Bukan Tak Mau PAM, Ini Alasan Warga Muara Angke Bertahan Pakai Air Tanah Kecoklatan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Warga RW 22 di wilayah Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, masih mengandalkan air tanah dan air pikulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena jaringan pipanisasi PAM Jaya belum terpasang.
Ketua RW 22
Muara Angke
, Bani Sadar, menyebut sekitar 80 persen
kebutuhan air bersih
warga di 12 RT masih dipenuhi dari sedotan
air tanah
dalam.
“Terkait masalah air bersih, kebutuhan air bersih yang kami dapat, warga dapat, itu yang pertama air sekitar 80 persen itu sedot tanah,” ucap Bani saat ditemui
Kompas.com
di Sekretariat RW 22 pada Rabu (17/12/2025).
Kebutuhan lain dipenuhi melalui Kios Air
PAM Jaya
yang tersebar di lima titik, serta bantuan air hasil filterisasi kerja sama dengan Universitas Pertahanan (Unhan).
“Jadi air minum itu dari PAM Jaya dan dari galon isi ulang. Terus ada juga dari pikulan. Jadi pikulan itu sekarang fungsinya untuk air minum,” jelas Bani.
Bani menambahkan, pengeluaran warga untuk air bersih cukup tinggi dan bervariasi, tergantung kebutuhan masing-masing rumah tangga.
“Ada yang Rp 300.000, ada yang sampai Rp 800.000, bahkan sampai Rp1 juta,” katanya.
Kualitas air tanah di wilayah tersebut juga menjadi persoalan, dengan air yang disedot warga berwarna kecokelatan dan mengandung zat terlarut tinggi.
“Warga biasanya mendapatkan air sedot air tanah itu warnanya warna kecoklatan. TDS-nya sangat luar biasa sekali,” ujar Bani.
Untuk mengurangi risiko penggunaan air tanah, RW 22 bekerja sama dengan Universitas Pertahanan melakukan filterisasi air permukaan sejak 2023.
Air dari kali difilter melalui beberapa tahapan agar dapat digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK) warga.
“Nah itu tujuannya adalah bagaimana warga yang menggunakan air kuning tadi, takutnya iritasi segala macam,” kata Bani.
Terkait pipanisasi, Bani menyebut rencana pemasangan pipa PAM Jaya di RW 22 dijadwalkan pada Februari 2026.
Koordinasi telah dilakukan sejak 2020–2021, namun hingga kini belum terealisasi.
“Kemarin warga sudah didata. Sekitar hampir 1.000 yang sudah mendaftar lagi ya. Cuma permasalahannya kan data diri kita sudah dikirimkan tetapi pipanisasinya belum ada,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua RT 10 RW 22 Muara Angke, Muhadi, menjelaskan praktik penggunaan air di tingkat rumah tangga.
“Kalau saya tahu dasarnya juga masih menggunakan ya, itu ya buat ini aja, buat mandi, nyuci. Kalau misalkan buat masak, itu beli. Kadang air galon, kadang-kadang air pikulan itu, yang gerobakan,” jelasnya saat ditemui
Kompas.com
pada Rabu (17/12/2025).
Muhadi menghabiskan empat pikul air per hari, dengan harga satu pikul Rp 4.000 atau Rp 5.000 jika jarak antar sumber air cukup jauh.
“Paling ya kan satu pikulnya itu Rp 4.000, kalau jauh Rp 5.000. Itu aja paling ya kalau sehari 4 pikul,” ucapnya.
Ia menuturkan, warga memahami larangan penggunaan air tanah karena bisa memicu penurunan muka tanah, namun keterbatasan akses air bersih membuat mereka tidak memiliki banyak pilihan.
Air laut yang asin tidak mungkin digunakan, sementara kebutuhan air bersih bersifat harian dan mencakup fasilitas ibadah seperti musholla.
“Kita juga mau mandi, mau buang air kecil, kan butuh air. Air itu ya sudah paling utama gitu,” tutur Muhadi.
Muhadi menambahkan, jika layanan PAM Jaya benar-benar terpasang, warga tidak perlu lagi mengebor sumur karena biaya pengeboran cukup mahal.
“Dengan adanya PAM Jaya ya sudah pasti enggak bakalan orang pada ngebor. Karena ngebor juga mahal,” ujarnya.
Meski rencana pemasangan jaringan PAM Jaya sempat tertunda beberapa kali, warga tetap mendaftar mengingat air merupakan kebutuhan penting.
“Kalau butuh, apalagi cuma istilahnya KK, KTP yang untuk persyaratannya, mereka disiapin semua karena susah sih kalau kebutuhan,” tambah Muhadi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Bukan Tak Mau PAM, Ini Alasan Warga Muara Angke Bertahan Pakai Air Tanah Kecoklatan Megapolitan 17 Desember 2025
/data/photo/2025/12/01/692d4f94b1bbd.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/17/69427e30ede85.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/17/69429083d6338.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/17/694289980def6.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/11/693aa639a2b37.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/11/693a8c36da437.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/03/692fb493a156c.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)