Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Konsumsi Ikan Hasil Mancing di Kali Tercemar Limbah Terancam Gangguan Kesehatan Megapolitan 30 Desember 2025

Konsumsi Ikan Hasil Mancing di Kali Tercemar Limbah Terancam Gangguan Kesehatan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di tengah tercemarnya kali-kali di Jakarta oleh limbah, aktivitas memancing justru intens dilakukan banyak warga.
Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI
Jakarta
, 13 anak sungai di ibu kota kondisinya masih tercemar sampai saat ini.
“Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh DLH DKI Jakarta bahwa 13 anak sungai di Jakarta masih dalam kondisi tercemar,” ucap Humas DLH Jakarta Yogi Ikhwan dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com, Senin (29/12/2025).
Dari 120 titik sungai yang dipantau, 60 persen di antaranya masuk ke dalam kategori tercemar berat, 34 persen lagi tercemar sedang, dan tujuh persen tercemar ringan.
Tercemarnya kali di Jakarta oleh limbah tentu saja membuat biota atau makhluk yang hidup di dalamnya seperti ikan akan terganggu, bahkan mati.
Kondisi tersebut pun membuat para pemancing kesulitan untuk mendapatkan ikan dari kali atau sungai yang ada di Jakarta.
Hal itu yang dialami Ilyas (50) yang rutin memancing di Kali Cengkareng Drain, Pantai Indah Kapuk (PIK) 1, Penjaringan, Jakarta Utara.
“Warna airnya juga berubah-ubah, kadang kalau musim kemarau hitam itu limbah udah malas kalau hitam begitu dan ikannya mati juga pada, susah percuma sia-sia,” tutur Ilyas saat diwawancarai
Kompas.com
di lokasi, Senin.
Menurut data dari DLH, Kali Cengkareng Drain memang sudah masuk dalam kategori tercemar sedang mendekati berat dengan Indeks Pencemar (IP) sekitar 9,37 – 9,87.
Namun, karena sudah hobi dari kecil, Ilyas tetap memancing di Kali Cengkareng Drain meski jarang dapat ikan dan sudah tercemar limbah.
Sebab, jika memilih memancing di kali, Ilyas hanya sekadar menghilangkan stres, bukan berniat untuk mencari ikan.
“Kalau di kali bisa ngilangin stres, tapi kalau di empang paling nyari ikan buat keluarga,” tutur dia.
Kebanyakan hasil pancingannya di kali adalah ikan lele dan langsung ia bawa pulang ke rumah untuk diolah, serta dimakan bersama anak dan istrinya.
Bagi Ilyas, rasa ikan yang didapat dari Kali Cengkareng Drain tetap sama enaknya, seperti ikan yang biasa ia beli di tukang sayur atau pasar.
“Dapat di sini paling ikan lele diolah buat dimakan, sama aja rasanya kaya di empang, karena ikan lele biasanya ikan buangan orang,” jelas dia.
Sama seperti Ilyas, warga lain bernama Ridwan (32) juga sangat hobi memancing ikan di Kali Cengkareng Drain.
“Kalau libur Sabtu dan Minggu mancing di sini, lumayan banyak ikannya patin, mujair, lele,” kata dia.
Biasanya, Ridwan dapat membawa pulang sekitar lima ekor ikan dengan berbagai jenis ukuran setelah seharian memancing di Kali Cengkareng Drain.
Bahkan, belum lama ia berhasil mendapatkan ikan patin seberat enam kilogram dari kali tersebut dan ia langsung bawa pulang.
Ikan patin hasil tangkapannya tersebut diolah dan dijadikan sebagai lauk makan bersama keluarganya di rumah.
Bagi Ridwan, rasa ikan hasil pancingnya tetap nikmat, meski berasal dari kali yang sudah tercemar limbah.
“Saya enggak takut konsumsi ikan dari sini, yang penting enak dan Bismillah aja udah dan Insyaallah bergizi,” tutur dia.
Pemancing lain bernama Susino (50) juga mengaku, pernah mengonsumsi ikan hasil pancingannya di Kali Cengkareng Drain.
“Ikan dari kali ini pernah dimakan, enak rasanya, enggak ada yang beda,” ucap dia.
Namun, hal tersebut tidak sering dilakukan Susino karena tahu bahwa kali favoritnya untuk memancing sudah tercemar limbah sejak lama.
Alhasil, ketika mendapatkan ikan ia lebih memilih untuk menampungnya di bak rumah terlebih dahulu dan tinggal mengambilnya apabila ingin dimasak.
