Depok Blind Thrust: Jalur Gempa Aktif Tersembunyi di Selatan Jakarta
Penulis
DEPOK, KOMPAS.com –
Wilayah selatan Jakarta, khususnya Kota Depok, ternyata berada di atas jalur sesar aktif yang dikenal dengan nama Depok
blind thrust
.
Sesar ini merupakan bagian dari sistem
West Java back-arc thrust
dan berpotensi menjadi sumber gempa, meski aktivitasnya tidak terlihat secara langsung di permukaan.
Pemahaman mengenai jalur ini dinilai penting sebagai dasar mitigasi bencana di wilayah padat penduduk.
Depok
blind thrust
memiliki karakteristik patahan naik yang tidak muncul ke permukaan.
Secara sederhana, sesar ini merupakan segmen aktif dari sistem
West Java back-arc thrust
yang membentang di sisi selatan Jakarta.
Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Sonny Aribowo, menjelaskan penamaan segmen ini.
“Kita menamakannya sebagai segmen
Depok blind thrust
, dari sistem
West Java back-arc thrust
yaitu sistem yang lebih dikenal banyak orang, kalau segmen ini berada di sisi selatan Jakarta,” kata Sonny.
Hasil penelitian menunjukkan adanya jalur terdeformasi di selatan Jakarta dengan lipatan yang cenderung meningkat, meski tidak tampak di permukaan.
Depok
blind thrust
dikategorikan aktif, bergerak setidaknya sekali dalam 11.000 tahun.
“Dari penelitian terakhir juga dikatakan sisi selatan Jakarta sesar bergerak dengan kecepatan 3,2 mm per tahun dan itu bisa dikatakan tidak terlalu cepat (gerakannya),” ujar Sonny.
Sesar ini diperkirakan membentang dari kawasan Universitas Indonesia (UI) ke arah barat Depok hingga mendekati Sungai Cisadane, dengan panjang sekitar 25 kilometer.
Depok blind thrust secara teoritis dapat memicu gempa hingga magnitudo 6,9, meski data saat ini masih bersifat tentatif. Sonny menjelaskan kondisi perhitungan saat ini.
“Untuk Depok
blind thrust
, panjang segmen masih dihitung dan itu bersifat tentatif. Dari data seismik mungkin tidak terlalu terlihat, hanya memang di sebelah barat Depok lipatannya lebih intens dibandingkan sebelah timur,” kata Sonny.
Secara historis, Depok
blind thrust
belum terbukti menimbulkan gempa.
Penelitian pada 2015 mencatat peristiwa gempa besar di sekitar Jakarta pada tahun 1699, 1780, dan 1834 yang mungkin terkait dengan patahan aktif di wilayah tersebut.
“Kalau kita lihat secara kegempaan, boleh jadi Depok
blind thrust
ikut aktif di 1699, 1780, dan 1834. Tapi sampai saat ini, sumber kegempaan dari ketiga event belum diketahui,” kata Sonny.
Ia menekankan bahwa setiap
sesar aktif
memiliki periode gempa tersendiri, mulai dari 100 tahun, 1.000 tahun, hingga 5.000 tahun sekali.
“Kalau sesar aktif biasanya kan yang dia bisa menimbulkan kekerasan karena gempa. Jadi ketika tidak gempa, kita sebagai warga tidak bisa merasakan efek apa pun,” ujarnya.
Sebagai langkah mitigasi, Sonny menyarankan masyarakat memperkuat pengait barang-barang di dinding rumah dan memastikan ketahanan bangunan, mengingat wilayah Jawa Barat rentan mengalami kerusakan signifikan meski gempa berkekuatan di bawah magnitudo 6, seperti di Cianjur dan Sumedang.
“Oleh karena itu, perlu ketahanan dari bangunan, langkah mitigasi bencana ke anak usia dini dan sekolah biar mereka tertanam bahwa mereka hidup di tanah rawan bencana,” kata Sonny.
Selain itu, pemerintah diimbau untuk terus memperbarui dan mengembangkan data jalur patahan aktif agar informasi kebencanaan semakin akurat dan mudah diakses publik.
Langkah ini diharapkan dapat mendukung mitigasi bencana yang lebih efektif di wilayah selatan Jakarta dan sekitarnya.
(Reporter: Dinda Aulia Ramadhanty | Editor: Larissa Huda)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Depok Blind Thrust: Jalur Gempa Aktif Tersembunyi di Selatan Jakarta Megapolitan 8 Desember 2025
/data/photo/2025/12/02/692e75e522a3c.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/08/69363df0ae5bc.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/03/11/67cf9d0b88e9d.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2023/08/23/64e550395296c.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/05/08/681c364260849.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)