Liputan6.com, Padang – Lumpur padat setebal betis orang dewasa masih memenuhi lantai-lantai rumah warga Tabing Banda Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Lumpur itu adalah sisa-sisa banjir bandang yang melanda kawasan tersebut 26–27 November 2025 silam.
Lapisan tanah dan pasir setebal 40 hingga 50 centimeter (cm) nampak memadat dari area luar hingga ke dalam rumah-rumah masyarakat yang kini sunyi senyap karena ditinggal pemiliknya mengungsi.
Di tengah bau lembap dan lumpur sisa bencana itu, tim brigade pengendali kebakaran hutan Manggala Agni ikut berjibaku bukan untuk memadamkan api, melainkan menghidupkan kembali rumah-rumah yang nyaris menyerah pada lumpur.
Menurut Kepala Regu Daops Manggala Agni Siak, Syahrizon Gusrial, timnya fokus membantu untuk membersihkan sisa-sisa material berat bencana yang menumpuk di dalam rumah-rumah warga.
“Kalau untuk tugas Manggala Agni, selama dampak bencana yang ada di Sumatera, Manggala Agni itu melakukan yang jelasnya membantu warga, yaitu membersihkan material. Ketebalan timbunan itu lebih kurang dari 40 sampai 50 cm,” kata Syahrizon di Tabing Banda Gadang, Nanggalo, Padang, Sumatera Barat, Selasa (9/12/2025).
Syahrizon bilang, di dalam satu rumah, lumpur menutup hampir seluruh lantai, dari bagian depan sampai dapur. Pembersihan tak bisa dilakukan dalam hitungan jam.
“Pokoknya seluruh dalam ruangan itu berisi tanah dan pasir, lumpur juga di situ,” ucapnya.
Pembersihan satu rumah saja bisa menghabiskan waktu satu hingga dua hari untuk. Setelah semua lumpur diangkut keluar, tim menyemprot lantai dan dinding menggunakan pompa pemadaman.
“Nah itu prosesnya bisa memakan waktu 1 sampai 2 hari, bahkan lebih gitu. Nanti kita setelah dibersihkan semua material itu, baru kita menggunakan mesin pompa pemadaman, kita ambilnya dari sungai seadanya, kita cuci, kita semprot, bantu warga gitu. Nanti sisanya tinggal masyarakat itu sendiri, warga itu sendiri yang finishing, seperti itu,” jelas Syahrizon.
Peralatan kebersihan yang digunakan pun juga seadanya, meliputi gerobak sorong, keranjang pasir, sekop hingga pacul.
“Manggala Agni punya peralatan tangan, kita juga membawa mesin pompa pemadaman di sini, seperti itu kita bantu semaksimal mungkin untuk warga yang masih terdampak,” katanya.
Ia menyebut, di lokasi bencana, Manggala Agni juga bekerja dalam keterbatasan jumlah personel. Satu tim berisi sekitar 15 orang yang lalu dibagi lagi menjadi dua kelompok kecil.
“Kita per timnya itu butuhnya sebenarnya lebih ramai, lebih baik gitu. Tapi karena kita istilahnya tim itu terbatas, per grup itu ada 15 orang, kita bagi 2. Ada yang satu timnya 7, yang satu 8, seperti itu,” ujar Syahrizon.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5438428/original/039058400_1765294546-Gus_Ipul.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5438560/original/029512400_1765328474-e44bc670-88bf-45aa-a6a6-f277a1738624.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/765045/original/085669300_1415778735-z4.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5331971/original/092480300_1756453631-WhatsApp_Image_2025-08-29_at_14.36.49.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3470389/original/061176500_1622599821-20210602-Penertiban-Sepeda-5.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)