Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Air Tanah atau PAM Jaya? Ini Pengalaman Warga di Jakarta Timur Megapolitan 11 Desember 2025

Air Tanah atau PAM Jaya? Ini Pengalaman Warga di Jakarta Timur
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com – 
Iqlima (31), warga Kramat Jati, Jakarta Timur, mengaku lebih nyaman menggunakan air tanah atau sumur di rumahnya.
Ia mengatakan, keluarganya telah memakai
air tanah
selama sekitar 30 tahun karena tinggal di rumah warisan orangtuanya.
“Kalau saya nyaman pakai air tanah sih mas, sudah ngebor pertama kali 30 tahun lalu sejak ayah saya di sini, alhamdulillah sih aman saja,” ucap Iqlima saat ditemui
Kompas.com
, Kamis (11/12/2025).
Meski begitu, ia mengakui tidak mengetahui dampak jangka panjang penggunaan air tanah karena sejauh ini tidak pernah mengalami masalah.
“Dampak sih enggak terlalu mengetahui, kalau dampak penurunan tanah juga belum tahu, semoga enggak ya. Kalau kendala ini juga paling mesin rusak aja,” ungkapnya.
Iqlima menyebut dirinya sempat ditawari pemasangan jaringan
PAM Jaya
oleh pengurus lingkungan karena ada beberapa warga yang ingin mendaftar.
“Kemarin pengurus kalau enggak salah nawarin pakai PAM Tapi kan nanti nunggu barengan dulu (masang PAM-nya), tapi enggak dulu deh, sepertinya murah air tanah,” jelasnya.
Hal serupa disampaikan Ahmad (40), warga Cilangkap, Jakarta Timur. Ia mengatakan telah menggunakan air tanah sejak belasan tahun lalu, tepatnya sejak pertama kali membeli rumah.
“Iya air tanah saja, alhamdulilah di sini bersih dan enggak bau sih airnya, enggak kuning juga,” ucapnya.
Namun, Ahmad mengakui pompa air cukup membebani listrik rumahnya karena ia belum menambah daya.
“Iya, karena kemarin habis beli kulkas atau
freezer
jadi kalau mesin air nyala ya listrik jepret. Paling saat ini kendalanya itu saja,” jelasnya.
Berbeda dengan Fahri (35), warga Duren Sawit, Jakarta Timur, yang mengaku sudah menggunakan
air PAM
sejak 2008, atau sejak pertama pindah bersama orangtuanya.
“Kalau air PAM 2008, sebelum PAM kita pakai air tanah, tetapi air tanah waktu gangguan jadi harus dalemin lagi ke 50 meter, jadi orangtua memilih PAM,” jelasnya.
Fahri mengatakan pada awal penggunaan, kualitas air PAM belum sebaik sekarang.
“Kalau dulu mah masih agak bau, kadang mati, tapi sekarang aman sih. Kalau harga memang lebih mahal sedikit dibandingkan air tanah,” jelasnya.
Meski tarif lebih tinggi, Fahri merasa lebih nyaman memakai air PAM hingga kini.
“Kalau PAM sekitar Rp 150.000, kalau saya nyaman sih, tapi ada warga di perumahan sini gabungin itu, buat cadangan juga,” ungkapnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.