Kisah Mia, Ibu di Jakbar yang Jemput Ijazah Sang Putra yang Telah Tiada…
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Suasana SMA Islam Said Naum, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025) pagi begitu ramai.
Ratusan siswa berbaris rapi hendak menerima ijazah mereka yang telah ditebus melalui program pemutihan ijazah tahap IV. Ini merupakan program bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta yang diserahkan langsung oleh Gubernur DKI, Pramono Anung.
Wajah-wajah muda penuh senyum terlihat di kerumunan. Ada yang bercanda dengan teman, ada pula yang sibuk mengabadikan momen dengan ponsel.
Semua tampak antusias menanti lembaran kertas yang akan menjadi kunci melanjutkan pendidikan.
Di antara kerumunan itu, tampak seorang perempuan paruh baya berdiri di barisan paling belakang. Dia adalah Mia (40), seorang ibu asal Cengkareng, Jakarta Barat.
“Saya ke sini sendiri, mau ambil ijazah putra saya yang baru saja meninggal. Padahal tadi suami bilang, ‘ngapain diambil?’ Tapi ya namanya ibu, saya tetap ambil,” tutur Mia kepada
Kompas.com
, Kamis.
Meski putranya telah tiada, Mia tetap mengambil ijazah milik mendiang sang buah hati sebagai kenang-kenangan.
Melalui selembar kertas itu, Mia bisa melihat kembali wajah dan sidik jari putranya, seakan masih hadir di sisinya.
“Buat kenang-kenangan saja. Kalau kangen bisa lihat foto yang ada di ijazah, bisa lihat sidik jarinya,” ungkap Mia.
Dalam ingatan Mia, putra kedua dari tiga anaknya itu adalah sosok yang rajin belajar dan selalu menghormati orangtua.
Sejak duduk di bangku SMA, Irgy kerap menyampaikan keinginannya untuk bekerja, bahkan sampai berniat merantau ke Bali.
Semua itu dilakukan karena Irgi tidak ingin merepotkan keluarganya.
“Waktu SMA itu dia ngotot, ‘Udahlah, Mah, nggak usah sekolah. Kerja aja. Pengin bantu-bantu orangtua, mau kerja di Bali’. Tapi saya larang, sayang, tinggal sedikit lagi lulus SMA,” kenangnya.
Namun takdir berkata lain. Pada 15 Juni lalu, Irgy tutup usia akibat menjadi korban tawuran di Cengkareng, Jakarta Barat.
Mia bercerita, malam nahas itu terjadi saat sang anak tengah nongkrong bersama teman-temannya.
Belum jelas siapa yang memulai, tetapi tiba-tiba keributan pecah dan Irgy menjadi korban.
“Kejadiannya subuh, anak saya jadi korban lagi nongkrong sama teman-temannya, langsung dilariin ke rumah sakit,” ujarnya.
Telepon dari rumah sakit membuat dunia Mia runtuh seketika. Anak yang sehari sebelumnya masih bercerita tentang sekolah justru terbaring tak bernyawa.
Irgy dinyatakan meninggal dunia, tepat sebelum naik ke kelas 2 SMA, di saat ujian tengah berlangsung.
“Tiba-tiba saya ditelepon pihak rumah sakit, katanya anak saya sudah tergeletak. Dia meninggal di Rumah Sakit Cengkareng, dekat rumah,” kata Mia lirih.
Kasus itu kemudian ditangani aparat. Dua pelaku yang masih berusia di bawah umur ditangkap dan kini dijatuhi hukuman.
Seorang pelaku divonis 5 tahun 8 bulan penjara, sementara lainnya 4 tahun 3 bulan.
Namun, bagi Mia, hukuman itu tak sebanding dengan kehilangan yang ia alami.
“Anak saya sudah nggak akan kembali,” kata dia.
Meski hatinya perih, Mia berusaha ikhlas. Ia yakin, kehilangan ini adalah bagian dari takdir yang harus diterima.
“Mungkin memang sudah jalannya. Saya nggak bisa menyalahkan takdir. Tapi kehilangan itu berat sekali. Rasanya hampa,” ucapnya pelan.
Di balik air matanya, Mia menitipkan pesan untuk para pelajar di Jakarta. Ia memohon agar anak muda tidak menggadaikan hidupnya demi tawuran.
Ia berharap tak ada lagi nyawa yang terbuang percuma karena tawuran. Baginya, nyawa yang hilang karena tawuran hanya menyisakan kesedihan tiada akhir di hati orangtua.
“Buat apa sih tawuran? Kalau jadi korban, meninggal seperti anak saya, orangtua yang sedih. Jangan sampai ada lagi orangtua yang merasakan sakitnya kehilangan anak karena hal sia-sia begitu,” pesannya.
Bagi Mia, ijazah yang ia bawa pulang hari itu bukan sekadar dokumen pendidikan. Ijazah ini adalah pengingat tentang semangat sekolah yang pernah dimiliki Irgy, sekaligus penawar rindu seorang ibu kepada putra yang lebih dulu pergi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kisah Mia, Ibu di Jakbar yang Jemput Ijazah Sang Putra yang Telah Tiada… Megapolitan 21 Agustus 2025
/data/photo/2025/12/19/694562daa7af7.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)

/data/photo/2025/12/19/694527fd71214.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)

/data/photo/2025/03/24/67e0fd139ed92.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/69452c70a6e5c.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/694562daa7af7.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/694549671cadc.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/69455394a6a8c.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/694533fa19596.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/19/694527fd71214.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/01/692cf423945a4.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)