Aji juga memaparkan sejumlah faktor mengapa kasus ini bisa terjadi. Menurut Aji, rendahnya cakupan imunisasi menjadi penyebab utama.
“Kalau anak tidak diimunisasi, mereka tidak punya perlindungan terhadap penyakit berbahaya seperti campak,” ujarnya.
Kedua, terkait ramainya hoaks terkait vaksin yang akhirnya menyebabkan keraguan orang tua. “Ada orang tua yang ragu karena terpengaruh informasi keliru. Ini berisiko besar,” ungkap Aji.
Ketiga, daya tular campak yang sangat tinggi karena virus menyebar melalui udara ketika penderita batuk atau bersin, terutama di lingkungan padat dan rumah dengan ventilasi buruk.
Keempat, faktor gizi dan kerentanan campak menjangkit balita. Mengingat lebih dari separuh kasus di Sumenep menyerang balita.
“Anak dengan gizi buruk atau sakit berat jauh lebih rentan terkena campak dan mengalami komplikasi,” kata Aji.
Kelima, adanya keterlambatan deteksi, sehingga ditemukan banyak orang tua yang membawa anak ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) setelah kondisi parah. Hal ini memperbesar risiko penularan ke orang lain.
Aji menuturkan, bahwa campak bisa saja dicegah apabila semua anak diimunisasi. Dengan begitu kasus seperti ini tidak akan terulang kembali.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428980/original/030072900_1764569990-Presiden_dan_Kapolri_1.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435762/original/066005600_1765094400-WhatsApp_Image_2025-12-07_at_12.16.32.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5408219/original/084871800_1762766172-Menteri_ESDM_Bahlil_Lahadalia-2.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435696/original/033240500_1765091093-WhatsApp_Image_2025-12-07_at_13.11.38.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435347/original/005217000_1765021406-5.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1403034/original/008731500_1478860833-20161111--Jubir-Presiden-Joko-Widodo-Johan-Budi-Jakarta--Helmi-Afandi-02.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)