Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Cerita Aziz, PPSU Pelukis Mural di Setiabudi yang Pernah Buka Galeri Seni Megapolitan 23 September 2025

Cerita Aziz, PPSU Pelukis Mural di Setiabudi yang Pernah Buka Galeri Seni
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Sosok Aziz Subekti (51), petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Setiabudi, Jakarta Selatan, ternyata memiliki latar belakang yang berbeda dari kebanyakan rekannya.
Di balik seragam oranye yang sehari-hari ia kenakan, Aziz adalah lulusan sebuah sekolah seni rupa di Surabaya.
Latar belakang pendidikan itulah yang membuatnya piawai melukis mural di ruang-ruang publik ibu kota, khususnya wilayah Setiabudi.
“Saya kebetulan latar
background
dari seni rupa juga. Di seni rupa itu ada pameran-pameran, sering pameran juga,” ujar Aziz saat ditemui di Taman Kelurahan Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (22/9/2025).
Sebelum bergabung menjadi petugas PPSU pada 2018, Aziz bahkan sempat aktif membuka galeri bersama teman-temannya.
Galeri yang dinamai Asima itu digunakan untuk pameran serta tempatnya mengasah kemampuan melukis realis.
Aziz bercerita, ia mulai menekuni aliran melukis realis saat praktik kerja lapangan (PKL) semasa kuliah.
Dari situ, ia bisa langsung bersentuhan dengan para maestro seni rupa di Surabaya dan mendapat gelar pelukis realis portrait langsung dari seniman S. Toyo.
“Nah, waktu itu kan saya seni rupa tuh sekolah di situ. Terus acara PKL-nya, jatuhnya (penempatan) ada yang di Amang Rahman, pelukis-pelukis Surabaya itu. Amang Rahman, Sudibyo,” ujar dia.
“Nah, saya kebagian di S. Toyo karena sama-sama aliran realis,” sambung dia.
Bakat seni rupa itu ternyata sudah melekat sejak kecil. Ibu Aziz adalah pelaku seni tari karawitan.
“Dari turunan. Bapak ada seni. Ibu juga seni juga. Kalau ibu saya dulu, seninya dari karawitan,” ujar Aziz.
Sementara dirinya sejak duduk di bangku sekolah dasar sudah terbiasa melukis untuk menambah uang jajan.
“Dari SD itu saya sering dapat lomba-lomba, antarkabupaten. Juara juga. Di kabupaten waktu itu juara patung pasir, juara tiga di Sidoarjo. Terus lomba lukis di Surabaya, di Sidoarjo, juara juga,” kenang Aziz.
Karya-karyanya bahkan sempat mengantarkan Aziz bekerja di Bali, setelah seorang pengusaha asal Jerman mengapresiasi lukisan potret yang ia buat.
Dari situ, ia sempat berkecimpung sebagai pelukis lepas sebelum akhirnya menetap di Jakarta dan bergabung sebagai PPSU.
Kini, meski identitasnya lebih dikenal sebagai petugas PPSU, Aziz tetap menyalurkan hobi melukis lewat mural.
“(Melukis mural) malah ngasih spirit, gitu. Ngasih semangat, daripada dibuangin sampah, di coret-coret yang nggak berguna yang enggak bermakna,” ucap dia.
Ia kerap ditugaskan melukis tembok panjang di area publik Setiabudi, menyesuaikan tema yang ditentukan, mulai dari ikon Jakarta, bambu hijau, hingga kebudayaan Betawi.
Bagi Aziz, mural bukan sekadar memperindah kota. Karya-karyanya yang disambut hangat warga menjadi bukti bahwa PPSU juga memiliki sisi lain yang membanggakan.
“Alhamdulillah,
bangga juga. Bisa dilihat masyarakat luas ya. Jadi PPSU itu enggak cuma nyapu saja, tapi bisa menonjolkan
skill
lain,” kata dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.