Peristiwa Fathu Makkah terjadi pada 20 Ramadhan tahun ke-8 Hijriah. Setelah hampir 8 tahun hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW kembali ke Makkah dengan pasukan muslim yang berjumlah sekitar 10.000 orang. Kepulangan ini bukan sekadar mudik biasa, melainkan peristiwa pembebasan Makkah dari kekuasaan kaum Quraisy yang telah melanggar perjanjian Hudaibiyah.
Allah SWT telah menjanjikan kembalinya Nabi Muhammad SAW ke Makkah, seperti yang tertera dalam QS Al-Qashash [28]: 85, “Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Muhammad) untuk (melaksanakan hukum-hukum) Alquran, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.” Banyak ahli tafsir meyakini bahwa ‘tempat kembali’ tersebut merujuk pada Makkah.
Hari kembalinya Nabi Muhammad SAW ke Makkah disebut ‘yaum bir wa wafa’, yang berarti hari kebajikan dan kesetiaan. Rasulullah SAW tidak datang untuk membalas dendam, tetapi untuk memberikan kebaikan kepada penduduk Makkah. Beliau memaafkan semua musuh-musuhnya yang telah menentang dakwah Islam di masa lalu, menunjukkan pengampunan dan rahmat yang menjadi ciri khas ajaran Islam.
Selama 19 hari di Makkah, Rasulullah SAW dan para sahabatnya membersihkan Ka’bah dari sekitar 360 berhala, termasuk berhala-berhala besar seperti Hubal, al-Latta, dan al-Uzza. Peristiwa ini mengembalikan kesucian Ka’bah sebagai tempat ibadah utama umat Islam. Sebelum kembali ke Madinah, Rasulullah SAW berpesan, “Tidak ada lagi hijrah ke Madinah sejak kemenangan di Makkah, yang ada tinggal niat yang tulus (melakukan kebajikan) disertai jihad (perjuangan mewujudkannya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Fathu Makkah menjadi simbol kemenangan Islam, bukan hanya secara militer, tetapi juga kemenangan moral dan spiritual. Peristiwa ini mengajarkan pentingnya pengampunan, persatuan, dan perdamaian, nilai-nilai yang sangat relevan dengan semangat mudik masa kini.
Peristiwa ini juga menunjukkan komitmen Rasulullah SAW untuk menegakkan tauhid (keesaan Tuhan). Pembersihan berhala di Ka’bah menjadi bukti nyata penegasan keesaan Allah SWT. Peristiwa ini menyatukan kembali umat Islam, menautkan kembali keluarga yang terpisah antara Makkah dan Madinah, dan membangun persaudaraan dan perdamaian.
Hikmah dari Fathu Makkah dapat dipetik dan diterapkan dalam semangat mudik masa kini. Mudik seharusnya menjadi momen untuk menyebarkan kebaikan, kebahagiaan, dan kedamaian, mempererat silaturahmi, dan memperkuat ikatan keluarga, bukan hanya sekadar pulang kampung.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5442670/original/096213000_1765556052-IMG_6604.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1461560/original/057784000_1483588529-071022500_1455549344-20160215--Pelayanan-Pajak-Kendaraan-Bermotor-Jakarta-Helmi-Afandi-08.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5448042/original/072834000_1765975936-IMG-20251217-WA0031.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5447985/original/022144500_1765972417-WhatsApp_Image_2025-12-17_at_18.22.42.jpeg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4997951/original/064957200_1731151706-Screenshot_2024-11-07_195747.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4463448/original/027796500_1686608129-20230607_073052.jpg?w=400&resize=400,225&ssl=1)