Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Ada Hari Apa 27 November? Berikut Deretan Peringatan Spesialnya!

Dilansir Liputan6.com dari Wikipedia, setiap tanggal 27 November menjadi hari berkabung bagi masyarakat Indonesia, khususnya warga Sulawesi Tengah.

Pada hari ini di tahun 2020, sebuah keluarga transmigran di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dibunuh secara brutal oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Ali Kalora.

Serangan terjadi pada pagi menjelang siang, ketika sebagian warga tengah beraktivitas dan beberapa lainnya bersiap mengikuti agenda desa menjelang pemilihan gubernur.

Yasa, istrinya Naka, anaknya Pedi, serta menantunya Pinu ditemukan tewas mengenaskan di sekitar rumah yang juga berada dekat bangunan yang biasa dipakai sebagai tempat ibadah umat Kristen. Tidak hanya membunuh, kelompok MIT juga membakar tujuh rumah warga.

Sejumlah saksi, termasuk anggota keluarga yang berhasil selamat, menyebut terduga pelaku berjumlah sekitar delapan hingga sepuluh orang, tiga di antaranya membawa senjata api dan terlihat beraksi secara terorganisir.

Sebagian warga yang tinggal berdekatan dengan rumah korban sempat melarikan diri ke hutan untuk menyelamatkan diri.

Dalam olah tempat kejadian perkara yang dilakukan aparat pada pukul 13.00 waktu setempat, polisi menemukan empat jenazah serta puing-puing rumah yang dibakar. Hingga malam hari, proses evakuasi, identifikasi, serta pencarian saksi terus dilakukan.

Sedikitnya lima saksi berhasil diperiksa pada hari pertama, menguatkan dugaan bahwa kelompok MIT sengaja turun dari persembunyian untuk menakut-nakuti masyarakat dengan pola teror acak.

Dari penyelidikan lanjutan, polisi memastikan bahwa pelaku adalah kelompok MIT pimpinan Ali Kalora yang berjumlah delapan orang dan sempat membawa kabur sekitar 40 kilogram beras serta berbagai rempah-rempah milik warga.

Serangan ini membuat ketakutan massal. Jumlah warga yang mengungsi semula 49 keluarga, namun meningkat hingga 150 keluarga karena khawatir serangan berlanjut.

Kepolisian menyebut MIT memang kerap turun ke desa-desa untuk meminta makanan agar dapat bertahan hidup di hutan.

Aparat TNI–Polri kemudian memperketat penjagaan, terutama wilayah hutan Palolo yang menjadi rute pelarian kelompok teroris tersebut. Operasi besar-besaran dilakukan dengan dukungan lebih dari 100 personel Satgas Tinombala, Brimob Polda Sulteng, serta pasukan khusus TNI yang diterjunkan ke Poso.

Tragedi ini memicu kecaman luas. Presiden saat itu, Joko Widodo mengutuk keras serangan tersebut, menyebutnya sebagai upaya provokasi yang ingin merusak kerukunan antarmasyarakat, sekaligus memerintahkan pengejaran tuntas hingga akar.

Pemerintah memberikan santunan kepada keluarga korban dan memastikan dukungan bagi warga yang mengungsi.

Tokoh agama, organisasi masyarakat, hingga lembaga kemanusiaan menyuarakan hal serupa. Ketua MPR Bambang Soesatyo, PBNU, GP Ansor, Muhammadiyah, hingga Koalisi Jaringan Masyarakat Sipil menyatakan keprihatinan mendalam sekaligus meminta aparat menindak tegas pelaku.

Tragedi Sigi 2020 hingga kini dikenang sebagai salah satu aksi MIT paling brutal setelah kematian pimpinan sebelumnya, Santoso.

Serangan tersebut menegaskan masih adanya ancaman kelompok bersenjata di Sulawesi Tengah dan menjadi pengingat bahwa upaya menjaga keamanan, kerukunan, dan kemanusiaan membutuhkan kewaspadaan yang tidak pernah kendor.