Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Bahasa Portugis akan Diajarkan di Sekolah, Begini Sejarahnya dengan Indonesia – Page 3

Liputan6.com, Jakarta Presiden Prabowo Subianto menorehkan langkah diplomasi yang tak biasa kala bersua dengan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva di  Istana Merdeka, Kamis (23/10/2025). Dia berencana menjadikan bahasa Portugis sebagai salah satu prioritas dalam sistem pendidikan Indonesia.

Keputusan ini bukan sekadar soal bahasa, tetapi juga simbol pentingnya Brasil sebagai mitra strategis.

“Sebagai bukti bahwa kami memandang Brasil sangat penting saya telah memutuskan bahwa bahasa Portugis akan menjadi salah satu prioritas bahasa disiplin pendidikan Indonesia,” kata Prabowo.

Bukan pemanis bibir, Prabowo langsung memerintahkan Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Brian Yuliarto serta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti, mulai mengenalkan bahasa Portugis di sekolah-sekolah Indonesia.

“Dan akan memberi petunjuk kepada Menteri Pendidikan Tinggi dan Menteri Pendidikan Dasar Indonesia untuk mulai mengajar bahasa Portugis di sekolah-sekolah kita,” tutur Prabowo.

“Ini bukti bahwa ini memandang hubungan Brasil dan Indonesia sangat besar,” sambungnya.

Catatan sejarah Indonesia, jejak orang Portugis tampil pertama kali di Nusantara pada 1509, yang diikuti dengan aksi Antonio de Abreu, seorang perwira armada Afonso de Albuquerque, datang ke Maluku, pulau penghasil rempah-rempah.

Dalam Jurnal Sejarah: Sejak Nusantara: Jalur Rempah Sebagai Simpul Peradaban Bahari (Volume 04, Nomor 3, 2016) disebutkan, bahwa masyarakat di Kepulauan Banda, Gorom, Ternate, Tidore, Ambon, Seram, dan wilayah rempah lainnya di timur Nusantara, telah lama ditempa oleh arus pengetahuan dari luar. Perjumpaan itu memperkaya khazanah kearifan lokal yang mereka miliki, membentuk mosaik kebudayaan yang unik di persimpangan jalur rempah.

Laut, sebagai nadi utama perdagangan rempah-rempah, berperan bukan hanya sebagai lintasan ekonomi, tetapi juga sebagai penghubung dan perekat komunikasi lintas budaya, mulai dari tingkat lokal hingga global. Di sepanjang jalur rempah itu, berlangsung pertukaran unsur-unsur budaya yang halus: tutur lisan, musik, tari, seni pertunjukan, dan adat kebiasaan. Bahkan, nilai-nilai yang tak kasat mata seperti gagasan, mitos, legenda, pantun, hingga norma sosial turut berpindah dan berbaur, dan tak dipungkiri bahasa Portugis pun juga sempat berbaur di Nusantara.