Canberra –
Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mengumumkan bahwa negaranya akan menggunakan program buyback, atau pembelian kembali, senjata api secara besar-besaran, menyusul penembakan massal yang menewaskan 15 orang di Pantai Bondi, Sydney.
Albanese, seperti dilansir AFP, Jumat (19/12/2025), mengatakan program buyback senjata api itu bertujuan untuk “menyingkirkan senjata api dari jalanan kita”.
Sajid Akram dan putranya, Naveed, dituduh melepaskan tembakan saat festival Yahudi di Pantai Bondi pada Minggu (14/12) waktu setempat. Penembakan yang merenggut 15 nyawa itu tercatat sebagai salah satu penembakan massal paling mematikan di Australia.
Albanese berjanji untuk memperketat undang-undang yang memungkinkan Sajid, yang berusia 50 tahun, memiliki enam senapan berdaya tembak tinggi.
“Tidak ada alasan seseorang yang tinggal di pinggiran kota Sydney membutuhkan begitu banyak senjata api,” katanya.
Albabese menegaskan bahwa otoritas Australia akan membayar para pemilik senjata api untuk menyerahkan senjata apinya yang berlebih.
Itu akan menjadi program buyback senjata api terbesar sejak tahun 1996 silam, ketika Australia menindak tegas senjata api setelah penembakan yang menewaskan sedikitnya 35 orang di Port Arthur.
Albanese juga mengatakan bahwa Australia akan mengenang para korban tewas dalam penembakan massal di Pantai Bondi dengan hari refleksi nasional.
Dia menyerukan warga Australia untuk menyalakan lilin pada Minggu (21/12) petang, sekitar pukul 18.47 waktu setempat.
“Tepat satu minggu sejak serangan itu terjadi,” ucapnya.
Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)





