Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Mencoba Air dari Kali Hitam dan Bau di Jakbar, Begini Rasanya Saat Diminum Megapolitan 16 Desember 2025

Mencoba Air dari Kali Hitam dan Bau di Jakbar, Begini Rasanya Saat Diminum
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kali Mookervart yang membentang di sepanjang Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, selama ini memiliki reputasi yang jauh dari kata layak.
Airnya berwarna hitam pekat, keruh, dan dipenuhi sampah yang mengapung.
Namun, di balik tembok Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Pesakih, air dari kali yang sama justru telah berubah wujud.
Air itu tampak jernih dan menjadi sumber utama kebutuhan air bersih bagi ribuan warga rusun.
Penasaran dengan kualitas air hasil olahan teknologi Water Treatment Plant (WTP)
PAM Jaya
tersebut, Kompas.com menjajal langsung penggunaannya di berbagai fasilitas rusun, Selasa (16/12/2025).
Percobaan pertama dilakukan di toilet umum salah satu tower rusun.
Saat keran diputar, air langsung mengucur dengan tekanan cukup deras.
Tidak terlihat adanya aliran yang tersendat atau mengecil, menandakan debit air yang stabil.
Secara visual, air tampak sangat jernih. Saat ditampung di gayung maupun ember, tidak terlihat endapan lumpur, pasir, atau lumut yang kerap menjadi ciri air tanah berkualitas buruk.
Ketika dibasuhkan ke tangan dan didekatkan ke hidung, tidak tercium bau amis, bau tanah, apalagi aroma menyerupai bau got seperti kondisi asli
Kali Mookervart
.
Yang tercium justru aroma tipis kaporit, yang lazim ditemui pada air perpipaan PAM Jaya.
Kaporit tersebut digunakan dalam proses disinfeksi untuk membunuh bakteri di dalam air.
Kondisi serupa ditemui saat mengecek keran air di warung atau kios milik warga di Blok A Rusunawa Pesakih.
Air tetap mengalir jernih dan konsisten, serta digunakan untuk seluruh keperluan warung, mulai dari toilet hingga mencuci alat makan.
Kompas.com juga menjajal air tersebut di Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari, Pesakih.
Masjid yang berada tepat di sebelah rusun ini ternyata menggunakan pasokan air yang sama, yakni dari hasil pengolahan Kali dan Waduk Mookervart.
Kompas.com juga mencoba berkumur saat berwudhu. Air tidak meninggalkan rasa aneh, payau, ataupun bau di mulut, meski bersumber dari air kali.
Sensasinya tak berbeda dengan berwudhu menggunakan air PAM pada umumnya atau air di masjid lain.
Di area pelataran masjid, terdapat dispenser air minum yang juga bersumber dari air perpipaan PAM Jaya. Air yang telah diolah dari kali dan waduk itu kembali disaring menggunakan teknologi filtrasi dispenser.
Kompas.com menampung air ke dalam botol. Hasilnya, air tampak jernih tanpa kotoran.
Saat diminum, air terasa dingin, menyegarkan, dan tidak meninggalkan rasa apa pun di mulut maupun lidah.
Zaki (26), warga Pesing, Jakarta Barat, yang baru saja melaksanakan ibadah di Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari, mengaku tidak mengetahui bahwa air yang digunakannya berasal dari Kali Mookervart.
“Enggak tahu sih, baru tahu malah ini saya. Enggak gimana-gimana sih, kayak wudhu biasa aja,” ujar Zaki.
Ia juga tidak merasakan keanehan maupun bau pada air tersebut.
“Enggak sih (air bau). Enak aja, seger aja, apalagi ya namanya kita wudhu kan, siang-siang terik begini, enak sih,” kata dia.
Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Pesakih, Muhammad Ali, membenarkan bahwa air yang dirasakan Kompas.com merupakan air yang sama yang digunakan ribuan warga setiap hari.
“Memang seperti itu airnya. Saya kira jernih, airnya jernih dan enggak berbau. Biasanya kalau air-air tanah kan bau tanah, itu sejauh ini sih enggak ada,” kata Ali.
Air dicampur dengan air hujan di waduk penampungan, lalu diolah melalui sistem filtrasi ketat bekerja sama dengan PAM Jaya.
“Karena kan memang seluruh tower dan bangunan di sini, suplai airnya sama. Nah, saya, kami semua, memang setiap hari jadi pakai airnya ya sama dengan warga,” ujar dia.
Kepala Satuan Sarana dan Prasarana UPRS Pesakih, Kevin Mario Nando, memaparkan alur pengolahan air yang melibatkan waduk penampungan.
“Jadi untuk sistem pengolahan dari Waduk Mookervart ini, ada sebagian penampungan air hujan, dan air dari kali. Nah air itu tadi lalu diolah oleh PAM Jaya di instalasi yang lokasinya di waduk itu juga,” jelas Kevin.
Setelah melalui proses penyaringan dan pengolahan, air dinyatakan layak konsumsi dan didistribusikan ke Ground Water Tank (GWT), sebelum dialirkan ke unit-unit rusun.
Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari yang berlokasi di sebelah Rusunawa Pesakih pun turut menggunakan suplai air yang sama.
“Jadi seluruh kawasan rusun ini, memakai air ini, pengolahan dari waduk dan kali. Semua tower, blok, termasuk masjid raya, itu pakai air ini semua,” sambung Kevin.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.