Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kata Pakar: Antiklimaks Persiapan Angkutan Mudik Lebaran 2025 – Page 5

Dampak efisiensi anggaran sangat luas dan berpenggaruh terhadap minat warga untuk melakukan mudik lebaran.

Liputan6.com, Jakarta – Antiklimaks persiapan angkutan mudik Lebaran 2025 ini dirasakan ketika arus mudik yang ada tidak semasif seperti yang dibayangkan sebelumnya. Bukan karena adanya berbagai kebijakan dalam memperpanjang masa liburan, termasuk kebijakan WFA (Work from Anywhere), melainkan karena jumlah pemudik memang menurun. Hal itu terlihat dari kondisi di lapangan, di daerah-daerah tujuan pemudik.

Di wilayah DIY misalnya, baik di Kota Yogyakarta maupun Kabupaten Gunungkidul yang saat arus mudik dan saat Lebaran dipadati dengan kendaraan pribadi, utamanya mobil berplat polisi non AB, musim mudik 2025 ini terlihat sepi.

Sejumlah testimoni yang melakukan perjalanan pada H-2 sampai H-1 melewati Tol Transjawa dari arah Jawa Timur misalnya, menyatakan sangat lancar, termasuk kendaraan yang mengarah ke Jawa Timur pun tergolong sepi.

Data PT Jasa Marga (Pesero) yang dihimpun dari Pintu Tol Ciawi 1, Cikampek Utama 1, Kalihurip Utama 1 (Jawa Barat), dan Cikupa antara H-5 sampai H-1 antara arus mudik 2024 dengan 2025 menunjukkan adanya penurunan selama kurun waktu H-5 sampai H-1. Pada arus mudik 2024 ada 1.045.330 unit kendaraan, sedangkan pada arus mudik 2025 terdapat 1.004.348 kendaraan atau turun sebanyak 40.982 kendaraan. Namun puncak arus mudik tetap ada pada H-3, yaitu sebanyak 231.511 (2024) menjadi 255.027 kendaraan. Ini artinya kebijakan WFA sepertinya tidak berpengaruh signifikan. Yang ada pengaruh sepertinya libur lebih awal, hal itu terlihat dari pergerakan pada H-10 dan H-9 yang meningkat cukup signifikan, yaitu dari 93.568 unit (H-10, 2024) menjadi 161.893 (H-10, 2025) dan dari 116.579 unit (H-9, 2024) menjadi 166.948 unit (H-9, 2025).

Penurunan jumlah kendaraan itu juga terjadi di Pelabuhan Merak, Banten yang menghubungkan ke wilayah Sumatra. Berdasarkan hasil monitoring PT ASDP (Pesero) untuk kurun waktu H-10 (21/3) sampai H (31/3), bila pada mudik Lebaran 2024 terdapat 225.637 kendaraan roda empat yang menyeberang dari Pelabuhan Merak menjadi 225.400 pada arus mudik 2025 ini atau turun 0,1%. Namun jumlah penumpang naik 3%, dari 859.521 (2024) menjadi 885.828 (2025).

Penurunan jumlah pemudik tahun 2025 ini sebetulnya sudah diprediksi sejak sebelum puasa, ketika pemerintah menerapkan kebijakan efesiensi anggaran. Dampak efisiensi anggaran itu sangat luas dan berpenggaruh terhadap minat warga untuk melakukan mudik lebaran. ASN-ASN muda, yang masih punya tanggungan anggsuran rumah dan kendaraan, pasti memilih tidak mudik, karena selama 3 bulan terakhir mereka tidak mendapatkan tambahan penghasilan, baik dari perjalanan dinas ataupun kegiatan seremonial, dan konsultansi.

Mereka lebih baik mengefiensikan pendapatannya untuk membayar cicilan rumah dan kendaraan, sehingga memilih tidak mudik. Bagi kaum lasia, minat untuk bepergian amat dipengaruhi oleh berita-berita mengenai cuaca ekstrim.

Sedangkan untuk sektor swasta, banyak Perusahaan melakukan PHK. Hotel-hotel dan tempat tempat hiburan juga sepi penggunjung dan ini dampaknya pada turunnya kesejahteraan karyawan sehingga mereka tidak bisa mudik, mereka lebih baik menghemat pendapatnya untuk kelangsungan hidup berikutnya sambil menunggu kepastian nasib mereka.