Ketulusan Siti Rohmah, Rela Tak Rayakan Lebaran dengan Keluarga demi Tugas sebagai Nakes
Tim Redaksi
BANYUWANGI, KOMPAS.com
– Sebuah ruangan berukuran sekitar 2,5 x 4 meter di sudut dekat pintu keluar
Pelabuhan Ketapang
, Banyuwangi, Jawa Timur, dimanfaatkan sebagai
pos kesehatan
arus mudik
.
Di ruangan itu, tampak dua tenaga kesehatan (
nakes
) tengah sibuk mencatat di sebuah buku dan menginput data ke ponsel.
Mereka adalah nakes yang tengah bertugas piket melayani masyarakat yang butuh tindakan medis.
Salah satu di antara nakes tersebut adalah
Siti Rohmah
, seorang perawat yang sehari-harinya bertugas di puskesmas pembantu (pustu) Desa Paspan, Kecamatan Glagah.
“Saya mulai piket di pos kesehatan arus mudik sejak tahun 2011,” kata Rohmah, Selasa (25/3/2025).
Tak hanya di Pelabuhan Ketapang, dia kadang juga bertugas di pos kesehatan yang tersebar di jalur mudik atau area wisata, yaitu di Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Glagah, dan Kecamatan Licin.
Setiap tahun dia pasti mendapatkan jadwal untuk berjaga, namun dia tak mengetahui metode pembagian piket.
Rohmah mengaku menerima apa pun tugas yang diberikan kepadanya.
Dia pun tak pernah menyampaikan permintaan khusus, seperti menggeser jadwal agar tak piket saat Hari Raya Idul Fitri dan sebagainya.
“Hari Raya Idul Fitri saat shalat id pun kalau dapat jadwalnya itu, saya bertugas. Tidak keberatan, anggap saja rezeki,” ucapnya seraya tersenyum.
Baginya, panggilan tugas adalah kewajiban akan pengabdian yang harus dipenuhi.
Dia pun telah memberi pengertian kepada tiga anaknya untuk berbesar hati bahwa ibunya jarang ada waktu bersama mereka di hari-hari libur besar seperti Natal atau Idul Fitri.
Upaya memberi pengertian kepada anak pun kadang tak berjalan mulus, namun perlahan, semakin besar anak-anaknya, keluarga mulai terbiasa dan justru kini menyemangatinya.
“Sebetulnya inginnya pas Lebaran tidak piket, tapi risiko nakes, sudah tahu ini risiko pekerjaan,” tuturnya.
Selama 14 tahun mengabdi, dia telah menemui berbagai tantangan saat memberikan tindakan medis.
Di antaranya, korban kecelakaan yang menyebabkan patah tulang membutuhkan tindakan rujukan dengan segera.
Di saat-saat genting itu, dia harus berpikir jernih antara memastikan kondisi pasien baik-baik saja dan menghubungi rumah sakit guna menginformasikan tindakan rujukan untuk memastikan pasien mendapatkan tindakan lanjutan dengan segera.
“Pernah kejadian waktu tugas di Wongsorejo ada kecelakaan, korbannya lebih dari satu. Kalau sudah begitu, kasusnya agak berat, tegang semuanya,” kenangnya.
Sementara itu, saat bertugas di Pelabuhan Ketapang, dia tak menemukan kasus berat, karena keluhan penumpang mayoritas adalah pusing akibat kelelahan atau mabuk laut.
Paling parah, dia pernah mendapatkan pasien pemudik yang pingsan karena diduga kekurangan oksigen atau hipoksia akibat berdesak-desakan dalam antrean.
Agar kejadian serupa tak terulang, Rohmah mengimbau penumpang untuk menyiapkan kondisi fisik dan menjaga kesehatan sebelum melakukan perjalanan.
“Kalau tidak kuat, jangan dipaksakan karena tidak wajib bagi yang melakukan perjalanan. Selalu dengarkan alarm yang disampaikan tubuh,” pesannya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/12/05/6932c987197cb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/06/24/685a6fb8bf3cb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933d218396ce.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/6933b0d037df8.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2023/08/28/64ec7c8b95ce2.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/05/693230daa69eb.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)