Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Derasnya Arus Informasi Digital Seret Anak ke Tengah Demonstrasi – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, menyoroti meningkatnya keterlibatan anak dalam aksi demonstrasi. Ia menilai, usia remaja yang dikenal sebagai masa kritis dalam berpikir seharusnya mendapat ruang penyaluran yang aman, bukan justru terseret ke jalanan.

Menurut Jasra, derasnya arus informasi digital menjadi salah satu pintu masuk utama anak ke aksi massa. Sebagai pengguna terbesar media sosial, anak-anak mudah menerima ajakan melalui pesan langsung (DM) atau terpancing isu yang viral.

“Tren anak anak dalam pusaran massa demonstrasi terus naik, bila kita perhatikan sejak 2014, 2019 dan sekarang 2025 meningkat drastis,” kata Jastra dalam keterangan diterima, Jumat (5/9/2025).

Selain itu, Jastra menyebut fenomena fear of missing out (FOMO) juga mendorong anak-anak untuk ikut ke lokasi unjuk rasa, sekadar untuk berfoto atau membuat konten. Namun, situasi di lapangan yang cepat berubah sering menyeret mereka ke dalam arus kemarahan massa sehingga anak berisiko tinggi terpapar kekerasan, baik fisik maupun psikis.

Jasra mengingatkan, keterlibatan anak dalam demonstrasi tidak hanya berdampak pada luka fisik, tetapi juga meninggalkan trauma psikologis. Mereka sering menghadapi stigma dari sekolah, keluarga, hingga lingkungan sosial terlebih setelah diamankan aparat.

“Anak terpapar dengan isu-isu politik dan kebijakan pemerintah terakhir, yang dapat dianggap memengaruhi kehidupan terdekatnya. Bahkan ada yang me-mention mereka langsung, sehingga kalau kita dengarkan, adanya perkataan perkataan yang sangat spontan keluar dari mulut mulut kecil mereka, dalam merespon situasi saat ini,” jelas Jastra.