Selamatkan Bandara Soekarno-Hatta di “Kota Kotor”
Wartawan Kompas, 1989- 2018
Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.
KALAU
ingin membuktikan Bandar Udara (Bandara) Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Provinsi Banten, diselimuti bau sampah, datang lah ke terminal 2, terutama pada waktu malam.
Angin berhembus dari arah barat membawa serta bau menyengat, tidak sedap, membuat pengguna bandara terasa pening.
Bau tidak sedap menyapa siapa saja yang menginjakkan kaki di bandara tersebut. Banyak orang kemudian menutup hidung, hanya membatin bau apa yang menusuk hidung, dan langsung pergi.
Di bandara yang menjadi pintu utama keluar-masuk Indonesia ini sudah belasan tahun disergap bau tak sedap.
Mestinya malu pemerintah kota Tangerang dan Banten yang disebut-sebut di dalam pesawat menjelang mendarat.
“Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta di Tangerang, Banten,” demikian pengumuman yang selalu disampaikan oleh awak pesawat terbang pada menit-menit terakhir sebelum pesawat mendarat.
Tanggung jawab pemerintah Tangerang dan Banten mestinya ada. Jangan hanya memungut pajaknya saja.
Pejabat berwenang dalam menangani sampah yang mengganggu udara kawasan bandara seperti absen. Atau pejabatnya seakan-akan membiarkan bandara berbau sampah.
Kompas.com
pada terbitan 10 Agustus 2008, sudah memberitakan bau tak sedap di Bandara Soekarno-Hatta dan permukiman penduduk di sebelah barat bandara. Namun, hingga sekarang bau sampah yang menyelimuti bandara itu belum mendapat perhatian.
November 2025, kami masih merasakan bau bakaran sampah yang menyengat di terminal 2 bandara tersebut, ketika menjemput keluarga yang mendarat dari Jepang pada tengah malam.
Saya sudah tahu dari mana bau tak sedap itu. Kok tidak ada perbaikan polusi udara tak sedap di bandara ini. Masih bau sampah.
Pantas saja
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyebut Tangerang Raya masuk dalam kategori “kota kotor”
berdasarkan penilaian Adipura yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup.
Tangerang Raya meliputi Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, masih berada dalam kategori “kota kotor” (
Kompas.com
, Senin, 22/12/2025).
Menurut penilaian Adipura, ada empat kategori, yaitu kota kotor, kota bersertifikat, kota Adipura, dan Kota Adipura Kencana.
Tangerang yang selama ini dibilang “pemilik” Bandara Soekarno-Hatta, berada di tingkatan paling rendah: Kota Kotor. Selamatkan bandara!
Bandara Soekarno-Hatta yang ada dalam wilayah Tangerang Raya terkena dampaknya. Pengguna bandara terganggu sebaran bau tidak sedap berasal dari gunungan sampah yang berjarak sekitar dua kilometer dari bandara.
Gunungan sampah yang sebagian terbakar itu berada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Rawa Kucing, Kota Tangerang, sebelah barat bandara.
Di sebelah barat bandara ini terdapat sejumlah perumahan yang juga diliputi asap dan bau tidak sedap dari sumber yang sama.
Di kawasan sebelah barat bandara selain ada tempat pemakaman umum Selapajang, juga pergudangan dan perumahan Bandaramas, perumahan Korpri, dan juga permukiman penduduk.
Persoalan ini sudah disampaikan kepada Wali Kota Tangerang. Bahkan, wali kota Tangerang sudah berganti tiga kali, tetapi tidak satu pun wali kota yang berhasil menanganinya sampai Rabu, 24 Desember 2025.
Menurut berita yang dilansir
Kompas.com
tahun 2008, Pemerintah Kota Tangerang, sudah punya rencana memindahkan TPA Rawa Kucing yang mengganggu bandara, ke tempat lain.
Lokasi lain yang ditetapkan berada di Jatiwaringin, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Luas lahan sekitar 20 hektar.
Kalau TPA sampah jadi dipindah ke lokasi baru, bandara akan aman dari bau sampah, karena berjarak sekitar 19 kilometer dari bandara.
Pemerintah Kota Tangerang saat itu sudah membeli lahan 20 hektar di Jatiwaringin tahun 2002, dengan uang dari pinjaman Bank Pembangunan Asia (
Kompas.com
, 10/8/2008).
Namun, kenapa sampai sekarang Bandara Soekarno-Hatta masih bau sampah? Entah masih adakah rasa malu akibat kegagalan mengatasi persoalan sampah?
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Selamatkan Bandara Soekarno-Hatta di "Kota Kotor" Megapolitan 25 Desember 2025
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5330062/original/059545400_1756353142-1000241325.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5453825/original/040644500_1766503934-IMG-20251223-WA0105.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)




/data/photo/2025/12/25/694ccbcd70569.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2023/09/07/64f9386e4a788.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/25/694cc5b416d41.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/25/694cc6b069e7d.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/25/694cb97d5ec56.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/25/694cc3eba2ddb.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)