Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Cerita Para Porter di Stasiun, Lelah Hilang dengan Membantu Penumpang Megapolitan 28 Desember 2025

Cerita Para Porter di Stasiun, Lelah Hilang dengan Membantu Penumpang
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Suasana Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, sangat sibuk pada masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.
Di tengah lalu-lalang penumpang dan bunyi roda koper yang berderak di lantai keramik, para porter menjadi sosok yang tak terpisahkan dari hiruk-pikuk stasiun.
Para porter tampil mencolok dengan seragam kaus berkerah berwarna merah marun, lengkap dengan corak batik di ujung lengan.
Di punggung kaus mereka tertera tulisan “PORTER” berukuran besar, disertai nomor identitas dan keterangan unit kerja “Sta. PASAR SENEN”.
Seragam ini memudahkan penumpang mengenali mereka di tengah kepadatan stasiun.
Sejak area kedatangan hingga keberangkatan, para porter tampak aktif menawarkan jasa.
Suara mereka bersahut-sahutan, berpadu dengan pengumuman jadwal kereta dari pengeras suara.
“Porter, Pak?” atau “Bantu bawa barangnya, Bu?” kerap terdengar di sela keramaian.
Terlihat sejumlah porter, di antaranya bernomor 182 dan 110, sigap menarik koper-koper besar sambil menjinjing tas tambahan.
Dengan langkah cepat, mereka menembus kerumunan penumpang yang sebagian besar membawa barang bawaan berlebih usai libur panjang.
Seorang porter bernomor 160 terlihat meluangkan waktu membantu sebuah keluarga mengambil foto sebelum keberangkatan.
Kehadiran mereka, dengan celana kain hitam dan sepatu kerja gelap, memberi rasa aman dan nyaman bagi penumpang, terutama keluarga dan lansia.
Salah satu porter, Rudi (40) asal Jakarta Timur, mengungkapkan bahwa beban kerja meningkat signifikan selama masa Nataru.
Selain jumlah penumpang yang melonjak, jam kerja para porter juga terbilang panjang.
“Kalau sistemnya, kami pakai
shift
. Sehari bisa kerja sampai 12 jam,” ujar Solihudin saat ditemui
Kompas.com
di sela aktivitasnya, Minggu (28/12/2025).
Ia menjelaskan, pembagian jadwal dilakukan secara bergiliran setiap pekan agar tenaga porter tetap terjaga meski menghadapi lonjakan penumpang.
“Ya pokoknya tiap hari Senin itu
rolling
. Jadi jam 7 sampai jam 7. Jam 7 pagi sampai jam 7 malam, kayak gitu. Nah, dua
shift
sih,” kata dia.
Terkait penghasilan Rudi menyebut tergantung dari banyak penumpang yang menggunakan jasanya.
“Kalau hari biasa penghasilan enggak tentu, tapi pas Nataru begini bisa lebih,” ujar Rudi.
“Sehari bisa dapat sekitar Rp 200.000 sampai Rp 300.000, tergantung ramai atau enggaknya,” lanjutnya.
Porter lainnya, Saiful (45), mengaku masa libur Nataru menjadi periode tersibuk sepanjang tahun.
Meskipun melelahkan, ia menyebut pekerjaan ini memberi kepuasan tersendiri karena bisa membantu banyak orang.
“Kalau Nataru memang capek, tapi senang juga. Penumpang banyak, rezeki ada, dan kita bisa bantu orang yang bawa barang banyak,” ujar dia.
Menurut Saiful, tak jarang ia harus bolak-balik dari lobi ke peron tanpa jeda panjang.
Namun, keramahan penumpang dan ucapan terima kasih menjadi penyemangat tersendiri.
“Kadang ada yang bilang terima kasih, ada yang minta tolong foto juga. Itu bikin capeknya agak hilang,” kata dia.
Di tengah lonjakan arus penumpang selama libur Natal dan Tahun Baru, para porter
Stasiun Pasar Senen
menjadi garda terdepan pelayanan nonformal yang perannya kerap luput dari perhatian.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.