Abadikini.com, TEL AVIV – Ketegangan meletup di wilayah Negev, Israel selatan. Menteri Keamanan Nasional Israel yang dikenal berhaluan ekstrem kanan, Itamar Ben Gvir, terpaksa meninggalkan Desa Badui Tarabin al-Sana setelah rombongannya dilempari batu oleh warga setempat, Minggu (29/12).
Insiden itu terjadi saat Ben Gvir memasuki kawasan permukiman Badui bersama pejabat tinggi kepolisian Israel untuk meninjau operasi keamanan, menyusul penggerebekan dini hari terhadap rumah-rumah warga Palestina dan sejumlah penangkapan.
Rekaman video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan Ben Gvir digiring menjauh oleh aparat bersenjata di tengah hujan lemparan batu. Polisi Israel menembakkan gas air mata ke arah warga Palestina guna menutup jalur evakuasi sang menteri.
Media Israel melaporkan puluhan penduduk desa menghadang rombongan Ben Gvir, memicu bentrokan terbuka dengan aparat keamanan. Polisi mengonfirmasi dua warga ditangkap dalam kerusuhan tersebut serta penggunaan gas air mata untuk membubarkan massa.
Meski berada di bawah pengawalan ketat, Ben Gvir tetap melontarkan pernyataan provokatif. Kepada wartawan, ia menuding komunitas Badui Palestina hidup “tanpa aturan hukum” dan membela penerapan pos pemeriksaan, blokade jalan, serta penghalang beton di sekitar kota-kota Badui.
Ia juga menolak tudingan hukuman kolektif dan dengan nada menghina mengatakan bahwa siapa pun yang tidak puas dengan kebijakan Israel “bisa pergi minum air di Gaza.”
Pernyataan itu menuai kecaman luas. Warga dan pemimpin Badui menilai retorika Ben Gvir mencerminkan penghinaan sistematis terhadap komunitas Palestina yang sebagian besar merupakan warga negara Israel. Mereka menyebut pendekatan aparat di wilayah mereka bersifat militeristik dan diskriminatif, menyerupai taktik pendudukan di Tepi Barat.
“Kalau mau menangkap penjahat, silakan tangkap. Untuk apa pos pemeriksaan ini?” kata Alaa, salah satu warga, kepada media Israel Ynet. Ia menuding komunitas Badui dijadikan kambing hitam demi kepentingan politik Ben Gvir.
Kritik juga datang dari kalangan oposisi. Tokoh oposisi Israel Yair Lapid menuduh Ben Gvir sengaja memanfaatkan isu kriminalitas di kota-kota Palestina demi menciptakan citra konfrontatif, alih-alih menyelesaikan akar persoalan kekerasan.
Para pemimpin Badui menilai kampanye kepolisian bertajuk “Orde Baru” yang digagas Ben Gvir lebih menyerupai penindasan politik ketimbang upaya perlindungan warga sipil.
Ben Gvir sendiri dikenal luas atas berbagai aksi kontroversial, termasuk keterlibatannya dalam penggerebekan pemukim ekstremis di kompleks Masjid Al-Aqsa serta tindakan provokatif terhadap tahanan politik Palestina.
Meski terpaksa mundur di bawah lemparan batu, Ben Gvir bersikeras insiden tersebut bukan penolakan publik terhadap kebijakannya. Ia bahkan menyatakan akan kembali ke desa tersebut, menyebut perlawanan warga sebagai tantangan terhadap otoritas negara Israel.




