Menanti Janji Polisi Kuak Misteri Kematian Diplomat Kemlu dalam Sepekan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kematian ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di indekos wilayah Cikini, Menteng,
Jakarta
Pusat, masih menyisakan tanda tanya besar.
Penyebab kematian ADP hingga kini belum dapat dipastikan oleh penyidik, meskipun di lokasi kejadian tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun barang yang hilang.
Ketika pertama kali ditemukan, jasad ADP berada dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepala korban terlilit lakban berwarna kuning sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) pertama, polisi menyita sejumlah barang bukti, antara lain gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian yang dikenakan korban.
Di kamar tersebut juga ditemukan beberapa jenis obat-obatan ringan, seperti obat sakit kepala dan obat lambung.
Namun, hingga kini belum ada indikasi obat-obatan tersebut berkaitan dengan penyebab kematian korban.
Polisi turut menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepala korban.
Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah lakban itu dipasang sendiri oleh korban atau ada kemungkinan keterlibatan pihak lain.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto menargetkan, penyelidikan kasus ini rampung minggu depan.
“Bukti-bukti yang ada perlu dipelajari oleh forensik, baik itu CCTV, hasil otopsi, dan juga termasuk digital seperti laptop, mungkin seminggu lagi selesai, nanti akan ada kesimpulan. Insya Allah,” ujar dia kepada wartawan, Kamis (10/7/2025) malam, dikutip dari Tribunnews.com.
Saat ditanya mengenai hasil visum sementara, Karyoto mengaku belum membaca laporan secara lengkap.
Polisi juga berencana memanggil saksi-saksi ahli sesuai bidang untuk mengungkap kasus ini.
Meski sudah dilakukan olah TKP awal dan membawa sejumlah bukti, Polda Metro Jaya kembali mendatangi TKP kematian ADP pada Jumat (11/7/2025).
Olah TKP ini mendapat pendampingan dari tim kedokteran kepolisian, Inafis Bareskrim Polri, serta dokter dari RSCM yang melakukan otopsi.
Hal ini dilakukan usai kasus ini diambil alih oleh Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Menurut Ade Ary, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, kasus dialihkan ke Polda Metro Jaya untuk mempercepat proses penyelidikan dan pengungkapan fakta.
“Ya jadi itu sekali lagi tujuannya adalah untuk peningkatan kecepatan proses pengungkapan perkara ya,” ujar Ade Ary.
Saat ini, polisi juga masih menunggu hasil otopsi dan pemeriksaan organ dalam secara laboratoris.
“Dan masih menunggu proses pemeriksaan patologi masih berlangsung. Pada prinsipnya, penanganan kasus ini akan kami tangani dengan sebaik-baiknya,” imbuh dia.
Kriminolog Universitas Indonesia Haniva Hasna menilai, ponsel milik ADP dapat menjadi kunci penting dalam mengungkap kasus ini.
“Jadi (periksa ponsel) sangat penting itu, kan bisa menjadi alat bukti, dan ponsel itu kan (benda) yang paling dekat jaraknya (dengan ADP),” ujar Haniva kepada
Kompas.com,
Jumat.
Ia menekankan pentingnya transparansi terhadap isi ponsel ADP. Bila data di dalamnya ditemukan terhapus, publik patut mencurigai adanya intervensi pihak lain.
“Kita harus curiga, apakah di ponselnya ternyata sudah terhapus semua, berarti kalau sudah terhapus semua, berarti ya semakin meyakinkan kalau ada pihak lain,” ucap Haniva.
“Dan kalau hal itu terjadi, ini bisa merupakan rekayasa,” lanjut dia.
Haniva juga meragukan kemungkinan ADP meninggal karena bunuh diri.
“Kalau bunuh diri, biasanya seperti kasus lainnya, (ADP) meninggalkan sesuatu, atau meninggalkan pesan kepada siapa di ponselnya,” ujar dia.
Ia menekankan perlunya penyelidikan menyeluruh terhadap lingkungan terdekat korban, termasuk keluarga.
“Karena dalam setiap kali ada kejahatan atau pembunuhan, orang yang pertama kali wajib dicurigai adalah orang terdekat,” ujar Haniva.
“Sehingga dari sini bisa diketahui sebenarnya, beberapa hari terakhir atau beberapa bulan terakhir ini (aktivitas ADP),” lanjut dia.
Apabila kasus ini tidak diungkap secara tuntas, potensi peniruan kejahatan serupa oleh pelaku lain bisa terjadi di masa mendatang.
“Nah, untuk menghentikan ini, untuk menghindari kasus seperti ini terjadi lagi, menghindari korban-korban lainnya yang timbul, berarti ini harus dituntaskan,” kata Haniva.
“Kalau ini tidak terungkap, masyarakat yang berpeluang atau berpotensi melakukan kejahatan, dia akan melakukan kejahatan yang sama,” sambung dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Menanti Janji Polisi Kuak Misteri Kematian Diplomat Kemlu dalam Sepekan Megapolitan 12 Juli 2025
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378836/original/090066000_1760326248-1000410268.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5038877/original/031315500_1733484944-Snapinsta.app_453024575_1057568872759530_5579658151177763430_n_1080.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4584872/original/036661600_1695362915-Snapinsta.app_379135450_1060230698674422_4607612961133603923_n_1080.jpg?w=250&resize=250,140&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/69342da64f7be.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/69341f9033588.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/69340c90d8e99.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/08/09/6896da5e4748b.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
/data/photo/2025/12/06/69340d46b04da.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)