Air Bersih Terbatas, Warga Muara Angke Terpaksa Oplos Air Pikulan dan Air Tanah
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Keterbatasan pasokan air bersih memaksa warga RW 22 Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Salah satunya dengan mencampur
air bersih
yang dibeli dengan air pompa tanah untuk keperluan mandi dan mencuci.
Ketua RT 10 RW 22
Muara Angke
, Muhadi, mengatakan praktik tersebut sudah menjadi kebiasaan warga.
Menurut dia, kondisi kualitas air hasil pompa tanah milik warga banyak yang keruh sehingga tidak dapat digunakan secara langsung.
“Kan ininya (kualitas air pompa) banyak yang keruh. Tapi ya jelas sih kebanyakan dicampur, dioplos sama air pikulan itu,” ucapnya,” ucapnya saat ditemui
Kompas.com
pada Rabu (17/12/2025).
Dalam praktiknya, warga mencampur air pompa tanah dengan air pikulan yang dibeli dari penjual keliling atau kios
PAM Jaya
yang tersedia di wilayah tersebut.
“Jadi dioplos, misalkan satu drum itu muatnya 8 jerigen, ya paling itu tiga jerigen yang itunya (air pikulan) buat oplosan,” jelas Muhadi.
Untuk memenuhi
kebutuhan air bersih
, Muhadi mengaku menghabiskan sekitar empat pikul air setiap hari. Harga satu pikul bervariasi tergantung jarak pengantaran.
“Paling ya kan satu pikulnya itu Rp 4.000, kalau jauh Rp 5.000. Itu aja paling ya kalau sehari 4 pikul,” ujarnya.
Muhadi menyebut warga tidak memiliki banyak pilihan karena kondisi wilayah yang kerap terdampak rob membuat air laut yang asin tidak mungkin digunakan.
Situasi tersebut membuat warga tetap menggunakan air pompa tanah meskipun memahami adanya larangan penggunaan air tanah karena berisiko terhadap lingkungan.
“Cuma kan ya mau bagaimana lagi, masa kita mau mandinya air laut yang asin? Ya kan enggak mungkin juga kan,” ungkap Muhadi.
Ia mencontohkan kebutuhan air di fasilitas ibadah seperti musholla yang digunakan banyak orang setiap hari.
Sebelum adanya sumur bor, pengelola musholla sempat mengandalkan pasokan air dari mobil tangki. Namun, jumlah air yang tersedia kerap tidak mencukupi kebutuhan.
“Kadang-kadang orang kan ada yang buang air kecil, buang air besar (dan), ada juga yang mandi (hingga) akhirnya airnya habis. Karena merasa airnya itu adem, air mobilan. Makanya orang-orang yang dari perahu itu pada mandinya pada di situ, di musholla,” katanya.
Muhadi berharap rencana pemasangan jaringan PAM Jaya dapat segera terealisasi mengingat kebutuhan air bersih bersifat harian dan tidak dapat ditunda.
“Kebutuhan air bersih itu tiap hari. Kita juga mau mandi, mau buang air kecil, kan butuh air. Air itu ya sudah paling utama gitu,” tambahnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Air Bersih Terbatas, Warga Muara Angke Terpaksa Oplos Air Pikulan dan Air Tanah Megapolitan 17 Desember 2025
/data/photo/2025/12/01/692d4ecddc3cb.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/11/693a8c36da437.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/03/692fb493a156c.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2023/09/07/64f9386e4a788.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/17/69427e30ede85.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/17/6941e069056f2.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/09/22/68d0d5cd88068.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)