Jerit Hati Para Anak Fatherless: Kehilangan Sosok Ayah Sangat Berat
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Getirnya kehidupan harus dirasakan anak-anak yang tumbuh tanpa sosok ayah sejak usia masih belia.
Peran ayah
untuk sebagian besar anak sering kali hilang, entah karena perceraian atau kematian.
Kini, orang-orang yang hidup tanpa sosok ayah disebut mengalami ‘
fatherless
‘.
Fatherless adalah kondisi di mana anak tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah, baik secara fisik maupun psikologis, yang berdampak signifikan terhadap
tumbuh kembang anak
, baik mental, emosional, maupun sosial.
Kondisi itu yang dialami perempuan bernama Ester (bukan nama sebenarnya, 35). Di usia yang menginjak lima tahun, ia justru kehilangan sosok kedua orangtuanya karena bercerai.
“Papah pergi gitu saja, mamah juga sih,” ungkap Ester saat diwawancarai
Kompas.com
di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (24/12/2025).
Sejak itu, kehidupan Ester dan ketiga kakaknya berubah total karena harus menjalani hidup tanpa orangtua, serta tinggal bersama kakek dan neneknya.
Di usianya yang masih belia, Ester belum begitu paham dengan apa yang keluarganya alami.
Dalam hati, ia selalu bertanya mengapa kedua orangtuanya bisa berpisah dan tidak lagi bisa mendampingi keempat anaknya.
“Saya paling dekat sama papah, kan. Dari kecil suka dibawa ke kantor, diajak ke mana-mana. Saya bingung saja sampai umur enam sampai tujuh tahun mencerna kondisi yang terjadi. Sepanjang sekolah dasar, sebenarnya saya juga masih bingung kok bisa begini, bisa begitu,” sambung Ester.
Namun, seiring bertambahnya usia, ia paham mengapa kedua orang tuanya bisa bercerai dan tidak lagi bisa mendampinginya menjalani kehidupan.
Kini, ia justru merasa beruntung karena bisa diasuh dan dididik oleh kakek dan neneknya saat kedua orangtuanya pergi.
Ester bilang, kakek dan neneknya begitu menyayangi keempat cucunya, namun memang didikannya sangat keras sehingga sangat disiplin.
Didikan keras itu sengaja diberikan oleh sang kakek yang selama ini berperan menggantikan sosok ayah agar keempat cucunya bisa tumbuh menjadi orang yang tangguh.
“Kakek sebagai pengganti papah, sepertinya dia tahu umurnya tidak lama lagi, jadi mengajari kita sangat keras. Saya bersaudara, kan, mayoritas perempuan, jadi kakek benar-benar keras mengajari ini dan itu. Dia sering bilang, ‘Kalau kakek sudah tidak ada, kalian harus hidup jadi orang yang tangguh’,” ucap Ester.
Benar saja, tidak lama sang kakek meninggal dunia, sehingga membuat Ester lagi-lagi kehilangan sosok orang tua laki-laki dalam hidupnya.
Meskipun merasa beruntung karena bisa diasuh oleh kakek dan neneknya, Ester tetap sering merindukan sosok ayah dalam hidupnya.
“Sebenarnya, meskipun ada kakek, saya sendiri kangen papah. Dan selalu mempertanyakan, kenapa dia pergi? Kenapa cuma duitnya saja yang datang, orangnya tidak ada? Kenapa dia tidak menjangkau kami padahal masih satu kota? Itu waktu SD sampai SMA,” ujar Ester.
Padahal, usai kematian kakeknya, Ester sempat berharap ayahnya bisa kembali mengambil peran untuk anak-anaknya.
Namun, harapan itu pupus, ia tetap harus melanjutkan hidupnya tanpa sosok ayah.
Wanita keturunan Jawa itu mengaku, sang ayah baru kembali menghubunginya ketika dirinya sudah dewasa dan merantau ke Jakarta.
Setiap kali dihubungi sang ayah, Ester merasa bingung harus berperilaku seperti apa karena sudah merasa begitu jauh dan tidak lagi mau berharap.
Kerinduan yang sama juga menggelayuti hati Naya (24) yang kehilangan sosok ayah sejak dirinya masih duduk di bangku 1 Sekolah Dasar (SD).
Ketika itu, ayah Naya mengalami sakit komplikasi sehingga nyawanya tidak lagi bisa ditolong, meskipun sudah melakukan berbagai pengobatan.
Sejak kepergian ayah, ia mengaku tidak pernah baik-baik saja saat menjalani kehidupan hingga saat ini tumbuh dewasa.
“Pak, dari dulu sampai sekarang Naya tidak pernah baik-baik saja,” tutur Naya saat diwawancarai di kediamannya, Manggarai, Jakarta Selatan, Senin.
Meskipun meninggalkan luka mendalam, Naya bersyukur kepergian sang ayah bisa membuat dirinya belajar menjadi sosok kuat seperti sekarang.
Ia mengaku sudah mulai lupa wajah, suara, hingga semua kenangan bersama ayah tercinta.
Meskipun raganya tidak lagi dapat dipeluk, sosok ayahnya tetap akan melekat di hati Naya.
