Risiko Limbah di Balik Ramainya Pemancing Kali Jakarta
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Duduk berjam-jam di tepi kali sambil menunggu ikan menyambar umpan menjadi cara sebagian warga Jakarta melepas penat.
Namun, di balik suasana yang tampak tenang itu, risiko pencemaran limbah terus mengintai para pemancing yang menjadikan sungai sebagai ruang rekreasi murah meriah.
Memancing ikan belakangan kian digemari berbagai kalangan, dari remaja hingga lansia.
Aktivitas ini mudah ditemui di akhir pekan, terutama di bantaran kali Jakarta. Salah satunya dilakukan Ilyas (50), warga Cengkareng, Jakarta Barat, yang hampir setiap hari libur menyambangi
Kali Cengkareng Drain
di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 1, Penjaringan, Jakarta Utara.
“Biasanya sih kalau libur kerja aja Sabtu dan Minggu. Kadang semaunya aja, dari pagi sampai sore,” ucap Ilyas saat ditemui Kompas.com di lokasi, Senin (29/12/2025).
Hobi memancing sudah digeluti Ilyas sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Bahkan, Ilyas mengaku kerap memancing di Kali Cengkareng Drain jauh sebelum kawasan elite PIK dibangun.
Bagi dia, memancing bukan sekadar mencari ikan, melainkan cara meredakan stres akibat pekerjaan dan persoalan rumah tangga.
Namun, ketenangan di tepi kali itu kini dibayangi kondisi sungai Jakarta yang semakin memprihatinkan.
Pakar Lingkungan dari Universitas Indonesia, Mahawan Karuniasa, menyebut
kualitas air sungai
di Jakarta rata-rata sudah bermasalah akibat beban limbah.
“Jadi, rata-rata kualitas air kali di Jakarta bermasalah, terutama dari beban limbah, baik dari domestik rumah tangga atau masyarakat dan industri, serta juga sampah yang dibuang, terbuang atau masuk ke kali,” ungkap Mahawan saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Mahawan menambahkan, pada 2024 kondisi air kali di Jakarta bahkan telah berada pada level tercemar berat.
Meski aktivitas memancing bukan penyebab utama pencemaran, perilaku pemancing yang tidak tertib berpotensi memperburuk kondisi sungai.
“Misalnya, menggunakan plastik, umpan berbahaya, kemudian kalau habis merokok ada putung rokok buang ke kali, kemudian hal-hal lain seperti limbah senar pancing yang dibuang sembarangan dan seterusnya. Itu tentu saja bisa memperburuk kualitas air sungai,” jelas Mahawan.
Pandangan serupa disampaikan Dinas
Lingkungan Hidup
(DLH) DKI Jakarta.
Humas DLH Jakarta, Yogi Ikhwan, menilai kegiatan memancing dapat memperparah pencemaran apabila dilakukan tanpa memperhatikan lingkungan.
“Kegiatan memancing bisa memperburuk kualitas air sungai apabila dilakukan dengan menggunakan umpan dengan bahan berbahaya (non-alami),” tutur Yogi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin.
Ia juga menyoroti kebiasaan pemancing yang meninggalkan sampah di bantaran kali, yang pada akhirnya merusak lingkungan dan meningkatkan risiko banjir.
DLH DKI Jakarta
mencatat, hingga kini terdapat 13 anak sungai di Jakarta yang masih berada dalam kondisi tercemar.
Dari 120 titik pemantauan sungai, sekitar 60 persen masuk kategori tercemar berat, 34 persen tercemar sedang, dan tujuh persen tercemar ringan.
Kali Cengkareng Drain, yang menjadi lokasi favorit memancing warga, termasuk dalam kategori tercemar sedang dan mendekati cemar berat.
“Cengkareng Drain memiliki dua titik pemantauan. Berdasarkan hasil pemantauan disimpulkan bahwa Cengkareng Drain masuk ke dalam kategori cemar sedang hampir masuk kategori cemar berat dengan nilai Indeks Pencemar (IP) yaitu 9,37 – 9,87,” tutur Yogi.
Meski demikian, sebagian pemancing membantah anggapan bahwa aktivitas mereka turut mencemari sungai.
Ridwan (32), salah satunya, mengaku hanya menggunakan umpan alami saat memancing di Kali Cengkareng Drain.
“Umpannya pakai usus ayam, disukai semua jenis ikan kayak bawal. Itu ususnya mentah,” tutur Ridwan.
Dengan umpan tersebut, Ridwan mengaku masih bisa mendapatkan ikan untuk dikonsumsi bersama keluarga.
Ia pun berharap pemerintah dapat menambah populasi ikan di sungai-sungai Jakarta.
“Harapannya kali-kali di Jakarta bisa dikasih ikan aja, biar yang pada mancing pada dapat gratis juga, enggak bayar kan bisa bantu buat makan keluarga juga di rumah, karena kasihan orang kalau mancing enggak dapat,” ungkap Ridwan.
Di tengah kegemaran memancing yang terus bertahan, persoalan
pencemaran sungai
Jakarta masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Ketenangan di tepi kali pun menyimpan risiko yang tak selalu terlihat oleh mata.
(Reporter: Shinta Dwi Ayu | Editor: Faieq Hidayat)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Risiko Limbah di Balik Ramainya Pemancing Kali Jakarta Megapolitan 30 Desember 2025
/data/photo/2025/12/30/69539d7d0d580.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/30/6953a9a584aa1.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2017/09/20/2272933900.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/30/695361c691c28.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/01/11/67819ba37b1fd.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/30/69539e7f7dd51.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)