Menyiasati Akses Prioritas yang Tak Ada di Stasiun Kampung Bandan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pengamat transportasi Deddy Herlambang menilai akses di Stasiun Kampung Bandan, Jakarta Utara, tidak lagi memadai bagi penumpang KRL prioritas.
Ia mengatakan, seluruh perpindahan antarterminal masih mengandalkan tangga manual yang curam.
“Kalau memang mendesak, bisa dibangun
ramp
panjang untuk difabel,” ujarnya kepada
Kompas.com
saat dihubungi, Selasa (9/12/2025).
Meski kebutuhan akan akses yang lebih aman semakin mendesak, terdapat beberapa faktor yang membuat pembangunan fasilitas baru masih tersendat.
Stasiun Kampung Bandan
merupakan stasiun lama sehingga struktur ruangnya terbatas dan padat. Deddy menegaskan bahwa perubahan besar seperti penambahan lift tidak mudah dilakukan.
Menurut Deddy, terdapat celah regulasi yang membuat fasilitas aksesibilitas tidak masuk kategori wajib untuk stasiun lama.
“Lift dan eskalator tidak masuk standar SPM PM No. 63/2019. Jadi tidak wajib dibangun,” katanya.
Regulasi tersebut hanya mewajibkan fasilitas lengkap bagi stasiun yang dibangun setelah 2019, sehingga stasiun lama tidak terkena tuntutan wajib perombakan sesuai standar baru.
Posisi Stasiun Kampung Bandan yang dikepung permukiman padat juga membuat ruang untuk menambah struktur baru sangat terbatas.
“
Ramp
panjang bisa jadi solusi, tapi ruangnya tidak ada,” ujar Deddy.
Pada Selasa (9/12/2025),
Kompas.com
menelusuri langsung Stasiun Kampung Bandan yang berlokasi di Jl. Mangga Dua VIII No.16, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
Stasiun ini merupakan salah satu simpul transit penting di utara Jakarta dan melayani dua area peron, yakni peron atas dan peron bawah, yang masing-masing mengarah ke rute berbeda.
Peron atas hanya bisa diakses melalui satu jalur tangga tinggi. Tidak ada eskalator maupun lift, sehingga seluruh penumpang harus mengandalkan kekuatan fisik.
Baik penumpang yang membawa barang besar, sedang sakit, maupun pengguna prioritas seperti lansia dan ibu hamil tidak memiliki alternatif lain untuk berpindah jalur.
Stasiun Kampung Bandan yang menjadi titik transit rute Angke–Duri hingga Cikarang via Pasar Senen atau Manggarai, terus dijejali penumpang sepanjang waktu.
Kesulitan bergerak di Stasiun Kampung Bandan tak hanya terlihat, tapi juga dirasakan langsung para pengguna yang ditemui
Kompas.com
.
Bibah (63), seorang lansia yang rutin berangkat dari Stasiun Kampung Bandan untuk pergi ke rumah anaknya di Duri, Jakarta Barat, tertangkap kamera
Kompas.com
tengah berhenti di tengah tangga sambil mengatur napas.
“Iya, saya memang sering lewat sini. Dari dulu jalurnya begini terus, harus naik-turun tangga tinggi,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah ketiadaan lift atau eskalator menyulitkan, Bibah menjawab tanpa ragu.
“Iya, pasti. Saya sering berhenti, napas suka pendek. Kalau ramai makin susah karena harus ikut arus orang,” kata dia.
Fauzi mengaku selalu harus menuntun ibunya ketika melewati stasiun ini.
“Tangga di sini curam dan tidak ada fasilitas bantu. Pernah ibu hampir terpeleset waktu hujan, pijakannya licin dan kecil,” jelasnya.
Menurut Fauzi, kondisi Stasiun Kampung Bandan sudah lama tidak berubah.
“Minimal lift atau eskalator lah. Banyak penumpang transit, banyak lansia juga. Ini stasiun penting, tapi kondisinya manual sekali,” tutur Fauzi.
