Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kisah 2 Remaja Putus Sekolah karena Ekonomi, Kembali Rajut Mimpi lewat Sanggar Belajar Megapolitan 21 Agustus 2025

Kisah 2 Remaja Putus Sekolah karena Ekonomi, Kembali Rajut Mimpi lewat Sanggar Belajar
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Sejumlah remaja yang sempat berhenti sekolah lantaran memilih bekerja untuk membantu orangtua kini kembali melanjutkan pendidikan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) 07 di Kelurahan Cengkareng Barat, Jakarta Barat.
Tercatat, sebanyak 20 anak di Jakarta Barat telah terdaftar sebagai peserta didik SKB. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, namun sebagian besar berhenti sekolah karena faktor ekonomi.
Fatimah Azzahra (18) dan Awan Alfiansyah (17) menjadi dua di antara sejumlah anak yang kurang beruntung lantaran harus berhenti sekolah di usia yang masih belia.
Keduanya sama-sama menghadapi kenyataan pahit untuk meninggalkan pendidikan karena orangtua tak lagi mampu menanggung biaya.
Fatimah terpaksa berhenti sekolah ketika duduk di bangku kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah dasar pada tahun 2019.
Saat itu, keluarganya tidak sanggup melunasi biaya pendidikan sehingga jalan keluar yang ditempuh adalah beralih ke pesantren dengan biaya lebih terjangkau.
“Karena belum bisa bayar pelunasan dari sekolah, dan akhimya mau melanjutkan mondok aja, yang biayanya lebih ringan,” kata Fatimah kepada
Kompas.com,
Rabu (20/8/2025).
Namun, harapan itu hanya bertahan sebentar. Pesantren yang semula menjadi pilihan akhirnya juga ditinggalkan karena masalah serupa.
“Dan mondok itu, sebelum sampai setahun udah keluar, karena ekonomi juga,” tambah dia.
Sementara itu, Awan berhenti sekolah sejak kelas 1 SMP tahun 2020, tepatnya pada masa pandemi Covid-19.
Saat itu, pembelajaran dilakukan secara daring. Sementara, ayah Awa  kehilangan pekerjaan dan keluarga tidak mampu membeli ponsel.
“Waktu
lockdown
berhenti sekolah karena dulu kan PJJ (pembelajaran jarak jauh). Terus bapak juga enggak kerja, terus HP-nya juga enggak kebeli gitu,” ujar Awan.
Selama bertahun-tahun tidak bersekolah, Fatimah dan Awan tidak tinggal diam. Keduanya memanfaatkan waktu dengan bekerja untuk membantu keluarga, meski usia mereka masih remaja.
Fatimah pernah mencoba berbagai pekerjaan dengan penghasilan seadanya. Ia sempat bekerja di industri konveksi selama beberapa bulan, berjualan di rumah, hingga terakhir bekerja di kedai minuman. 
“Sempat kerja, jualan juga sempat. Kayak di konveksi gitu, sekitar tiga bulan, lima bulan ada. Bulan kemarin (sempat) kerja di tempat teh gitu dan baru sebulan aja sudah keluar,” ungkap dia.
Awan juga menjalani nasib serupa. Ia mengisi hari-hari putus sekolah dengan pekerjaan serabutan. Mulai dari mengantar barang, mengemas produk, hingga bekerja harian dengan upah tak menentu.
“Kadang kerja
freelance
, kadang bantu orangtua. Kadang jadi kurir, (kerja)
packing
pernah. Waktu itu penghasilannya masih Rp 100.000-an,” ujarnya.
Setelah bertahun-tahun tak menyentuh bangku pendidikan, Fatimah dan Awan akhirnya mendapat kesempatan kembali belajar.
Keduanya sekolah kembali di Satuan Pendidikan Nonformal Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di bawah naungan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Fatimah kini mengikuti Paket B setara SMP di SKB 07 Cengkareng Barat. Kesempatan tersebut membuat Fatimah sangat bahagia karena sejak lama ingin kembali bersekolah.
“Senang, emang kepengin gitu sekolah lagi, melanjutkan sekolah. Akhirnya ada yang dengan Dinas Pendidikan,” kata Fatimah.
Meski harus menyesuaikan diri setelah cukup lama berhenti sekolah, Fatimah merasa nyaman dengan lingkungan barunya. Menurut dia, teman-teman di SKB mudah akrab dan suasana belajar kondusif.
“Belum terbiasa juga sih udah lama karena enggak sekolah. Tapi nyaman gitu, untuk beradaptasinya mudah, punya teman baru, kompak juga kalau buat pelajaran,” ujarnya.
Hal serupa juga dirasakan Awan. Ia akhirnya kembali bersekolah setelah mendapat informasi dari warga yang menyarankan mendaftar ke SKB.
Bagi Awan, kesempatan itu adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Senang banget. Kayak enggak nyangka aja tiba-tiba dapet kabar mau sekolah lagi,” kata dia.
Kendati sempat canggung karena sudah lima tahun tidak masuk kelas, Awan berusaha menyesuaikan diri dan kembali membangun pertemanan. Ia pun bertekad mengejar pelajaran yang tertinggal.
“lya kenal lagi yang tadinya
lost contact
jadi kenal lagi,” ucap Awan.
“Pasti itu (kesulitan), soalnya kan udah lima tahun enggak ke sekolah. Seharusnya 3 SMK,” tambah dia.
Kembalinya kesempatan bersekolah membuat Fatimah dan Awan berani lagi bermimpi. Selama bertahun-tahun mengubur cita-cita, kini keduanya kembali menatap masa depan dengan penuh harapan.
Fatimah sejak kecil memiliki keinginan menjadi seorang dokter. Ia sempat menganggap mimpinya itu mustahil ketika terpaksa berhenti sekolah.
“Dokter sih yang cita-cita tetap,” ujarnya.
Dengan jalur SKB yang ditempuh sekarang, Fatimah yakin peluang itu masih ada.
“Dengan aku bisa melanjutkan sekolah lagi, jadi bisa gitu ada harapan untuk belajar cita-cita,” kata dia.
Sementara, Awan mengatakan cita-citanya menjadi seorang prajurit TNI. Menurut dia, pendidikan menjadi langkah pertama yang harus ia jalani agar bisa mencapai impian tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.