Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Hilangnya Martabat TPU di Jakarta: Makam Jadi Kandang Hewan, Nisan Jadi Jemuran Megapolitan 21 Agustus 2025

Hilangnya Martabat TPU di Jakarta: Makam Jadi Kandang Hewan, Nisan Jadi Jemuran
Penulis

JAKARTA, KOMPAS.cm –
Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Jakarta yang sejatinya menjadi ruang penghormatan terakhir bagi orang yang telah meninggal, kini menghadapi persoalan serius.
Alih-alih menghadirkan suasana tenang dan khidmat, sejumlah TPU justru berubah fungsi menjadi arena aktivitas warga, bahkan permukiman liar.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan sekaligus pertanyaan besar mengenai tata kelola ruang publik dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Pantauan Kompas.com pada Selasa (19/8/2025) di TPU Prumpung, Jakarta Timur, menunjukkan suasana jauh dari kesakralan.
Beberapa kandang ayam dan burung milik warga berdiri di antara makam. Ayam-ayam terlihat bebas berkeliaran, bahkan bertengger di atas nisan.
Tak jarang, anak-anak menjadikan area pemakaman sebagai tempat bermain layang-layang, sementara motor melintas layaknya jalan umum.
“Kalau menanyakan apakah ada pembiaran, tidak. Persoalan utama justru tawuran remaja dan aktivitas masyarakat yang tidak semestinya di dalam TPU,” ujarnya (20/8/2025).
Meski akses menuju TPU sempat ditutup bersama RT dan aparat kepolisian, langkah itu tidak bertahan lama.
Warga membuka kembali jalur masuk. Akibatnya, tawuran remaja nyaris terjadi setiap hari.
“Petugas kami sangat terbatas, pencegahan hanya sebatas imbauan,” kata Muhaimin.
Persoalan serupa juga terlihat di TPU Kebon Nanas, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Dari pantauan, area makam yang dulunya dipenuhi nisan khas Tionghoa kini berubah menjadi kawasan permukiman liar.
Ratusan kepala keluarga mendirikan hunian semi permanen di atas makam, sebagian bahkan menggunakan nisan sebagai tiang jemuran.
Fenomena ini disebut sudah ada sejak 1980-an dan makin marak pasca penggusuran warga bantaran kali pada 1997.
“Setelah penggusuran, banyak yang pindah ke sini. Tahun 2007 mereka bahkan difasilitasi KTP oleh pemerintah,” ujarnya.
Mayoritas warga yang menetap bekerja sebagai pemulung atau buruh harian lepas. Meski begitu, keberadaan mereka bertentangan dengan aturan tata ruang dan fungsi TPU.
Warga di sekitar TPU Prumpung menilai keberadaan kandang unggas dan aktivitas liar berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.
Sari (46), warga sekitar, khawatir lingkungan makam bisa menjadi sarang penyakit.
“Takut DBD karena kotorannya dan air minum hewan jarang dibersihkan,” ujarnya.
Selain itu, penggunaan TPU sebagai arena tawuran remaja menimbulkan keresahan.
Bukan hanya merusak citra TPU sebagai tempat penghormatan terakhir, tetapi juga membahayakan masyarakat sekitar.
Kepala Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Timur, Dwi Ponangsera, menegaskan bahwa pihaknya melarang aktivitas permukiman liar di TPU Kebon Nanas.
“Kami melakukan sosialisasi persuasif agar warga memahami pentingnya menjaga fungsi lahan TPU,” katanya.
Dwi menambahkan, Pemkot Jakarta Timur berencana melakukan penataan ulang kawasan TPU.
“Akses masuk dan keluar TPU perlu dikontrol dengan baik agar tidak melanggar aturan,” ujarnya.
Praktik alih fungsi pemakaman di Jakarta menunjukkan lemahnya pengawasan dan manajemen ruang publik.
Pemakaman, yang seharusnya menjadi ruang penghormatan, kini kehilangan makna.
Tanpa langkah penegakan aturan yang tegas dan penyediaan solusi permukiman alternatif bagi warga, persoalan ini akan terus berulang.
Transparansi kebijakan, komitmen pemerintah, dan partisipasi masyarakat diperlukan untuk mengembalikan martabat TPU sebagai tempat terakhir yang layak bagi setiap warga negara.
(Reporter: Hafizh Wahyu Darmawan, Febryan Kevin Candra Kurniawan | Editor: Abdul Haris Maulana, Larissa Huda)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.