Santo (60), seorang penumpang yang baru turun dari peron atas sambil menenteng belanjaan, juga merasakan hal serupa. Setiap hari ia berangkat dari Stasiun Kampung Bandan untuk pergi bekerja ke Angke, Jakarta Barat.
“Kalau naik tangga harus hati-hati. Saya ini sudah tua, otot-otot sudah beda,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Santo mengaku sering melihat lansia lain hampir jatuh. Meski sudah terbiasa, ia mengakui ritme tubuhnya tidak lagi sama.
“Kalau bisa ada lift lebih bagus. Saya juga manusia, tenaganya ada batasnya,” katanya.
Penumpang KRL lainnya, Wilya (29), ditemui
Kompas.com
saat menggendong anaknya, Dafa (2), sambil menaiki tangga.
“Capek banget. Tangga tinggi-tinggi. Tadi sempat berhenti di tengah,” ceritanya.
Ia mengaku harus menahan besi tangga agar tidak kehilangan keseimbangan.
“Orang lain banyak yang buru-buru, jadi saya yang bawa anak harus ekstra hati-hati,” katanya.
Menurut dia, fasilitas minimal berupa eskalator akan sangat membantu.
“Satu eskalator saja cukup. Banyak yang bawa anak, barang, atau ibu hamil. Tangga setinggi ini tidak ramah,” tutur dia.
Terkait keluhan pengguna dan kondisi akses Stasiun Kampung Bandan,
Kompas.com
menghubungi Vice President Corporate Secretary KAI Commuter, Karina Amanda.
Karina menyebut KAI Commuter terus meningkatkan layanan melalui fasilitas yang ada.
“Kami menyediakan
water station
,
payment gateway
, kartu disabilitas, pin ibu hamil,
commuter shelter bike
, dan layanan untuk pengguna prioritas,” kata Karina.
Namun untuk fasilitas aksesibilitas utama berupa lift dan eskalator, ia menegaskan bahwa secara ideal memang harus tersedia.
“Idealnya setiap stasiun harus menyediakan fasilitas bagi pengguna prioritas seperti lift, eskalator, dan
guiding block
,” ujarnya.
Meski begitu, Karina mengatakan proses pengembangan tidak sepenuhnya berada di tangan KAI Commuter.
“Untuk rencana pembangunan area stasiun maupun infrastruktur, bisa dikonfirmasi ke Kementerian Perhubungan. Kami operator sarana, sehingga pengembangan fisik perlu koordinasi dengan Kemenhub dan PT KAI,” jelasnya.
Sambil menunggu pembangunan, ia menyebut pengguna prioritas dapat meminta bantuan petugas di stasiun.
“Untuk pengguna prioritas bisa meminta bantuan petugas pada saat naik atau turun tangga,” ucapnya.
Dari lapangan, terlihat jelas bahwa penumpang usia lanjut, ibu dengan anak kecil, hingga pengguna yang membawa barang berat mengalami kesulitan nyata.
Risiko jatuh, terpeleset, atau tersandung sangat tinggi, terutama pada jam sibuk dan saat kondisi tangga licin.
Aksesibilitas bukan hanya soal kenyamanan, melainkan keselamatan. Penumpang seperti Bibah, Santo, dan Wilya menunjukkan bahwa akses Stasiun Kampung Bandan bukan lagi sekadar ketidaknyamanan, tetapi hambatan fisik yang mengancam.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Menyiasati Akses Prioritas yang Tak Ada di Stasiun Kampung Bandan Megapolitan 10 Desember 2025
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5439816/original/078289600_1765379677-IMG_5887.jpeg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/69396b0c82d38.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/69392cdca5569.jpeg?w=250&resize=250,140&ssl=1)


/data/photo/2025/12/10/69397deff28b0.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/69397a02e599b.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/09/04/68b959220f80e.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/693923061038b.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/06/18/6851f4877591b.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/10/69392d2d67f9d.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)