Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

“Gen Z Malas Baca?” Mitos–Fakta yang Terungkap dari Perpustakaan di Jakarta Megapolitan 8 Desember 2025

“Gen Z Malas Baca?” Mitos–Fakta yang Terungkap dari Perpustakaan di Jakarta
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com-
Seberapa sering kalian dengar atau baca statement terkait “Gen Z malas baca”? Agaknya kontradiktif ya dengan tren
library hopping
yang justru sedang marak di kalangan Gen Z.
Library Hopping
sendiri merujuk pada kegiatan mengunjungi beberapa
perpustakaan
yang sedang hits di sosial media, seperti
TikTok
dan
Instagram
.
Jadi sebenarnya,
Gen Z
itu malas baca atau ini semua dikarenakan aksesibilitas dan layanan perpustakaan?
Pernyataan ini tampaknya salah besar.
Ujang Saripudin, staf Perpustakaan Freedom melihat bahwa Gen Z memiliki pola adaptif dalam membaca.
“Gen Z tetap membaca, namun format bacaan mereka lebih beragam, termasuk e-book, artikel digital, dan media visual-informatif. Mereka justru memiliki pola literasi yang adaptif sesuai perkembangan teknologi,” kata Ujang.
Selain itu, Thian Wisnu, Pustakawan Ahli Pertama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, menjelaskan fakta yang terjadi di Perpustakaan Jakarta Cikini, terlebih sejak jam operasional diperpanjang sampai malam hari.
“Terhitung sejak Mei, sekitar 54,39 persen dari total pengunjung itu Gen Z. Paling banyak pengunjung itu di akhir pekan, 3.200 orang/hari,” ujar dia.
Shafa (25), inisiator komunitas Baca Budaya Asia, menceritakan kegiatannya saat mengunjungi perpustakaan.
“Biasanya saya akan menghabiskan waktu untuk membaca koleksi perpustakaan. Kadang, saya juga bawa buku sendiri dari rumah untuk dibaca di perpustakaan, untuk cari tempat tenang,” kata Shafa.
Nyatanya, baik Perpustakaan Jakarta Cikini dan Perpustakaan Freedom senantiasa menampung masukan dan kritik dari para pengunjung, baik terkait kurangnya ruang baca dan jam operasional yang terbatas pada
weekday
.
“Pengunjung bisa menyampaikan keluhan atau masukan melalui aplikasi JAKI atau bisa DM Instagram dan
WhatsApp
pada
office hour
. Biasanya keluhan seputar fasilitas, AC ga dingin, loker selalu habis, ruang baca kurang,” kata Thian.
“Terkait ruang baca, insya Allah Desember nanti, ruang multimedia yang ada di lantai 6 akan dipindah ke lantai 7 yang nantinya juga akan ada fasilitas VR sebagai variasi layanan. Jadi lantai 6 bisa jadi ruang baca baru.” imbuh dia.
Senada, Ujang juga menyebut perpustakaan menerima masukan, kritik, dan saran pengunjung, saat ini dalam bentuk komunikasi langsung dengan petugas layanan.
“Saat ini kami sedang mempertimbangkan beberapa pengembangan, termasuk peningkatan fasilitas ruang baca, menambah kecepatan fasilitas WiFi, serta penyesuaian jam operasional sesuai kebutuhan pengguna,” ujar Ujang.
Venna (24), Pengemar Library Hopping menjelaskan kriteria perpustakaan yang ia sukai.
“Aku ga terlalu suka perpus yang crowded. Jadi kadang milih perpus yang gapapa kecil tapi lebih nyaman dan aku bisa lebih foku, dan perpus itu wajib ada Wi-Fi dan colokan.”
Menurut Shafa, perpustakaan juga perlu mengedepankan aspek inklusivitas.
“Perpustakaan perlu memiliki kemudahan akses, seperti tangga yang terang dan tidak curam, serta memiliki jalur khusus kursi roda dan lift,” kata Shafa.
Baik Venna dan Shafa menjelaskan bahwa diperlukan layanan pencarian buku melalui komputer atau daring untuk mempersingkat waktu pencarian.
“Alat atau komputer untuk kita cari buku, jadi bisa tau buku yang aku cari ada di lantai berapa dan rak mana. Aku pernah nemu di Perpus DKI tapi gak seinformatif itu, jadi kadang masih harus keliling untuk cari buku.” ujar Venna.
Sementara, Shafa mengusulkan ada layanan mencari katalog buku secara daring yang menurutnya masih jarang ditemukan.
“Padahal, layanan ini penting agar pengunjung bisa mencari tahu ketersediaan buku dari jarak jauh,” kata Shafa.
“Ada satu hal lagi yang luput, yaitu kegiatan literasi yang bisa menghidupkan ruang di dalamnya. Perpustakaan bukan hanya tentang rak dan buku-bukunya, melainkan juga aspek kehidupan manusia,” ujar dia menambahkan.
Kalau begitu… statement “Gen Z malas baca” hampir sepenuhnya mitos ya!
Katanya Gen-Z nggak suka baca, apalagi soal masalah yang rumit. Lewat artikel ini, Kompas.com coba bikin kamu paham dengan bahasa yang mudah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.