“Bapak selalu ada di hati Naya sampai kapan pun. Kehilangan bapak bukan hal yang sedih lagi buat Naya, tapi kehilangan bapak buat Naya belajar menjadi sosok yang lebih kuat dan ikhlas,” ucap Naya.
Kini, perempuan bertubuh mungil itu hanya mampu mengungkap kerinduan kepada sang ayah lewat doa yang dipanjatkan setiap sujudnya.
Selain itu, ia juga selalu menyempatkan waktu untuk datang ke makam ayahnya jika dalam kondisi sedih dan membutuhkan tempat untuk bercerita.
Hidup tanpa sosok ayah juga harus dialami remaja bernama Friska (18) sejak usianya masih 12 tahun.
“Dari kecil saya sangat dekat dengan almarhum. Kehilangan sosok beliau sangat berat bagi saya, terutama waktu itu saya masih kecil,” ucap Friska.
Senasib dengan Naya, Friska harus kehilangan ayahnya karena mengalami penyakit komplikasi.
Kepergian sang ayah membuat Friska dibesarkan oleh ibu dan kakak laki-lakinya.
Wanita yang akrab disapa ‘Eneng’ ini mengaku, ibu dan kakak laki-lakinya memang bisa berperan sebagai sosok ayah, namun tidak bisa menggantikan sepenuhnya.
Luka ditinggal sang ayah juga masih melekat di hati Friska sampai saat ini, meskipun sudah hampir enam tahun lamanya.
Setiap kali mengingat kematian ayahnya, ia merasa tidak semangat lagi menjalani kehidupan, seperti untuk bekerja dan mengejar mimpinya.
Namun, ia berusaha agar luka yang masih menganga di hatinya itu tidak lagi menghambat kehidupannya.
Kini, Friska sedang berjuang mati-matian mencari pekerjaan karena baru lulus SMA.
Ia juga meminta maaf kepada sang ayah jika belum mampu menjadi anak yang diinginkan selama ini.
“Bapak, ini Neng. Neng sudah gede, semoga bapak tenang di sana. Neng di sini bantu doa buat bapak, semoga tenang dan ditempatkan di sisi Allah. Maaf Neng belum bisa jadi anak yang bapak mau,” tutur Friska.
Hidup tanpa sosok ayah atau
fatherless
menjadi fenomena yang belakangan ini ramai dibicarakan di Indonesia.
Munculnya julukan ‘fatherless’ membuat orang paham bahwa kehilangan sosok ayah bukan hanya hal sederhana yang lambat laun akan dimengerti anak.
Namun, tidak adanya sosok ayah merupakan hal kompleks dan berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak.
Psikolog dari Rumah Sakit (RS) Pondok Indah-Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi mengatakan
fatherless
tidak hanya dialami anak karena perceraian dan kematian orangtuanya.
”
Fatherless
merupakan kondisi di mana ayah tidak sepenuhnya hadir dalam pengasuhan anak, dan tidak terlibat aktif dalam mendampingi anak, termasuk tidak meluangkan waktu bersama anak,” kata Jane saat dihubungi, Senin.
Padahal, kata Jane, sosok ayah begitu penting untuk mengajarkan anak tentang banyak hal, seperti keberanian, kepercayaan diri, dan menjadi
role model
untuk anak laki-laki tentang bagaimana menjadi pria dewasa.
Sementara untuk anak perempuan, ayah menjadi
role model
tentang bagaimana seorang pria harus memperlakukan pasangannya.
Jika tidak adanya sosok ayah, anak akan kehilangan
role model
-nya.
Mereka cenderung bingung harus mencontoh siapa untuk bisa menjadi pria dewasa yang baik dan memperlakukan pasangan.
Tidak hanya kehilangan
role model
, anak-anak yang tumbuh tanpa sosok ayah akan rentan mengalami kecemasan, tumbuh dengan kepercayaan diri kurang optimal, serta sulit untuk membina hubungan atau relasi.
Jane juga menegaskan, peran ayah tidak hanya bekerja dan cukup memenuhi kebutuhan materi anak saja, tetapi sosoknya harus benar-benar hadir sejak anak masih bayi hingga dewasa.
Para ayah diharapkan bisa meluangkan waktu setiap harinya untuk anak, meskipun hanya sebentar.
“Seorang ayah harus mau meluangkan waktu bersama anak, salah satunya dengan rutin bermain selama 20 menit per hari setelah pulang bekerja,” ucap Jane.
Ketika bermain dengan anak, pastikan bahwa sosok ayah benar-benar hadir, sehingga tidak sambil bermain ponsel.
Selain itu, setiap akhir pekan, para ayah juga bisa mengajak anak pergi ke luar rumah untuk melakukan aktivitas yang disukai.
Dengan begitu, anak akan merasa bahwa sosok ayah benar-benar hadir dalam hidupnya sehingga bisa berdampak baik terhadap tumbuh kembangnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Jerit Hati Para Anak Fatherless: Kehilangan Sosok Ayah Sangat Berat Megapolitan 29 Desember 2025
/data/photo/2025/02/21/67b7f267f3168.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/27/694fcf813303d.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/29/6951dd10d503f.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/09/22/68d0d5cd88068.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/28/69514ab1a34e0.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)