Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Jejak Kejayaan Pasar Sindang yang Kini Memudar… Megapolitan 24 Oktober 2025

Jejak Kejayaan Pasar Sindang yang Kini Memudar…
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Salah satu pedagang menceritakan bagaimana masa kejayaan Pasar Sindang di Koja, Jakarta Utara, perlahan-lahan hancur seiring berjalannya waktu.
Iwan (64), salah satu pedagang elektronik bekas, mengaku, pertama kali berdagang di Pasar Sindang sekitar tahun 2000.
“Saya masuk tahun 2000 dagang, bawa modal Rp 40 juta langsung ramai,” tutur Iwan saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Jumat (24/10/2025).
Iwan mengatakan, kebanyakan pedagang elektronik bekas di Pasar Sindang mendapatkan barang langsung dari luar negeri yang dikirim lewat Pelabuhan Tanjung Priok.
Sebab, saat itu, limbah-limbah elektronik bekas dari Jepang masih diperkenankan masuk ke Indonesia secara mudah.
Karena itu pula, sejak tahun 2002 hingga 2007, Pasar Sindang semakin menduduki masa kejayaannya.
Pasalnya, pasar legendaris ini mampu menjadi pusat elektronik bekas yang diburu banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia.
“Jayanya tuh sekitar tahun 2002 sampai ke 2007-an benar-benar orang dari Surabaya, Lampung, belanja di Pasar Sindang semua mencari elektronik-elektronik yang second itu karena harganya murah, kualitasnya tinggi karena asli Jepang,” tutur Iwan.
Di masa jaya Pasar Sindang, Iwan mengaku, bisa mengantongi uang Rp 3 juta per hari.
Padahal, modalnya untuk membeli satu unit elektronik bekas tersebut hanya Rp 350.000.
“Dulu harga barang dari pelabuhan Rp 350.000 saya olah bisa jadi Rp 2 juta, Rp 1,5 juta paling murahnya, padahal saya belinya cuma Rp 350.000 per unitnya,” ungkap Iwan.
Ramainya pembeli elektronik membuat Pasar Sindang semakin bersinar di zaman itu.
Bahkan, bioskop hingga toko kebutuhan pokok yang ada di pasar ini juga ikut ramai pembeli.
Tapi, setelah tahun 2007, masa jaya Pasar Sindang perlahan-lahan runtuh setelah limbah elektronik bekas dari Jepang tak diperbolehkan lagi masuk ke Indonesia.
Sejak itu pula, para pedagang di Pasar Sindang kesulitan mendapatkan suplai barang elektronik bekas.
“Jadi para pedagang sini sulit mendapatkan barang second, karena dulu isunya barang China mau masuk, jadi enggak boleh ada barang second takut enggak laku,” tutur Iwan.
Minimnya stok barang elektronik bekas membuat pasar ini perlahan ditinggalkan para pembelinya.
“Ya, setelah elektronik itu kosong, pembeli dari daerah pun enggak ada, jadi sepinya benar-benar total, bukan terbengkalai lagi jadi benar-benar hancur,” tutur Iwan.
Bahkan, Iwan mengaku, untuk mendapatkan uang Rp 500.000 dalam satu bulan saja di Pasar Sindang kini sangat sulit.
Tak heran, bila dari 603 kios yang ada, hanya sekitar 163 yang masih bertahan dan itu pun tidak selalu buka setiap harinya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.