Jakarta –
Belakangan, viral harimau di Taman Margasatwa (TM) Ragunan yang dinarasikan lemas dan tampak kurus. Pengelola Ragunan menjelaskan bahwa harimau memang tak banyak beraktifitas saat siang hari.
Staf Pelayanan Pengunjung dan Informasi TM Ragunan, Al Fatah menjelaskan bahwa harimau memang gemar sekali tidur saat siang hari. Bahkan bisa menghabiskan rata-rata lebih dari 10 jam sehari untuk tidur.
“Jadi memang ada satwa-satwa kita yang nokturnal. Nokturnal itu memang dia aktif di malam hari, salah satunya itu ya harimau. Jadi memang ada satwa-satwa nokturnal yang kalau siang ya pasti tidur dia atau istirahat gitu kan. Kalaupun dia bergerak ya bangun, dia enggak banyak gerak gitu,” kata Fatah saat ditemui di TM Ragunan, Sabtu (22/11/2025).
Karena itu, Fatah meminta pengunjung tidak perlu heran bila mendapati harimau hanya tidur-tiduran di dalam kandang. Sebab sudah nalurinya aktif saat malam hari.
“Jadi memang satwa-satwa ya seperti nokturnal itu ya harimau, apalagi kudanil, ada mamalia kecil-kecil yang lain juga nokturnal. Nah makanya kita buka juga Ragunan malam, Night at Ragunan Zoo. Jadi di situ kesempatan untuk warga bisa melihat satwa yang aktif di malam hari,” jelas Fatah.
“Diurnal misalnya unggas, aktif di siang hari. Kemudian rusa-rusa, kayak gitu. Kalau biasanya yang karnivora itu biasanya ya di malam untuk berburu dan lain-lain,” tuturnya.
Diketahui ada total 28 harimau di TM Ragunan, 10 harimau jenis Benggala dan 18 harimau Sumatera. Fatah memastikan seluruhnya dalam keadaan sehat.
Ada lima indikator body condition score (BCS) satwa, yakni:
Skala 1: Sangat kurus
Skala 2: Kurus
Skala 3: Sedang
Skala 4: Gemuk
Skala 5: Sangat Gemuk.
“Karena ada indeksnya gitu, dari 1 sampai 5. Jadi, kalau satwa yang viral ini, Sri Deli ini, itu dinilai angka 3 menuju 4. Itu sudah tidak kurus, tapi menuju gemuk malah, seperti itu,” jelas Fatah.
Fatah menyebut, harimau di Ragunan mendapat jatah makanan yang cukup. Sekitar 5-10 kilogram daging setiap harinya.
“Pakan itu satu hari biasa satu kali. Langsung dia sekitar 5, 6, sampai 10 kilo, tergantung berat badan tadi. Padahal sebetulnya, kalau di alam liar itu, mungkin makannya mereka dua minggu sekali, tergantung dapat satwanya kan. Tapi memang sekali makan satu ekor,” terang dia.
Selain itu, lanjut Fatah, setiap sebulan pihaknya juga melakukan pengecekan kondisi satwa. Kemudian setiap tahun melakukan medical check up satwa.
(ond/aud)





