Moskow –
Pemerintah Rusia secara resmi menyatakan band punk Pussy Riot, yang kerap mengkritik Presiden Vladimir Putin, sebagai “ekstremis”. Label ini biasa digunakan oleh Kremlin untuk melarang para pengkritik Putin dan perang yang dikobarkan Moskow di Ukraina.
Lagu-lagu dan video musik Pussy Riot telah dilarang di Rusia sejak tahun 2012 lalu, setelah band itu menggelar unjuk rasa di sebuah gereja, yang membawa band itu pada ketenaran global, namun juga menimbulkan masalah bagi beberapa personelnya.
Pengadilan di Moskow dalam putusan terbarunya, seperti dilansir AFP, Senin (15/12/2025), menyatakan telah mengabulkan permintaan jaksa untuk “mengakui band punk Pussy Riot sebagai organisasi ekstremis dan melarang aktivitasnya di wilayah Federasi Rusia”.
Sejak Rusia melancarkan invasi terhadap Ukraina pada Februari 2022, Kremlin telah meningkatkan penindakan terhadap perbedaan pendapat dan melarang puluhan kelompok yang mengkritik kebijakannya atau perilaku Moskow dalam perang tersebut.
Pengacara yang mewakili Pussy Riot, Leonid Solovyov, mengatakan kepada media independen SOTAvision setelah pengadilan Moskow menjatuhkan putusannya bahwa itu merupakan “tindakan lainnya yang membungkam pihak-pihak yang berbicara tanpa izin”.
Band Pussy Riot yang sejak lama menentang Kremlin, sudah memperkirakan putusan semacam itu. “Hukum ini dirancang untuk menghapus Pussy Riot dai benak warga Rusia,” kata band punk tersebut via media sosial, pekan lalu.
Label “ekstremis” untuk Pussy Riot akan membuat setiap interaksi dengan band punk itu termasuk tindakan ilegal di Rusia, bahkan sekadar memberikan “like” di media sosial, baik di masa lalu maupun sekarang, tergolong dalam tindakan yang dilarang.
Salah satu personel yang mendirikan band Pussy Riot, Nadya Tolokonnikova, yang menghabiskan dua tahun di penjara karena unjuk rasa di gereja, mengatakan via media sosial X bahwa “orang-orang bodoh ini telah mengupayakan hal ini selama bertahun-tahun — setidaknya sejak tahun 2012”.
Para personel juga aktivis Pussy Riot, yang hidup dalam pengasingan selama bertahun-tahun, secara konsisten mengkritik Putin dan berkampanye menentang perang di Ukraina.
Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)










