Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Genangan Abadi di Sunda Kelapa, Pelabuhan Bersejarah yang Terus Dihantui Banjir Rob Megapolitan 26 November 2025

Genangan Abadi di Sunda Kelapa, Pelabuhan Bersejarah yang Terus Dihantui Banjir Rob
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pelabuhan Sunda Kelapa di Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, bukan hanya sekedar tempat bongkar muat barang atau petikemas.
Sunda Kelapa
merupakan pelabuhan tertua di Jakarta yang dulunya menjadi gerbang utama perdagangan dunia.
Di pelabuhan inilah para pedagang dari berbagai negara, di antaranya India, China, Timur Tengah, Tiongkok, hingga Eropa Timur, bertemu.
Di sana, banyak pedagang melakukan transaksi dan bekerja sama satu sama lain. Tak hanya pusat perdagangan, pelabuhan ini juga menjadi pusat penyebaran budaya dan teknologi di nusantara.
Wisatawan yang datang ke pelabuhan bersejarah ini berasal tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga mancanegara.
Kebanyakan wisatawan mancanegara membawa kamera andalan mereka untuk mengabadikan keindahan pelabuhan bersejarah ini.
Meski menjadi kawasan bersejarah dan tempat bongkar muat, Pelabuhan Sunda Kelapa justru terus dihantui
banjir rob
.
Banjir rob terjadi ketika air laut sedang pasang dan meluap ke daratan. Dulunya, sepanjang pelabuhan hanya ditanggul dengan menggunakan karung-karung berisi tanah merah.
Tanggul
karung berisi tanah merah tersebut sering gagal menahan air laut agar tidak menggenangi kawasan pelabuhan.
Saking kerasnya terjangan air laut, karung-karung tanggul justru robek dan tanah merah di dalamnya berserakan hingga mengotori jalan pelabuhan.
Hal ini membuat air yang menggenang di Pelabuhan Sunda Kelapa tidak lagi berwarna seperti air laut, tetapi berubah menjadi kecokelatan karena bercampur dengan tanah merah.
Kini, Pelabuhan Sunda Kelapa sudah dilengkapi dengan tanggul beton yang memiliki ketinggian bervariasi, mulai dari, 1,8 meter, 2,3 meter, dan 2,4 meter dengan ketebalan 30 sentimeter.
Pembangunan tanggul sudah dimulai sejak 29 Oktober 2025 dan kini telah berdiri sekitar 1,2 kilometer.
Sayangnya, tanggul beton tersebut tetap tidak mampu membendung air laut ketika sedang tinggi. Air laut bercampur tanah merah tetap menggenangi area pelabuhan ketika rob datang.
“Sering (banjir), kadang-kadang ini kerendam juga sampai segini. Paling tinggi bisa sampai satu dengkul sekitar 50 sentimeter (Cm),” ucap salah satu buruh bongkar muat bernama Sarjani (34) saat diwawancarai
Kompas.com
di lokasi, Selasa (25/11/2025).
Sarjani menjelaskan, air laut masih meluap ke area pelabuhan meski sudah ada tanggul karena salah satu bendungan masih berlubang.
“Setiap hari (banjir) kalau (laut) pasang terus, dari bendungan di ujung itu kan berlubang, jadi air keluar terus,” tutur Sarjani.
Air laut tidak tumpah dari atas tanggul, melainkan dari area bawah jalanan, melalui celah-celah lubang atau bendungan.
“Iya, rencananya (mengurangi banjir) ini malahan tambah parah. Ini setiap hari banjir kayak gini, nanti kalau air surut baru kering tapi enggak kering total tetap ada genangan,” ungkap Apding.
Apding bilang, ketika air laut pasang dalam volume besar, maka ketinggiannya bisa mencapai satu meter.
Hal senada juga diungkap oleh buruh bongkar muat lain bernama Tarso (45). Ia menilai tanggul beton belum ampuh untuk membendung air laut agar tak tumpah ke daratan.
“Masih tetap banjir karena rembes dari bawahnya karena belum ditambal semua, banyak yang bolong jadi air naik bukan dari atas, tapi dari bawah,” kata Tarso.