Biasanya, Susino baru berani mengonsumsi ikan yang didapatkannya dari kali, usai dua hingga tiga minggu berada di bak rumahnya.
Sebab, dengan jangka waktu tersebut, ia yakin ikan-ikan yang selama ini terkontaminasi dengan limbah, sudah jauh lebih bersih karena terkena air di rumahnya.
“Dibilang takut sih takut tapi jarang-jarang, cuma kan enggak kita konsumsi langsung, selang sebulan atau dua minggu baru dikonsumsi,” ungkap dia.
Selain dikonsumsi sendiri, Susino juga sering memberikan ikan hasil pancingannya itu ke tetangga yang mau secara cuma-cuma.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP mengatakan, warga yang sering menghabiskan waktu untuk memancing ikan di
kali tercemar limbah
dapat mengalami gangguan kesehatan.
Pasalnya, limbah yang mencemari air kali dan berasal dari industri, serta domestik rumah tangga mengandung berbagai zat berbahaya.
“Itu dapat menimbulkan zat-zat berbahaya dan jangka panjang bisa menyebabkan pada gangguan paru-paru,” tutur Syam saat diwawancarai Kompas.com, Senin.
Ia juga mengingatkan, bahwa limbah dapat mengandung bakteri, virus, jamur, mencemari ikan yang hidup di dalam kali, sehingga warga tidak boleh mengonsumsinya sembarangan.
Ikan di kali yang tercemar limbah dapat mengandung logam berat dan mikroplastik.
Jika dikonsumsi maka kandungan mikroplastik tersebut bisa masuk ke dalam tubuh.
“Secara umum gangguan mikroplastik ini bisa menyebabkan gangguan ginjal jangka panjang dan gangguan lever jangka panjang,” ungkap Syam.
Syam mengingatkan, warga Jakarta boleh saja hobi memancing asalkan memperhatikan kualitas ikan yang mereka dapatkan sebelum dikonsumsi.
Jika kali yang menjadi tempat memancing itu tercemar limbah maka lebih baik dihindari dan ikannya tidak dikonsumsi keluarga.
“Apabila kali menunjukan bau yang tidak sedap itu harus dihindari karena bau tersebut akan menimbulkan gangguan pernapasan apalagi orang-orang sensitif dengan kondisi gangguan paru-paru bisa menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis,” sambung dia.
Pakar Lingkungan dari Universitas Indonesia (UI) Mahawan Karuniasa juga mengingatkan agar warga tidak sembarangan mengonsumsi ikan yang didapatkan dari kali tercemar limbah.
“Terkait dengan konsumsi hasil tangkapannya, ikan di perkotaan kan berada di biota atau habitat yang tercemar sehingga akumulasi berbagai zat pencemar yang ada di ikan itu juga harus berhati-hati jika ikan hasil pancingan ini dikonsumsi warga atau pun dijual,” ucap Mahawan saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Tak hanya mendatangkan dampak buruk bagi kesehatan, memancing juga dapat memperburuk kondisi lingkungan kali yang sudah tercemar.
Hal itu dapat terjadi jika warga memancing secara sembarangan di sungai.
“Misalnya, menggunakan plastik, umpan berbahaya, kemudian kalau habis merokok ada putung rokok, kemudian hal-hal lain seperti limbah senar pancing yang dibuang sembarangan dan seterusnya, itu tentu saja bisa memperburuk kualitas air sungai,” tutur dia.
Pembuangan sampah sembarangan yang dilakukan para pemancing juga dapat mencemari dan merusak bantaran kali.
Jika bantaran kali rusak maka potensi banjir pun akan meningkat.
Mengingat dampaknya cukup fatal untuk kesehatan dan lingkungan, maka Mahawan menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan untuk mengatur aktivitas memancing di kali.
“Ada satu kebijakan bahwa misalkan ada zona aman dan tidak aman untuk memancing, termasuk dilarang mengonsumsi ikan yang dipancing dari tempat tertentu,” tutur Mahawan.
Selain membuat kebijakan, pemerintah juga harus melakukan pengawasan dan pembatasan yang ketat agar tidak ada lagi warga yang memancing di kali penuh limbah.
Lalu, pemerintah juga diminta untuk menyajikan informasi tentang kualitas air kali agar masyarakat tahu apakah lokasi memancingnya aman dari limbah atau tidak.
Mahawan yakin, dengan adanya informasi tersebut masyarakat tidak lagi sembarangan memancing di kali yang sudah jelas-jelas tercemar limbah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.