Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Harga Cabai Meroket di Tangsel, Pedagang dan Ibu Rumah Tangga Sama-sama Menjerit Megapolitan 12 Desember 2025

Harga Cabai Meroket di Tangsel, Pedagang dan Ibu Rumah Tangga Sama-sama Menjerit
Editor
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
– Meskipun sayur mayur memenuhi Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, kecemasan para pedagang dan pembeli tak juga mereda.
Di balik tumpukan cabai yang memerah segar, tersimpan kegelisahan tentang harga yang terus meroket dan daya beli yang makin menurun.
Rois (32),
pedagang cabai
yang setiap hari bergulat dengan fluktuasi harga pasar, mengaku seminggu terakhir jadi masa paling berat.
Lonjakan harga cabai yang hampir menyentuh dua kali lipat membuatnya makin sulit menutup modal.
“Daya belinya jadi berkurang, biasanya kami belanja terus dapat balik modal. Tapi sekarang susah buat balik modal,” ujar Rois sambil merapikan dagangan, Jumat (12/12/2025).
Ia bercerita, sebagian besar pelanggannya—yang mayoritas pedagang makanan—tak lagi berani mengambil banyak stok.
Pembelian yang sebelumnya lebih dari satu kilogram kini dipangkas menjadi satu kilogram, bahkan kurang.
“Biasanya kayak pedagang-pedagang itu ngambilnya lebih dari satu kilogram, sekarang cuma satu kilogram doang,” katanya.
Harga cabai rawit yang biasanya berada di kisaran Rp 45.000–50.000 kini melesat hingga Rp 90.000–95.000 per kilogram.
Cabai keriting pun ikut naik tajam ke angka Rp 70.000 dari harga normal Rp 30.000–35.000.
“Kalau cabai keriting sekarang antara Rp 70.000, kalau rawit dari Rp 90.000–95.000 yang bagus. Itu naik 100 persen lebih dari harga normalnya,” jelas Rois.
Lonjakan harga itu, menurut Rois, tak lepas dari terganggunya pasokan.
Bencana di wilayah Sumatra, yang selama ini menjadi salah satu daerah pemasok cabai, membuat barang lebih sulit masuk ke pasar, diperparah oleh cuaca ekstrem.
“Kayak sekarang nih kan di Sumatra ada bencana, kan rawit banyak pengiriman dari daerah situ, jadi imbasnya ke kita. Terus juga cuaca ekstrem juga bisa jadi penyebabnya,” ujar dia.
Akibatnya, penjualan Rois turun hingga 40 persen. Situasi itu membuatnya semakin kesulitan menutup modal harian.
Ia hanya berharap harga kembali normal agar pedagang dan pembeli sama-sama mendapat kelonggaran.
“Ya, dinormalin aja harganya biar orang-orang yang beli enak karena harganya murah jadi sama-sama enaklah,” ucapnya.
Keluhan serupa datang dari pembeli. Yeni, seorang
ibu rumah tangga
yang siang itu tampak menimbang cabai, mengaku musti memutar otak untuk menyesuaikan anggaran.
Biasanya ia membeli cabai sekitar Rp 35.000 per kilogram, namun kini harus mengurangi jumlah belanja.
“Saya biasanya suka stok ya buat keluarga dan biasa habis seminggu kemudian. Tapi kalau sekarang enggak sampai satu kilogram saya beli,” jelasnya.
Cabai yang biasa ia habiskan dalam seminggu kini harus dihemat hingga sepuluh hari. Semua dilakukan agar pengeluaran rumah tangga tidak melonjak.
“Saya harus dipanjangin jadi 10 hari karena harus dikencangkan pengeluaran,” imbuh Yeni.
Ia berharap pemerintah segera turun tangan agar harga cabai dan bahan pokok lainnya kembali stabil.
“Mohon harganya jangan terlalu tinggi. Paling tidak bisa kami jangkau untuk kebutuhan rumah tangga,” tutupnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.