Kondisi Pelabuhan Sunda Kelapa yang kerap tergenang banjir rob membuat aktivitas bongkar muat terhambat dan pekerjaan buruh semakin berat.
Tarso mengatakan, barang-barang dari kapal berpotensi basah dan rusak ketika bongkar muat dilakukan.
Para buruh juga harus mengeluarkan tenaga ekstra karena harus mengangkat barang sambil menerobos genangan banjir rob.
Bahkan, tak jarang pula para buruh bongkar muat tak bisa bekerja dan mendapatkan uang ketika banjir rob datang.
“Ganggu pasti lah, kadang kalau terlalu dalam enggak bisa muat, hujan juga enggak bisa,” ujar dia.
Selain itu, mobilitas truk-truk yang berlalu-lalang di pelabuhan juga terganggu imbas rob.
Banyak truk yang terpaksa parkir di tengah genangan rob saat bongkar muat dilakukan.
Manager Komersial Operasi dan Teknik PT Pelindo Regional 2 Sunda Kelapa, Muhammad Rizwan Nasution, menyebut banjir rob di pelabuhan bersejarah ini tidak terjadi setiap hari.
Ia mengatakan, banjir terjadi pada periode tertentu, ketika pasang air laut mencapai titik tertinggi.
Penyebab Pelabuhan Sunda Kelapa masih banjir disebabkan oleh pembangunan tanggul belum rampung.
“Pembangunan tanggul belum sepenuhnya selesai, sehingga masih ada area yang dalam proses pengerjaan,” ucap Rizwan kepada
Kompas.com
, Selasa.
Selain itu, sistem drainase juga masih dalam tahap normalisasi. Kondisi banjir diperparah oleh pekerjaan galian saluran limbah yang masih berlangsung.
Peneliti Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan tanggul tak ampuh menahan banjir rob.
“Pada dasarnya sama masalahnya.
Land subsidence
,
sea lavel rise
, hingga kebocoran tanggul,” tutur Budi.
Land subsidence
atau penurunan permukaan tanah memang sering terjadi di Pesisir Pantura, Jakarta, Tangerang, dan sekitarnya.
Menurut beberapa ahli, penurunan permukaan tanah itu disebabkan karena lapisan tanah di Pesisir Pantura, Jakarta, dan Tangerang bersifat aluvial yang cenderung lunak, sehingga ketika terjadi pemampatan, pembebanan, pengambilan air tanah maka penurunan akan terjadi.
Dalam jangka panjang, permukaan tanah di daratan menjadi lebih rendah dibanding tinggi muka air laut.
Tanggul yang pondasinya berada di atas tanah akan mengalami penurunan efektivitasnya dalam membendung air laut seiring waktu.
“Tanggul itu dibangun di atas tanah, dia punya pondasi ditanam di dalam tanah tapi ada bagian ke atas. Ketika tanah mengalami
land

subsidence
, maka tanggul akan mengikuti karena dia ditanam di atas tanah,” tutur Budi.
Misalnya, tanggul yang dibangun sudah didesain untuk menghalau air laut setinggi satu meter. Namun, karena tanahnya mengalami penurunan, tanggul tidak akan lagi ampuh menahan air rob dalam beberapa tahun ke depan.
Ketika tidak efektif, air laut akan mudah tumpah ke daratan dan menyebabkan genangan. Namun, di Pelabuhan Sunda Kelapa, air laut tidak tumpah dari atas tanggul.
“Nah, ini tanggul tinggi tapi ada genangan. Artinya air masuk lewat titik lain. Air kan selalu masuk lubang di manapun,” ujar Budi.
Untuk mengatasi banjir rob di Pelabuhan Sunda Kelapa, sumber masuknya air laut ke daratan harus diidentifikasi terlebih dahulu.
Air laut bisa masuk melalui lubang sekecil apa pun. Setelah teridentifikasi, sumber masuk tersebut harus segera diperbaiki atau ditutup.
“Bila masuk lewat saluran pembuangan drainase, bisa dipasang
flap gate
yang otomatis nutup ketika muka laut lebih tinggi atau pintu air yang dikontrol,” ucap Budi.
Pada intinya, pemutusan jalur air laut ke darat harus segera dilakukan dan dilengkapi dengan pompa untuk membuang air dari darat ke laut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.