10–15 persen.
“Sebenernya untuk omzet sih kalau pas lagi banyak barang ya, kita bisa Rp 1,2 miliaran, tapi kalau lagi sepi ya paling berapa gitu kan ga sampai segitu,” kata dia.
Juleha juga menjelaskan, omzet Rp 1,2 miliar itu merupakan pendapat kotor yang masih harus dibagi-bagi lagi untuk keperluan koperasi lainnya.
Misalnya, untuk gaji karyawan, listrik, perawatan mesin, hingga logistik.
“Jadi belum tentu juga untung. Usaha daur ulang itu kompleks,” ucap dia.
Meski begitu, dampak ke masyarakat sekitar sangat terasa. Banyak pekerja, yang mengaku terbantu secara ekonomi sejak bergabung. Terutama ibu rumah tangga.
Ada yang bisa menyekolahkan anak hingga sarjana, ada yang berhasil membangun kontrakan, bahkan ada yang membeli sawah di kampung.
Pemulung yang bekerja sama dengan koperasi rata-rata menjual 5–10 kilogram botol PET setiap kali setor, dengan harga beli Rp 5.000 per kilogram.
Jumlah itu sederhana, tetapi menjadi penghasilan rutin yang membuat roda keluarga tetap berputar.
Saat ini, Julaeha mengatakan, banyak rencana yang ingin dikembangkan koperasi, termasuk mulai mengelola sampah karton, HDPE, dan multilayer tahun depan.
Jaringan mereka juga sudah melebar ke berbagai daerah, mulai dari Bekasi, Sukabumi, Gunung Sindur, hingga Labuan Bajo.
Dengan kondisi itu, Juleha berharap, semakin banyak daerah yang memiliki fasilitas daur ulang mandiri agar sampah plastik tak lagi menumpuk di tempat pembuangan.
“Sampah itu kalau dipilah benar, nilainya naik. Kalau nyampur, nilainya kecil. Tapi kalau dipilah, bisa jauh lebih tinggi. Bisa jadi cuan banget,” ucap dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.