Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Bi Teguh, Benteng Terakhir Hutan Harapan di Tengah Banjir Bandang Sumatera

Kesadaran bahwa hutan adalah sumber hidup membuat Bi Teguh ikut patroli hutan bersama tim penjaga. Ia menyusuri jalur-jalur hutan bukan hanya untuk mencari damar atau rotan, tetapi mencegah aktivitas perambahan kebun dan penebangan liar.

“Kalau cuma bapak-bapak patroli, mungkin anggotanya sedikit. Jadi kami ibu-ibu ikut bantu. Kalau dak macam itu hutan ini makin habis. Orang buka kebun sampai dekat dapur kami,” katanya.

Ia percaya, perempuan punya peran besar. “Kato kami orang Batin, betino itu penting dengan hutan daripada bapak-bapak. Kami banyak yang butuh hutan—kayu bakar, umpan pancing, rotan, damar. Jadi kami betino ikut jago hutan,” ujarnya.

Bi Teguh dan ibu-ibu Batin Sembilan juga mencari sumber ekonomi alternatif, menganyam rotan dan resam menjadi tangguk, bakung, ambung, piring, dan topi untuk dijual melalui PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI).

Hutan Harapan seluas 98.555 hektare menyimpan 20 persen keanekaragaman hayati Sumatra dan menjadi rumah bagi Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Tapir, Beruang Madu, dan ratusan spesies flora-fauna lainnya.

Pernah dikunjungi Pangeran Charles pada 2008, kawasan ini kini berada di bawah tekanan kuat perambahan.

“Kelompok masyarakat adat seperti Batin Sembilan punya peran penting menjaga hutan karena hutan adalah rumah mereka,” ujar Hospita Simanjuntak, Manajer Komunikasi PT REKI.